Title : Life Must Go On
Genre : Romance, a bit family
Ratting : PG++
Author : Lisa Wulan Novianti
Cast : Kouchi Yugo (Jjr), Fujigaya Taisuke (Kisumai), Fujigaya Riisa (OC), and other~
LIFE MUST GO ON
#YUGO POV#
“Yugo, kau tidak pulang?” Yuma menarik tanganku yang menjauh dari dirinya, ini memang sudah saatnya pulang. Kegiatan klub sudah selesai, tapi sayang aku ingin sekali ketempat yang selalu membuatku lebih tenang dari biasanya.
“Kau duluan saja. Aku ada keperluan” Ucapku pada Yuma.
Tak lama Yuma pun pergi bersama kento dan Taiga, kami memang satu kelas, dan kami bersahabat. Kebetulan jadwal kegiatan club kami sama jadi kami sering pulang bersama-sama.
Aku merasa kalau pikiranku sedang tidak tenang, ada beberapa hal yang membuatku mersa gelisah, ujian, keluarga, kehiduapan dan banyak lagi. Untung aku selalu mempunyai tempat untuk merenung.
Gudang sekolah, gudang itu sama sekali tidak berisi apapun, tapi selalu bersih dan terjaga, begitu melihat kearah jendela akan terlihat hamparan bunga matahari yang indah, makannya aku sering sekali sendiri disana, rasanya tenang dan damai.
Aku membuka pintu gudang itu dengan perlahan, seperti biasa tidak pernah terkunci sama sekali. Memudahkan siapapun utnuk masuk, tapi kebanyakan orang tidak menyadari keindahan yang terdapat didalam gudang ini.
“Hikz. Hikz” are, aku mendengar seseorang menangis dari dalam gudang, seketika bulu kudukku berdiri, selama hampir dua tahun aku selalu menggunakan gudang ini aku tak pernah melihat penampakan sekalipun.
Aku menelusuk lebih dalam gudang ini, dari kejauhan aku melihat sesesok wanita, berambut hitam terurai panjang, perlahan aku mendekat, susananya semakin menakutkan. Aku melihat sedikit wajahnya dari samping, dia menangis.
“Dare ka? Kenapa kau menangis?” Tanyaku.
Gadis itu hanya diam, bahkan tangisannya pun berhenti, tapi dia tak sama sekali menjawab pertanyaanku.
“Anou-san, sumimasen. Doushita?” Tanyaku lagi.
Dia masih terdiam, wajahnya sama sekali tidak berpaling dari bawah, dia terus menunduk. Aku semakin takut dibuatnya.
“Anou, kenapa kau disini?” Tanya ku lagi. Aku semakin penasaran dengan gadis ini.
Brrruuukkk
Gadis itu menubruk tubuhku dan dia pergi meninggalkanku “gadis aneh” batinku.
Dari mana gadis tadi tau tempat yang paling mengasyikan disekolah selain lapangan bola ini? Kenapa dia menangis dan kenapa dia sama sekali tak menjawab pertanyaanku?
Aku menatap kearah padang bunga matahari yang luas dan terlihat jelas dari jendela gudang ini. Ku tarik nafas ku dengan panjang dank u hembusakan perlahan, lalu aku tersenyum dengan tenang.
Ada perasaan lega saat seperti ini, walau hanya sesaat dan setelah itu harus kembali berhadapan dengan keyataan hidup yang pahit.
=====================================================================================
“Hikz.hikz” Lagi? Tanyaku dalam hati, aku mendengar seorang gadis mennagis lagi. Aku mendekatinya lagi, dan kali ini aku memberanikan diri untuk melihat wajahnya.
Aku menatap lekat pada wajah gadis itu dari samping, tidak terlihat dengan jelas karena terhalang oleh rambutnya yang selalu terurai.
“Anata wa kino no kanojo desu ka?” Tanya ku pada gadis itu. Dan jawaban yang selalu ku dapat adalah sama. Keheningan.
Aku mengelus dadaku denga pelan, “Anou-san. Kau bisa percaya padaku, kau boleh cerita apapun pada ku” Ucapku dengan sangat menyakinkan.
Aku tau mungkin dia tak akan bisa secepat itu mempercayai ku, tapi sungguh kalau dia terus-terusan mengangis ditempat ini, dia akan membuatku kehilangan sedikit waktu untuk bersantai terlebih lagi aku sangat tidak suka melihat seorang gadis menangis.
“bagaimana aku bisa mempercayai seorang lelaki? Usoooooooooooooo” Teriak gadis itu dengan penuh amarah.
Dia terlihat sangat-sangat marah, sampai aku tak dapat berkata-kata karena dibuat kaget olehnya. Gadis itu berlari meninggalkanku sediri dalam keheninganku.
YOU CAN HOLD THIS HAND, HOLD THIS BODY, BELIVE ME.BELIVE ME
LAGI????? Tanya ku dalam hati. Sudah hampir 2 minggu gadis itu selalu ada didalam gudang kesayanganku ini, dan dua minggu itu juga atu tidak tau apapun soal dia.
“baiklah, kau ini siapa hah? Kenapa aku tak pernah melihatmu disekolah?” Aku membentaknya, setiap hari selama dua minggu itu aku selalu berusaha mengetahui informasi tentangnya, tapi aku sama sekali tidak pernah melihatnya saat disekolah.
Aku menarik lengan gadis itu. “Kau boleh menangis dipelukanku” Ucapku dan memeluk gadis itu. Untuk pertama kalinya aku berani melakukan itu pada seorang gadis yang… bahkan sama sekali aku belum mengenalnya.
“Kenapa kau menangis?” tanyaku padanya, dia mulai menerima pelukanku, dan sepanjang pelukanku belum ku lepas dia masih menangis dalam pelukanku, sampai tak terasa kalau kemejaku basah.
“Aa. Gomen. Kemejamu jadi basah. Atashi Fujigaya Riisa desu. Yoroshiku” Ucap gadis itu dengan pelan, dia tertunduk dihadapanku.
“Kouchi Yugo desu. Daijobu. Asalkan kau bisa berbicara padaku dan membuatku tenang aku juga akan senang” ucapku sambil tersenyum.
Gadis itu cantik, wajahnya putih bersih, matanya besar, bibirnya merah, manis sekali. Dia tersenyum padaku dan meninggalkan ku sendiri lagi. Beda dengan yang sebelumnya, dia tidak meninggalkanku dengan air mata, tapi dengan setitik senyuman yang tergambar dibibirnya.
Aku tersenyum sendiri, merasa bangga dengan kerja kerasku selama ini, untuk pertama kalinya setelah dua minggu aku dapat melihat dengan jelas wahanya dan nilai tambahnya aku bisa tau siapa namanya.
Seperti biasa, aku melihatnya lagi saat aku ingin menenangkan diri digudang ini, sepertinya kali ini aku akan punya teman tetap yang sering mengunjungi gudang ini.
“Kau menangis lagi?” Tanya ku santai. Dan dia hanya diam menatap kearah taman bunga yang indah terlihat jelas dari dalam jendela.
Aku meraih tangannya, tangan yang halus. “Kau, mau cerita padaku?” Tanyaku untuk kesekian kalinya sejak kita bertemu.
Dia menunduk tanpa melepaskan genggaman tanganku, aku tersenyum menatapnya. Aku tau dibalik rambutnya dia masih menangis.
Aku mendongkak wajahnya “Shinjiteru. Percayalah padaku” Ucapku, wajahnya benar-benar menatapku. Tatapan matanya terlihat sangat kosong, hanya air mata yang terlihat menghiasi wajah manis gadis ini.
“Kau bisa mempercayai ku Riisa-san” ucapku sambil menatap tajam kearahnya.
Plllaaaakkkkk
Aku mengelus pipiku yang panas, sebuha tamparan bersarang dipipi kananku. Gadis yang aneh, pikirku. Ku kira dia sudah mulai membuka dirinya padaku. Sebenarnya ada apa dengan gadis itu.
=====================================================================================
Aku berlari menghampri Yuma yang sedang asik dengan anak-anak yang lainnya. “Anou. Kalian tau Fujigaya Riisa tidak? dia kelas berapa sih?” Tanya ku pada Yuma,Taiga dan kento.
Ketiga ikemen itupun menggeleng dengan yakin. Tentunya, sepertinya hanya aku yang mengenal gadis misterius itu.
“Anou, Sakura-chan. Aku mau nanya, kau kenal dengan Fujigaya Riisa?” Tanya ku sesaat setelah melihat Sakura melintas diahadapan kami, “Aku punya foto lucu Yuma loh. Kau mau?” Tanya ku menggoda. Sakura sangat menyukai Yuma, bahkan bisa dibilang dia rela mengerjakan apapun demi Yuma.
“Hmm, aku akan carikan datanya. Aku juga belum pernah mendengar namanya. Tapi kau janji ya?” benar kataku, dia pasti akan membantuku asalkan ada Yuma. Hahahaha.
Aku mengikuti Sakura yang masuk kedalam ruang osis, karena Sakura anak osis dengan mudah dia keluar masuk ruang osis.
“Wakatta. Fujigaya Riisa. 3-B. dia anak baru” Ucap Sakura, dia mengambil beberapa copyan berkas milik Riisa dan segera memasukan berkas Riisa kedalam lemarinya lagi.
“Arigatou, Fotonya akan ku email kan nanti” ucapku setelah mengambil berkas copyan data Riisa.
Aku berlari menuju kelas tanpa memperdulikan Sakura, urusan Sakura itu urusan mudah.
“Fujigaya Riisa, ah, ada alamatnya” Aku melirik langsung pada alamat yang tertera diberkas tersebut.
=====================================================================================
TELL ME. WHAT WRONG? WHAT DO YOU FEEL?
Aku terus mengikuti langkah Riisa, jarakku cukup aman dari posisinya walau beberapa kali dia menyadari kalau ada yang membuntutinya. Tak lama dai masuk kesebuah rumah sederhana tak jauh dari sekolah.
“Riisa no uchi?” Tanyaku dalam hati, no bad lah pikirku, cukuo besar untuk seorang Riisa yang misterius.
“Tadaima” Aku mendengar gadis itu membuka pintu rumahnya, dan disambut oleh dua orang adiknya, yang satu sudah cukup besar dan yang satunya lagi terlihat masih sangat kecil, mungkin tiga-empat tahun.
“Ayo masuk. Niichan belum pulang?” Tanyanya sebelum masuk pada kedua adiknya itu, dan dari kejahuan aku melihat adiknya menggeleng.
Aku menatap rumah besar itu dengan cermat, dengan tanpa repleks aku mengetuk kencang pintu itu.
“Neechan, kowai” Terdengar dari dalam suara seorang gadis kecil ketakutan.
“Yugo-kun?” Riisa terpana melihat kedatanganku dirumahnya. Kedua adiknya yang memeluknya erat kini merenggangkan pelukannya.
“Lain kali kalau kau mau mengetuk pintu rumah orang jangan ketuk seperti itu. Itu sangat kasar” Ucapnya menasehati.
Aku tersenyum. “Bisakah kau memberitahuku sedikit masalahmu?” Tanya ku to the point.
Riisa menggeleng. Dan sepertinya kata ‘tidak’ dan gelengan kepala itu benar-benar menjadi cirri khas Riisa. Dia benar-benar gadis yang susah.
Aku menghembuskan nafas ku dengan berat. “Souka. Baiklah. Aku pulang” Ucapku dengan lemas.
Ku tinggalkan halam rumah sederhana itu, dan perlahan pintu rumah gadis itu tertutup dari dalam.
Aku menunggu dan tetap menunggu didekat rumah Riisa, sampai ku lihat seorang lelaki masuk kedalam rumahnya dengan sangat cepat.
Aku memandang lelaki itu, dia masuk dengan terburu-buru.
“Nani? Kau tidak memasak hari ini? Lalu aku mau makan apa hah?”
“Gomen nasai Oniichan” Itu suara Riisa, aku dapat mendengar suaranya dengan jelas, suara yang dua minggu terakhir ini selalu kudengar saat dia memangis, suara itu terdengar sama saat menangis.
Ada sesuatu yang membuat Riisa menangis. Tapi apa dan kenaapa?
“Gomen nasai Oniichan. Aku benar-benar tidak sempat” Suara Riisa terdengar lagi.
Buuuuggghhhttttt
Aku mendengera suara pukulan dan seketika juga teriakan dari seorang gadis kecil, seperti suara adiknya Riisa.
Aku terdiam tak berseuara, sepertinya laki-laki itu menyadari keberadaanku, syukurlah dia segera menutup pintunya lagi.
Aku pulang dengan perasaan shock yang menyelimutiku, aku tak berani berbuat apapun, merasa kalau diriku adalah pecundang.
“Riisa-san. Doushita? Kau kenapa? ceritalah padaku. Onegaishimasu” Teriakku dan membungkuk dihadapannya.
Dai hanya diam, dan seperi biasa menangis. Dia menangis terus menerus, dan tangisannya semakin kencang.
Aku menarik tubuhnya, ku peluk dengan erat tubuh gadis kecil itu. “Sampai kapan aku akan menyimpan masalahmu sendiri? Kau mau mati dengan terus menyimpan masalahmu sendiri?” Tanya ku dengan kesal.
Aku tau, tak seharusnya aku berkata seperti itu, mungkin ini masalah pribadinya, aku juga kesal saat Yuma,Kento dan Taiga mencampuri urusan pribadiku, tapi sesekali aku juga membutuhkan mereka untuk menyelesaikan masalahku.
Riisa terdiam, disekanya air mata itu dengan punggung tangannya. “Kau tidak tau seberat apa masalahku. Kau tidak perlu ikut campur” ucapnya dingin.
“Aku tau, tapi kau itu benar-benar perlu tempat untuk mencurahkan masalahmu. Dan kau bisa menceritakan itu padaku. Bercerita itu bisa membuatku lebih tenang” Ucapku.
Riisa terdiam menatapku tanpa ekspresi sedikit pun. “Ya kau benar, tapiii….” Dia menggantungkan kalimatnya.
“tapi apa?”
“Tapi apa aku bisa benar-benar mempercayai mu?” Tanyanya sambil menunduk.
“Berapa kali aku harus bilang padamu kau bisa mempercayaiku, aku akan membantumu” Ucapku dengan tenang.
Riisa menunduk “Arigatou” Ucapnya dengan lembut.
=====================================================================================
#RIISA POV#
“Arigatou” Ucapku dengan lembut.
Aku bertemu dengan Yugo pertama kali digudang ini, sulit bagiku unutk mempercayai seseorang. Sejak dulu orang yang ku percaya selalu membuatku kecewa, gudang ini adalah tempat ku satu-satunya menumpahkan semua perasaanku, walau semestinya aku tidak menangis tapi menurutku menangis itu bisa menghilangkan sedikit bebanku.
Yugo bisa mengerti aku, walau aku sendiri masih tidak yakin padanya.
“Mau ku antar pulang?” Tanyanya saat aku hendak pulang.
Aku menggeleng. “Arigatou. aku bisa pulang sendiri” Ucapku dengan tenang sembari menunduk.
Aku benar-benar takut untuk menatapnya, selama ini aku jarang menatap wajah seseorang.
Tiba-tiba Yugo menarik tanganku, lalu menatap wajahku. Aku tediam.
“Sekali saja. Onegaishimasu” Ucapnya sambil membungkuk dihadapanku.
Aku mengiyakan permintaannya, karena aku takut padanya. Dia adalah laki-laki, dan aku sangat takut pada lelaki, siapapun itu, hal itu membuatku tertutup pada siapapun.
“Kau mau menceritakan kisahmu? Mau sambil makan ice cream? Ku traktir deh?”
Aku mengiyakan lagi, dengan alasan yang sama, takut. Aku tak berani menolak permintaannya, setelah mendapat persetujuan dari ku, Yugo menarik tanganku dengan lembut dan menuntunku kesebuah café didekat sekolah.
“Bagaimana? Mau mau cerita sekarang?” Tanyanya sambil terlihat memilih-milih menu yang ada di daftar menu.
Aku terdiam dan menatapnya. “Apa semua laki-laki akan berbuat sama pada wanita?” Tanya ku pada Yugo yang mulai memperhatikanku yang seharusnya sudah menceritakan masalahku.
“Eh? Maksudmu apa?” Tanyanya yang terlihat bingung.
“Apakah semua laki-laki seperrti itu? Otousan, Oniichan, semuanya sama. Apa kalian akan selalu berbuat seperti itu? Kalian sama sekali tidak mempunyai perasaan. Kalian itu benar-benar…….”
Aku merasa kalau ucapanku tak terkontrol, dan aku juga baru menyadari kalau air mataku sudah terjatuh.
Yugo menarik lenganku dan menggenggamnya. “Kau sudah lebih tenang?” Dia merapatkan bangkunya. Dan memelukku.
FLASH BACK
“Oniichan. Aku rindu pada Okaasan” Ucapku pada Taisuke, kakak lelaki pertamaku.
Dia yang selama ini ada didekatku, umur kami cukup terpat lama, setelah itu Okaasan baru mempunyai adik yang umurnya tak jauh dariku.
Oniichan memeluk tubuhku dan memakaikan jaketnya pada tubuhku yang kedinginan.
“Oniichan akan mencari Okaasan. Kalian harus tetap sekolah. Oniichan berjanji akan menjaga kalian” Ucap Oniichan dengan lembut sembari memeluk tubuh ku, Ryu dan juga Megu.
DUlunya keluarga kami adalah keluarga yang sangat rukun dan bahagia, tapi semuanya berubah saat Otousan selingkuh pada seorang wanita di bar, Otousan memilih untuk meninggalkan Okaasan dan anak-anak kandungnya.
Otousan memilih menikah dan hidup bersama dengan wanita penghibur itu, karena kabar terakhir yang ku dengar dia sudah mengandung anak Otousan selama tiga bulan.
Kejadian itu tentunya membuat Okaasan frustasi, sebulan setelah kejadian itu Okaasan pergi meninggalkan ku dan yang lainnya.
Akhirnya Taisuke Nii-chan lah yang merawat kami semua, sampai suatu saat dia mendapat pekerjaan di Tokyo, jadi kami semua pindah ke Tokyo.
Perlahan, seiring berjalannya waktu Taisuke Nii-chan semakin jarang bertemu dengan aku,ryu dan juga megu.
Setiap hari Taisuke Nii-chan pulang dalam keadaan mabuk dan tidak sadarkan diri. Saat dia pulang hanya ada amarah yang dia berikan pada kami.
Taisuke Nii-chan sangat berubah, dia sudah bukan Oniichan yang menyayangi kami seperti dulu, dia Taisuke Nii-chan yang sangat jahat.
FLASH BACK END
=====================================================================================
#AUTHOR POV#
Taisuke berjalan dengan lunglai, kepalanya terasa amat sangat pusing.
“Hei. Fujigaya-san. Cepat layani dia” ucap seorang senironya.
Taisuke menuruti, walau perasaanya sudah sangat muak dengan apa yang dia kerjakan sekarang. Dia bekerja sebagai host, lelaki yang menemani wanita yang kesepian disebuah club.
Wajah Taisuke lah penyebabnya, banyak wanita yang menyukainya, dia sangat tampan, terlebih tubuh Taisuke yang bisa dibilang sangat bagus untuk ukuran lelaki.
Taisuke berjalan menuju tempat wanita yang sudah memesannya itu. Seperti biasa, dia hanya menemani minum dan sekedar menjadi sandaran wanita itu, setelah mendapat bayarannya hubungan singkat itupun berakhir. Begitulah pekerjaan para host. Mereka memang tidak sampai menemani wanita-wanita itu terlalu dalam, oleh karena itu Taisuke menerima pekerjaan itu.
“hari ini sudah selesai. Ini bayaranmu. Besok jangan sampai telat lagi ya” Seniornya memberikan beberapa uang yen pada Taisuke. Dia memang selalu telat, karena saat siang dia juga mengambil kerja part time disebuah mall.
Taisuke mengagguk dan segera mengammbil uang tersebut.
“Aku sangat…”
Buuuggghhhh
Tubuh besar Taisuke terjatuh disebuha jalan yang sepi. Tanpa ada seorangpun yang melihatnya.
“Are? Ini laki-laki yang kemarin marah-marah dirumah Riisa kan? Eh? Matte, dia taisuke Nii-chan?” Tanya Yugo dalam hatinya.
“Aku tak kuat mengengkatnya, tubuhnya besar sekali” Ucap Yugo sembari mencoba mengangkat Taisuke.
“Aku dimana?” mata Taisuke terbuka perlahan dan melihat Yugo yang sedang dihadapannya.
“Ano, Oniichan, tadinya aku ingin menggendongmu, tapi tubuhku terlalu kecil. Kau itu Taisuke Nii-chan kan?” Tanya Yugo dengan yakin.
Taisuke mengangguk. “Kau siapa?” Tanyanya.
“Kouchi Yugo. Riisa no tomodachi” Ucap Yugo dengan yakin lagi.
Taisuke berdiri , perlahan tubuhnya semakin tegap.
“Anou, Onii-chan. Kenapa sikap mu berubah pada Riisa,Ryu dan Megu? Dulu bukankah kau sangat menyayangi Riisa dan yang lainnya? Kau tidak sadar ya nii-chan kalau hampir setiap hari sebelum pulang sekolah Riisa selalu menangisi mu, dia merindukan sikapmu yang dulu, sikapmu yang menyayangi dia. Taisuke Nii-chan yang sangat lembut” teriak Yugo saat Taisuke hendak melangkahkan kakinya meninggalkan Yugo.
Taisuke terdiam, tak menjawab ucapan Yugo.
“Selama ini, aku selalu melampiasakannya pada Riisa,Ryu dan Megu. Aaaaahhh. Aku benci Otousaan” Teriak Taisuke. Tak lama dia berlari dengan cepat.
Tanpa pikir panjang Yugo mengikuti kemana Taisuke lari.
“Riisa” Dengan cepat taisuke masuk kedalam rumah sederhana itu, begitu juga dengan yugo.
Terlihat dengan jelas wajah Riisa, Ryu dan Megu yang ketakutan.
Taisuke mendekat, dan air mata Riisa pun semakin emngalir dengan kerasa.
“Gomen ne Rii-chan. Ryu-chan. Megu” Taisuke memeluk ketiga adiknya itu.
Dia juag ikut menangis bersama adiknya. “Gomen, selama ini aku benar-benar frustasi karena aku tidak bisa menemukan Otousan maupun Okaasan sesuai janji ku pada kalian” ucap Taiuks emenyesal.
Riisa tersenyum pada Oniichannya itu. Dan buih air matanya pun tak dapat terbendung.
“Niichan. Daijoubu yo. Lupakan saja janji Niichan itu, kita mulai hidup kita tanpa mereka” Ucap Ryu, yang merasa kalau dirinya adalah anak laki-laki selain Taisuke.
Taisuke mengangguk dan tersenyum pada mereka bertiga.
“Rii-chan. Gomen na” Taisuke meminta maaf dan mengecup kening Riisa dengan lembut.
“Ahh. Aku cemburu sih?” ucap Yugo dan segera meninggalkan mereka.
“Matte” Teriak Taisuke dan menahan Yugo pergi.
“Ah. Ampun Oniichan. Aku hanya bercanda kok. Sungguh” Yugo terlihat ketakutan.
Taisuke menarik Yugo masuk kedalam ruang tamunya. Dia mempersilakan Yugo untuk duduk, darah Yugo mengalir lebih cepat dari biasanya, dia merasa sangat-sangat takut, terlebih Taisuke memang manly sekali berbeda jauh dengan Yugo.
“Arigatou Yugo-kun” Ucap Taisuke sembari merangkul bahu Yugo.
Yugo tersentak dan sedikit takut dibuatnya. “Iie, doitashimashite Oniichan. Lain kali jangan seperti itu lagi. Aku tidak tega melihat Riisa selalu menangis”
Taisuke melirik tajam kearah Riisa, dan Riisa hanya menunduk dengan dalam. “kalian saling suka ya?” Tanya Taisuke pada keduanya.
Seketika keduanya panik dan segera berteriak kalau mereka tidak saling menyukai.
“Sudah tertebak, aku sangat ahli dalam urusan cinta. Sudah jangan bohongi aku Yugo-kun” ucap Taisuke sembari menyenggol bahu Yugo.
Yugo hanya tersenyum malu begitu juga dengan Riisa, dia hanya tersenyum sambil terus memeluk tubuh kecil Megu.
Sebuah keluarga yang nyaris terpecah belah kini bersatu kembali, kehidupan akan terus berlangsung walau beberapa orang penting dalam kehidupan kita kadang pergi dan tak mungkin kembali. Yang Riisa inginkan hanyalah kebersamaan dengan keluarganya, hanya itu. Kini Taisuke kembali seperti dulu lagi. Dia sudah melupakan janji yang dibuatnya. Life must go on~
END~~~
COMMENT ARE LOVE~~~~~~~
GILA GAZE BANGET INI YAAA?????
AKU MAU BUAT SQUELNYA. TAPI NGA TAU DAH GIMANA??
ASLI GAZE BANGET BANGET INI TT^TT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks For Leave A Coment