“Masih ada waktu smpai jam kerja nanti. Aku mampir kedepartemen store, meririk caramel. Karamel milk tea, begitu katanya”. Aku mengambil sekotak caramel siap pakai.
“Kamu sudah pulang sekolah?” Suara itu. Suara Yuto.
“Eh, Yuto? Iya” Aku menjawab dengan gugup. Aku bisa mengobrol dengannya. “Anu,caramel milk tea buatan mu itu? Tidak ada dimenu café?
“Hah? Benar.”
“Rasanya enak, aku jadi ingin membuatnya sendiri.”
“Risa, mau kau apakan caramel itu?”
“Eh? Dilarutkan dalam susu, lalu dicampur teh kan?” Hahahahahahaahahah tawa besar terdengar ditelingaku, begitu menusuk ku.
“Tidak perlu tertawa seperti itu. Aku kan tidak tahu kalau ada the beraroma caramel” aku sebal, malu sekali.
“Dilarutkan ya? Hahahaha, mungkin rasanya enak juga”
“Nanti aku beli teh beraroma caramel, dimana belinya?” Yuto malah mengajakku ketempat dia biasa membelinya. Hampir tak percaya, sekarang ini aku dan Yuto belanja bersama. Yuto berbicara padaku sambil tersenyum. “hah, tidak boleh, aku mikir apa sih?” Dia sudah menolakku. Aku tidak memikirkannya lagi. Lagipula.dia sudah mau bicara denganku, kalau aku mendesaknya dia akan membenciku lagi, aku tidak mau begitu.
“Yuto, kau suka teh ya?”
“Iya, semenjak bekerja disini. Tapi aku masih belajar. Pasti menyenangkan kalau aku bisa punya café sendiri.”
“Waaaahhh Hebat” Aku berteriak. Aku kagum
“urusaiii, jangan bilang begitu.” Yuto menutup mulutnya dengan satu jari. Pertanda aku tak boleh berbicara.
“Aku belum tahu ini bisa jadi kenyataan atau tidak, kalau terlanjur banyak orang tahu malu kan!”
“Ah, menurutku itu menabjukkan sekali, ka uterus memikirkannya sambil terus berusaha”
Yuto itu benar-benar mengagumkan, lebih dari yang aku bayangkan. Tapi tiap kali bertemu aku selalu berfikir begitu.
***
“Hey, kaian berdua belum pulang? Kalau tidak cepat pulang dia nanti muncul hihihi” Pa manager datang mengganggu ku dan Yuto.
“Apa yang muncul?” Pertanyaanku polos, karena memang tidak tahu.
“katanya ada bayangan hitam berkeliaran” wajah Pa manager berubah menyeramkan.
“hantuuuu” teriakku memasang muka panic.
“Bodoh, dasar culun, bukan ada hantu, tapi yang berkeliaran adalah orang jahat. Tunggu sebentar, biar kuantar.
“Dia sering mengataiku bodoh, atau bego. Uh”
“Kamu juga mau naik kereta? “ Aku bertanya ditengah sunyinya jalanan.
“Tidak, aku jalan kaki, ke kota ***”
“apa itu tidak berlawanan arah? Apa tidak terlalu jauh?”
“Jalan pelan-pelan juga nanti sampai ko”
“Arigatou” Suara ku lirih, nyaris tak terdengar. Dia hanya mengangguk
Ku mohon, pelanlah, berjalanlah lebih pelan lagi, agar tidak cepat tiba distasiun. Dia sudah menolakku, kalau aku mengatakannya lagi, mungkin dia akna benar-benar membenciku, tapi ternyata aku memang suka Yuto.
***
“Risa”
“Eh? Iya?”
“Airnbya tumpah tuh” Astaga. Aku melamun sampai tumpah saat menuangkan air hangat.
“hari ini kau bekerja sampai malam kan? Kalau begitu tunggulah aku, aku akan mengantar mu”
“Baik”
Bagaimana ini? Aku ingin mengatakannya, aku suka padanya. Apa aku katakana saja ya?
Tiba-tiba aku melihat bayangan hitam. Mengerikan, sesuai dengan ucapan pa manager.
“Risa? Mereka wanita yang kau suruh pergi ke Host club kan? Padahal sudah ku bilang untuk tidak datang lagi. Hey, pergi sana! Aku sudah menolakmu kan? Kalian hanya menggangguku saja. Oyo pergi Risa” nada bicara Yuto sepeti membentak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks For Leave A Coment