Title : Kimitachi No Egao
Genre : Friendship
Ratting : I think It’s G or PG
Author : Lisa Wulan Novianti
Cast : 10 Hey Say JUMP member
Disclaimer : All chara is in Hey!Say!JUMP. They are from JE. There is no OC in this Fanfiction.
Warning : Yossshh. I miss you my little brother. Fanfiction ini hanya sekedar fanfiction, hanya hayalan author semata, dan FF ini jauh dari kata ‘sempurna’ so, comment please after you read this fanfiction.
Kimitachi No Egao
Yamada membuka jaket tebalnya, jaket yang menutupi dirinya dari dinginnya udara Jepang yang begitu menusuk, musim dingin tahun ini tidak seperti biasanya dingin yang mengunjungi Jepang membuat banyak orang perlu sedikit beradaptasi dengan hawa yang baru seperti sekarang ini.
Chinen sudah sibuk dengan tali sepatu yang sedari tadi dia coba untuk diikat, cowok yang memiliki wajah yang begitu imut ini sedikit kesulitan untuk mengikat tali sepatunya, HSJ kali ini memang akan latihan untuk konser mereka di awal tahun depan.
“Samukatta desu. Koko wa samui mo” Hika memeluk tubuhnya sediri sambil membaringkan dirinya, rasa malas hinggap ditubuh lelaki gingsul itu. Hikaru baru saja datang tak lama Yabu pun menghampiri Hika dan duduk disebelahnya.
Inoo sibuk dengan bukunya, cowok yang masih kuliah di universitas Meiji ini memang kadang kala sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya. Tapi dia juga tidak pernah absen dari semua kegiatan JUMP. Inoo juga masih sering menghadiri acara-acara seperti Music Station dan lain sebagainya.
“Ada yang mau coklat panas?” Yuya memegang sebuah nampan berisi coklat panas yang baru diambilnya dari dapur studio. Dia tau kalau semua sahabat sekaligus partner kerjanya merasa kedinginan dan tidak nyaman dengan hawa hari ini.
Dengan cepat Keito yang lagi sibuk dengan gitarnya mengambil segelas coklat panas yang dibawa Yuya, begitu juga dengan yang lain. Lalu mereka meneguk coklat panas itu dengan sesekali menghangatkan telapak tangan mereka dengan dinding gelas yang terasa hangat.
“Sumimasen. Aku telat” Daiki mengatur nafasnya. Lalu membuka topi pat yang dia gunakan serta menggantung tas dan jaketnya ditempat yang sudah disediakan. Latihan memang akan dimulai beberapa menitlagi, setelah semuanya siap untuk latihan.
Kedelapan member itu sudah siap berkumpul dilantai ruangan tempat latihan dance mereka tersebut. Yuto yang sekarang tubuhnya sangat tinggi memutar pengatur ruangan, ditambahnya suhu ruangan tersebut agar tidak menganggu latihan mereka.
Kini mereka mulai berlatih menarikan lagu single baru mereka ‘Super Delicate’
Latihan berjalan dengan sangat lancar, ada banyak tawa dan canda diantara mereka, selalu seperti itu. Sejak empat tahun yang lalu mereka selalu latihan bersama-sama, menghabiskan waktu lebih banyak dengan HSJ daripada dengan keluarga atau kehidupan mereka masing-masing.
Selesai latihan, biasanya mereka langsung pulang kerumah masing-masing, tapi kali ini Yuto mengusulkan untuk mampir kesebuah café yang letaknta tak jauh dari tempat latihan mereka.
“Tersenyumlah Yama-chan” Inoo menyenggol bahu Yama yang sejak diperjalanan berwajah murung.
Yamada hanya sersenyum simpul pada Inoo, empat tahun bukanlah waktu yang sebentar, bagaimana pun mereka sudah mengerti bagaimana sikap maeng-masing dari mereka.
“Itadakimasu” Hikaru yang terlihat sangat lapar karena makanan yang menggiurkan sudah tersaji dihadapan mereka tak sabar dan segera saja menyantap makanan tersebut.
“Uhhh,. Ummmm” Decak kagum keluar dari bibir imut Chinen.
Lagi-lagi Yabu mendapati salah seorang sahabat sekaligus partner kerjanya itu murung. Yamada terlihat masih diam diantara yang lain. Biasanya Yamada yang paling aktif saat ada acara. Dia selalu jadi center saat mereka ada acara atau diwawancarain karena memang Yama lah yang paling banyak bicara.
“tersenyum bodoh tersenyum. Aku mengingat kata-kata anak kecil bodoh itu dalam benak ku” Yama mulai berbicara, sontak membuat kedelapan orang yang lain berhenti dari kesibukan mereka menyantap makanan lalu memperhatikannya.
“Ryuu?” tebak Keito.
Yama mengangguk, lalu Daiki yang berada disisinya merangkul Yama. “Aku juga. Entah kenapa belakangn ini aku sering memimpikannya” Ucap Daiki sambil menyeruput ocha yang hangat itu.
Keheningan diantara mereka menghampiri, tak ada satu memberpun yang berbicara. Hanya ada kesunyian dan kehampaan diantara mereka.
“Yooshhhaa. Mari lanjutkan makannya” Yabu mulai mengambil mangkuk kecil yang berisi makanannya itu, dan yang lainnya pun mengikuti.
=====================================================================================
6 bulan yang lalu, 28 juni 2011 keputusan yang begitu menyakitkan bagi para fans HSJ muncul, Morimoto Ryutaro, anggota termuda HSJ harus dikenakan scors karena terbukti merokok dibawah umur. Ryutaro sendiri mengakui kalau dia benar merokok pada umur 14 tahun saat itu. Dai telah meminta maaf dan benar-benar menyesal karena dia telah berbuat hal yang tidak menyenangkan bagi fansnya.
Setelah keputusan itu Ryutaro tak pernah terdengar kabarnya lagi, banyak rumor muncul dimana-mana. Ada yang bilang dia akan kembali saat HSJ mengeluarkan single baru, ada yang bilang kalau dia kembali setelah tiga tahun lagi. Tapi kembali kepada kenyataan, para fans HSJ hanya bisa mempercayai keputusan yang dibuat oleh pikah JE, bukan sekedar rumor.
“Dia bilang, JE sudah menawarkan Ryuu untuk kembali? Tapi Ryuu tidak mau kembali juga kan?” Yuya menyenderkan dagunya disebuah meja, kali ini dia memang sedang bersama dengan kedelapan member HSJ yang lain, kali ini mereka berkumpul disebuah rumah bensar milik Daiki.
“Iya. Tapi Ryu tidak mau enah kenapa” Chinen ikut bicara. Lelaki imut penggemar Ohno Satoshi itu mulai angkat bicara, walau sikap chinen manja dia cukup dewasa dalam membicarakan hal-hal serius.
Keheningan tercipta lagi, selalu seperti ini saat semua member mulai berusaha utnuk berpikr.
“Ahhh. Kenapa ini harus terjadi? Dasar Ryuu baka” Yama kesal dan pergi meninggalkan mereka semua.
Chinen hendak mengejarnya. tapi tangan Yabu menahan tangan Chinen untuk membiarkan Yama menenangkan pikirannya.
=====================================================================================
You are my best rival, but I really miss you
Yamada memang orang yang paling merasa kehilangan Ryuu, walau didepan layar kaca Yamada selalu tampil dengan penuh senyuman dan dengan penuh ceria, tapi Yama benar-benar merindukan sosok rival yang selama ini selalu bertarung dengannya.
Setelah Ryuu diskors dari pekerjaannya, hari-hari Yama menjadi sepi, tak ada lagi yang bisa membuatnya kesal, tak ada lagi yang membuatnya bertengkar, tak ada lagi anak bodoh yang selalu menganggunya.
Yama melangkahkan kakainya kesebuah taman, taman yang sepi , mungkin hanya dia yang ada disitu, dia juga tak ingin banyak orang yang tau dia sedang ada disana.
Mata Yama mulai berkaca-kaca. Dia tak merasa kalau sedelapan member HSJ yang lain kehilangan Ryuu atau tidak, tapi baginya Ryuu itu bukan hanya sekedar rival, dia sudah menkjadi bagian hidup Yama. Ryuu sudah Yama anggap seperti adiknya sendiri.
Perlahan air mata Yama menetes, dia merasa sangat rindu pada seseorang yang bodoh itu, sosok adik kecil yang tingginya melebihi dirinya itu, sosok Ryuutaro yang kini tergambar jelas dibenaknya.
“Ryuuu. Kau ini bodoh sekali. Kau benar-benar bodoh” Yama mulai bersuara disela tangisnya, air mata itu terus mengalir, Yama hanya bisa menutupinya dengan tangannya.
Seseorang duduk disebelah Yama yang sedang memangis itu. “Ryuuu bodoh” Teriak Yama sedikit kencang didalam tunduknya.
“Gomen. Habis aku kan laki-laki” Laki-laki itu menjawab ucapan Yama.
“RYU???” Yama tersentak melihat Ryu yang ada dihadapannya, melihat Ryu yang sudah sangat lama tidak dia lihat. “Omae wa Ichiban BAAKKAA” Yama menjitak kepala Rivalnya itu. Dan Ryuu hanya tersenyum kesal.
“Gomen” Ucap Ryuu singkat.
Tak lama setelah itu Ryuu tertawa melihat Yama yang memangis, wajah Yama benar-benar memerah akibat tangisannya, ada bekas air mata dipipi lelaki itu.
“Aku tak mengeri kenapa kau menangis?” Tanya Ryuu tiba-tiba.
Yama menatap Ryuu dengan kesal. “Aku juga tak mengerti kenapa kau berbuat hal bodoh seperti itu”
“Gomen” Ucap Ryuu tanpa memberi satu alasan apapun.
Yama bangkit dan menampar pipi Ryu. “omae wa baakaa” lalu Yama pergi dari hadapan Ryu.
Selama ini Ryu memang tau kalau Yama sering mampir ditaman yang kecil itu, taman yang selama ini sering dia datangi, taman sepi yang selalu cocok untuk Yama disaat dia ingin sendiri. Taman ini juga yang sering mengingatkan Yama pada Ryu.
=====================================================================================
No more story between you and me. Take your self to be a good boy
Yabu membalikan tubuhnya, menatap kesebuah pigura kecil dengan foto 10 ikemen disana, 10 member HSJ lengkap, tanpa kurang sekali pun.
Poto yang diambil saat mereka ulang tahun ketiga. Tiga tahun saat ini menyenangkan sekali, walau banyak suka dan duka tetapi mereka mampu melaluinya bersama. Yabu menatap poto itu lekat-lekat, lalu ditutupnya poto tersebut.
“Aku rindu kau Ryu” ucap Yabu lalu mengambil handuknya dan segera bergeas kedalamkama mandi.
Yabu sudah sangat rapi bersiap untuk kembali keaktifitasnya sebagai bagian dari member HSJ. Dia memakan sarapan yang sudah disediakan oleh okaasannya, lalu tak lama berpamitan untuk segera pergi.
Yabu berjalan menyusuri jalanan sebelum dia harus naik kereta beberapa stasiun untuk bisa sampai ketempat latihannya hari ini.
From : Inoo
Sub : Doko?
Kau dimana? Lama sekali
Yabu membacanya. Hari ini tubuh Yabu kurang bersemangat untuk melakukan aktifitas. Kini yabu menatap layar ponselnya tanpa ekspresi, disekelilingnya hanya ada orang yang sibuk dengan kepetingannya masing-masing.
“Kapan lagi akan seperti dulu?” Yabu membatin, dia sedang menatap sebuah foto yang diambil dengan ponselnya beberapa bulan yang lalu, sebelum anak kecil yang bodoh itu pergi meninggalkan mereka semua.
Yabu benar-benar rindu sosok Ryutaro yang suka bercerita segalanya dengan dia, Yabu rindu karena sosok Ryutaro benar-benar hilang dari pandangannya, JE memblock semua komunikasi antara member JUMP dengan anak itu, anak kecil yang ketahuan merokok yang sekarang sedang dihukum.
Yabu menunduk lalu memflip ponselnya, mata Yabu berkaca-kaca tanpa satu orang pun yang tau. Air mata lelaki tertua di dalam HSJ itu pun terjatuh sedikit, tapi tak lama dia menghapusnya lagi.
“Yabu desu ka?” Seseorang tiba-tiba duduk dibangku kosong yang ada tepat disebelah Yabu. Yabu menatap lelaki dengan kacamata yang ada dihadapannya sekarang.
“Kau disini?” Bisik Yabu pada lelaki itu.
Ryutaro tersenyum pada Yabu, selama ini Yabu memang sering menjadi teman curhat Ryu, Ryu selalu menceritakan hal-hal yang terjadi pada Yabu.
Ryutaro bangkit dari tempat duduk itu. “Aku duluan ya. Ku mohon tetap tersenyum”
Yabu mengangguk dengan yakin dan menatap tubuh tegap Ryu yang keluar dari kereta listrik yang Yabu tumpangi itu.
Senyum Yabu kini mengembang, Yabu yang sudah dewasa ini mengerti bagaimana perasaan Ryu, yabu terus tersenyum sambil memikirkan ucapan Ryu tadi ‘Ku mohon tetap tersenyum’ Yabu berjanji pada dirinya sendiri untuk tersenyum, untuk dirinya dan untuk semua yang mencintainya.
=====================================================================================
You said : Please help me, This homework will be kill me. But now, I can’t hear it again.
Inoo sibuk dengan setumpuk buku yang ada ditangannya. Dia memang sudah data beberapa menit yang lalu, tapi Inoo yang statusnya mahasiswa ini selalu disibukkan oleh beberapa tugas kuliahnya yang memaksa dia untuk tetap mengerjakannya walau sampai ketempat latihan sekali pun.
“Simpan dulu bukumu. Ayo latihan sekarang” Hikaru sudah marah-marah karena iya ingin segera latihan ini berakhir dan ingin segera pulang dan tentunya beristirahat.
Inoo tak menggubris ucapan Hikaru, karena dia sendiri tau. Daiki belum ada idtempat, mereka tidak akan bisa memulai untuk latihan kalau kekuarangan satu member karena itu akan merusak formasi.
Inoo kembali sibuk dengan buku-bukunya lagi. Tiba-tiba dia berhenti karena meihat sebuah tulisan besar-besar disebuah buku pelajarannya ‘Inoo, kau harus terus belajar, karena kau harus membantuku mengerjakan PR. Ganbate ne’ Tulisan yang tidak terlalu rapi itu masih ada dibuku pelajaran Inoo, dia ingat betul saat itu, saat dimana lelaki kecil itu menuliskannya
“Ryutaro” ucap Inoo dengan lirih sambil mengusap tulisan itu. Kini dia menghembuskan nafasnya dengan berat, “Aitai” Ucap Inoo lagi.
“Hey. Daiki sudah datang. Ayo cepaaattt” Chinen dengan manja menarik tangan Inoo kedalam lantai latihan. Dan Inoo tentunya menurut, karena dia juga ingin segera cepat latihan dan cepat kembali mengerjakan tugasnya.
Inoo masih terus mengikuti dance, sesuai dengan lagu yang sedang diputar saat ini.
“Aku ketoilet sebentar” Ucap Inoo lalu memisahkan diri dari kedelapan member yang lainnya. Kepala Inoo terasa pusing, pusing karena dia berlatih terlalu keras dan tentunya dipusingkan oleh tugas-tugas yang bisa membunuhnya itu.
Begitu Inoo kembali dari toilet kedelapan member yang lain sudah siap untuk pulang, mereka berdeplapan memutuskan untuk mengakhiri latihan hari ini karena Chinen mengeluh perutnya sakit, Chinen memang selalu manja.
Inoo mengganti bajunya, dibereskannnya buku-buku tugasnya itu lalu segera meninggalkan mereka.
“Gomen, aku duluan” Inoo mengambil bukunya, lalu dengan cepat dia meninggalkan ruangan itu.
Inoo berjalan dengan cepat, berharap tidak ketinggalan kereta yang ingin dia tumpangi, dia mempercepat laju jalannya.
Buuuggggghhhh
“Ittaaiii” Inoo meringis sakit, dan bukunya berjatuhan.
“Gomen ne. Inoo” seseorang menyebut namanya. Inoo mendongkat dan Ryutaro kini ada didepannya,
Halaman dimana Ryu menulis tulisan itu terbuka, mengingatkan kembali kenangan hari-hari yang lalu antara Inoo, Ryu dan HSJ tentunya.
“Maa Inoo, kau masih menyimpannya ya? Suugooi. Kono wa anata no hon” Ryu memberikan buku-buku tersebut, sedangkan wajah Inoo dibuat shock oleh kejadian yang mengagetkan itu.
Inoo masih terdiam. “Semangat untuk terus menggapai semua impianmu ya, selalu iringi hari mu dengan senyuman. Sayonara” Ryu melampaikan tangannya dihadapan Inoo dan segera pergi dai tempat itu. Inoo masih saja shock.
Kini Inoo berjalan dengan perlahan, wajahnya tertunduk menatap tulisan yang ada dibuku itu, ‘selalu iringi harimu dengan senyuman’ Begitu kata-kata yang diucapkan oleh Ryu tadi. Inoo kini tersenyum, tak lama air matanya terjatuh.
“Kimi mo ne Ryu” Inoo tersenyum, didalam hatinya dia berharap agar Ryu selalu mengiringi hari-harinya dengan senyuman.
=====================================================================================
Boy, Why you do it? I miss you.I wanna hug you
Chinen meringis kesakitan didalam kamarnya yang cukup besar itu, saat latihan tadi memang Chi merasa kalau ada yang tidak beres dengan perutnya, sepertinya beberapa virus menyerang tubuhnya yang sedang tidak stabil kali ini.
Chi masih terus sibuk dengan perutnya yang terasa sangat sakit, saat ditempat latihan tadi tak ada seorangpun yang memperhatikannya dengan lebih, bahkan Yama yang selalu diberitakan dekat dengannya tak terlalu respek dengannya.
“Andai ada Ryu, dia pasti yang memanjakanku” Chinen menarik selimutnya dalam-dalam. Lalu sejenak memejamkan matanya.
“Aaaaa Itaaaaiiii” Chi kini berteriak membuat sesisi rumah tersebut kaget dibuatnya, beberapa orang kemudian datang menghampiri Chinen yang tengah merengkuh kesakitan, memberinya perolongan pertama berupa obat-obatan untuk mencegah sakitnya semakin parah.
Lampu kamar itu pun dimatikan, orang-orang yang tadi merawat Chinen pun keluar satu persatu dari kamar itu, mencoba membiarkan pria kecil yang imutnya sangat ini untuk istriahat sejenak menenangkan dirinya agar penyakitnya sembuh.
Chi membalikan tubuhnya, dia masih merasa sakitnya belum ringan juga. Dia malah merasa kalau perutnya semakin menjadi. Dengan cepat Chinen memanggil Okaasan dan dengan cepat juga Okasannya membawa Chinen kerumah sakit terdekat dari rumahnya.
“Mungkin hanya ada infeksi. Kami akan uji lab dulu, baru setelah itu kami bisa menyatakan apa penyakitnya” Ucap seorang Sensei yang ada dihadapan Chinen dan Okaasan. Dengan lemas Chi berjalan menuju dikoridor rumah sakit yang sepi itu. Sambil membawa berkas menuju resepsionis untuk mengisi data Chi hanya menunduk kebawah tanpa memperdulikan banyak orang yang memperhatikan.
“Anou, sumimasen. Kau punya pulpen? Boleh ku pinjam?” Seorang laki-laki menepuk pundak Chi , bermaksud untuk meminjam pulpen.
Chi menatap lelaki itu. “Ryu?” Chi langsung memeluk lelaki dengan baju kerah tinggi yang nyaris tak kelihatan itu, menyamarkan wajahnya dari banyak orang.
“Chinen. Kau disini?” Ryu sedikit mendorong tubuh Chi yang tadinya masih memeluk tubuh Ryu. “Hazukashii na” Ucap Ryu sambil tersenyum dan membuka kacamatanya.
Chinen memberikan sebuah pulpen kepada Ryu. “Siapa yang sakit?” Tanya Chinen dengan senang, dia nyaris saja melupakan penyakit yang sedang menimpanya.
“hanya sekedar control kesehatanku. Aku sudah selesai. Aku harus pergi sekarang. Jyaa ne. Chotto Chi, senyum mu kali ini sangat sangat manis. Tersenyumlah untukku” Ryu menunjuk bibir Chinen yang masih tersenyum, dan ucapan Ryu mampu menyihir Chinen untuk tersenyum semakin lebar.
Chi tersenyum dengan ikhlas, seyuman yang awalnya tak ada diwajah cowo yang sedang sakit itu, kini bersarang diwajah Chi. Chi masih menatap tubuh Ryu yang perlahan menghilang dari pandangan Chinen.
“Aku senang bisa melihat dan memelukmu lagi” Ucap Chinen, dan tanpa sadar matanya berkaca-kaca.
=====================================================================================
There is no more laught and no more bully again. If you can, I wanna you come back.
Hika mengela nafas berat, sudah beberapa kali dia memetik senar bass yang ada dihadapannya, tapi hasilnya tidak bagus, beberapa member JUMP yang lain hanya dia memperhatikan Hikaru yang sedang kesal, tak ada yang berani menganggu Hikaru yang sedang frustasi itu.
Hikaru meletakan bass besar itu dihadapannya, bass itu dipandanginnya dengan tatapan kesal, dan sesekali Hika mencibir tidak jelas pada bass itu.
“tak bersemangat. Ingin mengerjai orang” Hikaru membatin dalam hati, dan matanya kini berputar mencari orang yang kiranya bisa dia kerjai, obat kebosanan Hikaru hanyalah mengerjai orang, pemuda gingsul ini memang sangat jahil.
Hika menatap Inoo yang sedang asik dengan keyboardnya, “Tidak, jangan Inoo. Aku terlalu menyukai jarinya, sangat lentik dan cantik” Hikaru masih membatin sambil menggeleng-geleng. Dia tak mau mengerjai Inoo.
Kini matanya tertuju pada Daiki yang sibuk dengan pockynya. “Tidak ah. Malas” Ucap Hikaru dengan malas. Tiba-tiba lelaki ini berpikir. Seandainya masih ada Ryutaro yang selalu enak menjadi korban Bullynya, maka Hika akan mengerjai Ryutaro yang memang lucu kalau dikerjai oleh Hikaru.
“Aku izin pulang. Kepala ku pusing sekali” Hikaru mengambil tasnya, lalu pergi meninggalkan kedelapan member lainnya. Dia merasa kalau keadaannya benar-benar buruk. Dia tak ingin melakukan apapun kali ini.
Mata Hikaru mencari kesana kemarin, berusaha menemukan sebuah tempat yang tenang dan bisa membuatnya melepas segala kegalauan yang dia rasakan.
Hika melangkahkan kakinya kesebuah Mc Donald, restoran cepat saji yang dulu sering iya datangi dengan Ryutaro memang mempunyai banyak kenangan. Dengan cepat Hika memesan makanan cepat saji itu dan segera mencari meja yang kosong.
Hika tak mendapatkan bangku kosong, dia hanya melihat sebuah meja hanya satu orang disana. Dan tanpa malu Hika mencoba meminta duduk dengan orang yang ada disana.
“Anou, boleh aku duduk disini?”Hika menatap seseorang yang sedang asik dengan burger dan kentang yang ada dihadapannya itu.
“Hika? Douzo” Ryutaro ada disana. Dan akhirnya mereka duduk bersama disana.
Mereka menyantap makanan itu dengan perlahan, ada banyak cerita diantara mereka. Membuat Hikaru tertawa dengan begitu lepas.
“Kapan kau kembali?” Tanya Hikaru tiba-tiba dan membuat Ryu sedikit kaget.
“Kapan ya? Wakanai yo. Btw siapa sekaran korban bully mu?” Tanya Ryutaro mebgalihkan pembicaraan.
“Tak ada. Makannya kau harus cepat kembali agar bisa menjdai korban Bullu ku lagi” Hika malah nyeleneh seenaknya. Dia memang selalu blak-blakan saat bersama Hika.
Ryutaro bangkit. “Kalau kau tersenyum itu sama saja dengan membuly ku. aku kan tak suka kau bahagia” Balas Ryu berbohong.
“Kalau begitu aku akan terus tersneyum agar kau selalu merasa di bully oleh ku. hahahaha” Hika tertawa ditaman yang agak sepi itu.
Ryutaro memisahkan diri dari Hikaru. “baiklah. Tersenyum terus ya kalau begitu kau harus janji itu. Baiklah Jyaa ne” Hika mencoba menahan Ryutaro, tapi Ryutaro sudah berlari dengan cepat.
Kini hika tersenyum dengan lebar, mengingat ucapan Ryutaro yang bodoh itu menurutnya, perasaan galau dan sedih yang Hika rasakan hilang sudah berkat Ryutaro.
=====================================================================================
Hey, What’s up boy? How are you now?
Keito berjalan menuju tempat dimana dia sudah janjian oleh beberapa teman sekolahnya, hari ini tetap ada latihan dengan member JUMP tapi Keito tetap harus pergi karena aka nada penelitian disebuah hutan, dia sudah mengatur jadwalnya baik-baik sehingga dia rasa waktu yang dia miliki cukup untuk.
Keito tak lupa menggunakan jaket tebal, karena memang disini sangat-sangat dingin, suhunya bisa membuhun beberpa hewan yang tak bisa tinggal disuhu seperti ini. Keito berjalan dengan kakinya yang dibalut sepatu boots yang diberikan seorang member saat ulang tahunnya.
“Keito hurry up” Seseorang dengan mobil yang cukup mewah menepi dipinggir jalan dan menyuruh Keito masuk kedalam mobilnya.
Teman Keito yang memang orang inggris mengemudikan mobilnya dengan hati-hati mengingat jalanan sedang licin karena salju dan juga angin kencang yang menerpa, membahayakan para pengendara.
Tak lama mereka sampai disebuah rumah, rumah kaca dengan banyak sekali pepohonan yang ada, Hari ini Keito memang akan mengadakan penelitian tentang beberapa tumbuhan yang bertahan dikeadaan cuaca extreme.
“Like as jungle” Seseorang berbicara dan mulai memotret disana dan disini.
Mata Keito terpaku pada sebuah kanji, kanji yang tak asing baginya, kanji ‘mori’ Sejenak otak Keito berpikir, pada seseorang, dan kini matanya menuju pada sepatu boots yang dia gunakan, Keito sama sekali tak fokus pada penelitiannya, dia terus memandangi sepatunya, sepatu yang diberikan oelh Ryutaro.
“kono mori moto ga nagai ne” Seseorang menujuk kearah akar yang ada dihadapan keito, dan dengan kaget Keito tersenyum simpul pada mereka.
“ne. aa. Gomen ne. aku merasa kalau tubuhku tidak enak” ucap Keito, lalu duduk dibangku yang ada diminiagtur hutan tersebut.
Keito membaca kanji tersebut. Mori, dia melihatnya berkali-kali, memang tak ada yang special dari kanji tersebut, hanya sebuah kanji mana depan sahabat sekaligus partener kerjanya. Morimoto.
“Hey, what’s up?” keito menatap kanji itu dan mengajaknya berbicara sedikit. Keito merasa kalau dirinya mulai aneh, dia mulai tertawa sendiri dengan tingkahnya yang bodoh itu. Berbicara pada sebuah kanji yang hanya sebuah tulisan.
Keito hanya merasa dia mulai merindukan anak itu, dia mulai merindukan morimoto tentunya, anak itu memang sudah lama tak terlihat oleh member JUMP, setelah vacuum mereka tak pernah bertemu lagi.
Keito berjalan menuju lupa miniature hutan itu, hutan yang dibuat oleh manusia itu hanya membuatnya ingin menangis karena merasa kerinduan yang amat dalam pada Ryu.
Kini tubuh keito bersandari disebuah tembok, dia hanya memikirkan sepatunya dan orang yang memberikannya, dia tak pernah tau kabar Ryu setelah itu, hanya untuk mengirim email saja tidak pernah. Dia memikirkan kalau Ryu sudah melupakannya.
“Sepatunya kau pakai ya” Ryu datang menghampiri Keito yang ternyata air matanya sudah mulaiterjatuh.
Dengan cepat Keito mengelap air matanya, dia merasa malu kalau harus ketahuan menangis dihadapan Ryu.
“ya ku pakai. What’s up boy?” Ucap Keito sembari meniju pelan bahu Ryu,
“What’s up boy. I am fine. And I wanna you know somethink. You must keep smile for that shoes” Ryu tertawa menngucapkannya. Begitu juga dengan Keito dia melihat logat bicara Ryu yang aneh membuatnya tertawa.
Keito menatap sepatu itu. “Baiklah baik. Akan ku jaga” Ucap Keito dengan senang.
“Jyaaa nee” Ryu melambaikan tangannya.
Keito tersenyum melihat tingah Ryu yang sedikitpun tak berubah, Keito tertawa dengan senang karena bisa melihat sosok Ryu yang masih sangat ceria seperti dulu.
=====================================================================================
I wanna see your smile again, I wanna listen your story again.
Yuya bersiap dengan pakaian yang begitu tebal, mengingat seminggu menjelang natal begitu dingin, salju yang mendatangi Jepang begitu payah menurutnya. Salju kali ini begitu serasa mereka ada dikutub.
“Ittekimasu” Yuya menutup pintu rumahnya dengan cepat agar angin dingin tak masuk lebih banyak kedalam rumahnya.
Yuya berjalan dengan tergopoh-gopoh, lelaki yang satu ini mencoba melawan angin yang menghadangnya. Dia tetap harus datang ketempat latihan bersama dengan JUMP karena memang mereka aka nada konser di tahun baru ini. Dengan cepat Yuya memberhentikan taksi, karena tidak mempunyai mobil Yuya jadi hanya bisa naik taksi atau naik angkutan umum yang lainnya.
From : Ino
Sub : Hayaku
Hayakuuuuuuu. Yang lain sudah kumpul hanya tinggal kau.
Yuya menatap malas email yang dikirim oleh Inoo, Inoo terkadang bersifat seperti manager yang sering mengatur jadwalnya, tapi kebiasaan ini tak hanya pada Yuya, pada semua member Jump juga dia selalu begitu, seperi Ibu bagi yang lainnya.
Yuya menatap jendela yang tersamar oleh salju dan angin yang berhembus. Tiba-tiba radio taksi tersebut menyala dan terputarlah lagu dari seseorang bernama Ryutaro, Ryutaro Makino.
“Ahh. Ryutaro” Yuya membatin, dia merindukan senyum bodoh dan cerita-cerita Ryutaro yang sering dia ceritakan dikala sedang istirahat atau sedang makan.
Biasanya Ryu sering curhat pada Yuya, tapi kali ini tak satupun ada member yang suka bercderita padanya, Yuya kini masih menatap keluar kearah jalanan yang terlihat kosong karena udara sangat dingin membuat orang malas untuk keluar rumah hanya ingin bermalas-malasan dirumah.
“Ryu?” Yuya tersentak dengan seseorang yang sedang membaca komik yang baru saja dia lewati.
“Berhenti” ucap Yuya pada supir taksi yang membawanya itu.
Dengan cepat Yuya membayar taksi tersebut dan mengejar seseorang yang dia rasa itu Ryutaro.
Yuya masih berjalan mengikuti anak laki-laki itu, dia tak menaggilnya. “Ryu” Yuya menepuk pundak anak itu, dan dengan cepat anak laki-laki itu menoleh.
“Aaa. Gomen. Ku kira temanku” Ucap Yuya yang merasa malu karena salah orang, pandangan yang tersamarkan oleh salju itu membuatnya keliru oleh seseorang yang dia rasa itu adalah Ryu.
Dengan malas Yuya menyerat kakinya menunggu sebuah taxi yang lewat dihadapannya, karena dia turun, membuat dia harus menunggu taksi yang lewat lagi.
Beberapa taksi lewat dihadapannya tapi semuanya mengecewakan, semua taksi yang lewat itu sudah berpenghuni, sudah ada orang didalamnya, membuat Yuya semakin bosan menunggu.
Yuya mulai melangkah, memutuskan untuk berjalan menuju tempat latihannya. Dengan malas Yuya melangkahkan kakinya. Tapi tiba-tiba ada sebuah taksi yang berhenti disisinya.
“mau masuk?” Tanya seseorang dari dalam taksi tersebut.
“Ryu?” Yuya kaget dengan seseorang yang ada didalamnya. Tanpa segan Yuya masuk kedamalm taksi itu. Yuya memberi tahu supir tersebut untuk segera membawanya ketempat latihan JUMP.
Yuya dan Ryu saling mengobrol, melepas kerinduan diantara mereka, Yuya banyak tersenyum saat bersama dengan Ryu, mereka bercerita bagiamana hari-hari mereka setelah kejadian itu.
Sesaat mata Yuya berkaca-kaca. “Kau tidak ikut masuk?” Tanya Yuya ketika mereka sampai ditempat latihan JUMP.
Ryu tersenyum pada Yuya. “Jelas tidak. lebih baik kau cepat atau Inoo akan memarahimu” Ucap Ryu menyarankan pada Yuya.
Yuya mengangguk dan menutup pintu taksi itu, Yuya tak segera masuk kedalam gedung tersebut, dia menatap Ryu dari luar mobil. Dan tiba-tiba Ryu mengetuk jendela tersebut, dan Yuya pun mendekat.
Ryu tersenyum dan menyentuh tepi bibirnya yang sedang tersenyum. Yuya mengerti apa yang dimaksudkan oleh Ryu, Ryu hanya ingin Yuya selalu tersenyum.
Yuya mengangguk dengan mobil taksi itupun berjalan meninggalkan Yuya yang tak lama juga masuk kedalam gedung tersebut.
=====================================================================================
Like as my drum’s sound, I wanna hear you again. I wanna you always near me.
Dengan enteng Yuto menggebu drumnya kali ini JUMO band memang sedang latihan, dan yang lainnya sedang bersantai saja. Dia memang selalu menyukai durm, bagi Yuto dia tak akan bisa hidup tanpa drum, dia begitu menyukai drum sehingga jika sudah bermain dengan drum Yuto bisa lupa akan orang yang ada disekitarnya.
Yuto melitah rekaman permainannya yang baru saja direkam oleh Yamada si camera man yang dengan handal merekam aksi permainan Yuto.
“aaa. Warui” Yuto menabuh drumnya lagi, merasa kecewa dengan apa yang baru saja dia lihat. Dia meminta Yama merekamnya lagi, dan beberapa menit kemudian permainan itu selesai. Dan dengan pengulangan yang sama dia melihatnya lagi.
“Warui mo ne Yama-chan” Yuto kembali masuk dalam bangku yang didepannya ada sebuah drum itu, dia menabuhnya lagi. Dan melihat hasil rekaman Yamada untuk ketiga kalinya.
“Kore wa ichiban warui” Wajah Yuto masam, menurut kedelapan member yang lain berkata kalau pemainannya sudah sangat-sangat bagus, tapi Yuto tak merasa seperti itu, dia masih merasa kalau permainannya sangat buruk kali ini.
Yuto berlari menuju luar ruangan, dia merasa malas kalau masih harus berada didalam ruangan tersebut. Niatnya bermain drum tiba-tiba saja surut.
Yuto meneguk segelas coklat panas yang baru saja sampai dimejanya, dia melihat sekelilingnya, ada beberapa wanita memperhatikannya, Yuto tau pekerjaannya sebagai idol membuat dia banyak diperhatikan disana dan disini. Dia hanya sesat menunduk dan mengirup aroma coklat panas yang menghangatkan sedikit tubuhnya yang terasa dingin.
Semangat Yuto tiba-tiba hilang, dia merasa ada sesuatu yang kurang hari ini, dua hari menjelang natal kali ini begitu dingin dan sepi bagi Yuto.
“Yuto Niichan? Kenapa murung?” Seseorang tiba-tiba datang mengampiri Yuto dengan beberapa roti ditangannya.
“Ryu?” Yuto menatap Ryu yang kini ada dihadapannya dengan bingung.
Ryu tertawa melihta Yuto yang berekspresi aneh menatapnya. Yuto mencubit pipinya sendiri untuk meyakinkan kalau dia benar-benar tidak sedang bermimpi.
Ryu tertawa lagi. “Senyum lah. Kau bukan sednag bermimpi. Ini aku Ryu” Ryu mulai berkata-kata lagi. Dan sesaat Yuto malah mengucak matanya. Masih tidak percaya kalau seseorang yang ada dihadapannya itu adalah Ryu.
Yuto masih menatap sosok Ryu yang perlahan menjauhi Yuto, meninggalkan Yuto. Sudah beberapa bulan Yuto tak melihat sosok Ryu yang sering dianggap adik baginya. Senyum Yuto mengembang. Menatap Ryu yang kini benar-benar menghilang dihadapannya.
=====================================================================================
Let’s play again. I fell so bored without you
Daiki berlari menghampiri kedelapan member JUMP yang sudah menunggu, mereka hari ini akan membicarakan beberapa rencana yang diadakan oleh kesembilan member tersebut, tencana menghabiskan waktu natal bersama.
“Gomen telat” Daiki masih mengatur nafasnya yang tak terkendali. Dia meminta maaf dan mambungkuk dalam dihadapan kedelapan member lain yang sudah lengkap. Tak lama Daiki tersenyum dengan senyum andalannya, senyum yang kawaii.
Daiki duduk disebelah Yuto, lalu mulai membicarakan rencana yang akan mereka lakukan, diskusipun dimulai dan dengan keadaan yang serius tapi santai itu Daiki menikmati rencana untuk hari esok.
Tak lama kemudian rapat mini tersebut dibubarkan, dan kedelapan member yang lain langsung meluncur kerumah mereka masing-masing tak ingin malam natalnya berlalu dengan sia-sia.
Daiki berjalan dengan lunglai, ingatannya berputar setahun yang lalu, dimana Ryu mengajaknya untuk bermain disebuah depatto. Dan dengan pasti Daiki menolaknya, kali ini sisa-sisa waktu malam natalnya berlalu dengan sepi, tanpa ada yang ada mengajaknya bermain lagi.
Daiki menatap sebuah depatto yang ada dihadapannya, tempat Ryu sering bermain game disana. Dan dengan langkah yang malas Daiki berniat memainkan beberapa permainan disana sambil menunggu malam datang.
“Daiki?” Seseorang datang dengan membawa beberapa kotak pocky ditangannya.
“Ryu?” Daiki terbelalak melihat Ryu yang kini ada dihadapannya. Dengan cepat Ryu menawarkan pocky yang dibawa olehnya pada Daiki.
Daiki tersenyum sambil menatap Ryu yang asik menyantap pocky itu disebelah Daiki. “Aku merindukan mu tau. Kapan kau akan balik?” Tanya Daiki dengan bingung.
Ryu juga tersenyum, dan menatap daiki. “Saat kau tersenyum, aku ada disini. Dihatimu” Ryu menunjuk bagian tengah dada Daiki, dan Daiki hanya tercengang dibuatnya. “Jadi kau harus selalu tersenyum ya” Ucap Ryu lalu bangkit dari duduknya.
“Aku tak bisa lama. Jyaa ne” Ryu meninggalkan Daiki yang masih asik dengan potongan pocky yang sepertinya sengaja diberikan oleh Ryu.
Daiki menatap punggung Ryu yang semakin lama semakin menjauh, setelah bayangan lelaki kecil itu hilang dia menyentuh dadanya dengan pelan “koko ne? kokoro no naka?” Tanya Daiki sambil tersenyum, dan perlahan matanya berkaca-kaca, sedangkan mulutnya masih mengunyah pocky yang enak itu.
Just wanna you know, I just want you all keep smile for your self, for your life and for all.
Ryutaro menatap foto besar yang terpampang jelas dikamarnya, foto itu terdiri dari beberapa foto yang Ryu kumpulkan saat masih sering bersama dengan JUMP, foto yang tak akan pernah pergi dari hadapannya, foto yang dibaliknya tersimpan sebuah kenangan yang tak akan pernah terhapus dari ingatan Ryutaro selama hidupnya.
Ryu masih menatap foto itu, hari ini tepat hari natal. Setelah Ryu pulang dari gereja, natal tahun Ryu lalu bersama kesembilan member JUMP, mata Ryu berkaca-kaca. Kini dia tak kuasa menahan air matanya, dia menagis sesaat sampai Shintaro membuka pintu kamarnya dengan mendadak.
“Niichan, kau tak ingin jalan keluar?” Shin bertanya pada Ryu yang masih berada tepat dihadapan foto besar itu.
Ry menggeleng, kalau ada dirumah Ryu akan pergi bersama keluarganya, tapi kali ini dengan yakin Ryu menolaknya.
“Aku akan pergi sendiri. Aku butuh sendiri” Ryu meletakan syalnya yang sedari tadi mengalung di lehernya, dan direbahkan tubuhnya diatas kasur itu.
“Baiklah” Shin mengerti, beberapa bulan ini memang menjadi bulan-bulan yang selalu berat bagi kakanya itu, Shin hanya meninggalkan Ryu yang mulai tak terdengar suaranya itu.
Dibalik itu Ryu menangis, air matanya benar-benar tumpah, walau bebrapa hari ini dia membuntuti kesembilan member JUMP untuk hanya sekedar melihat senyum mereka, senyum yang sangat Ryu rindukan beberapa bulan terakhir ini. Sejak dirinya di suspend Ryu tak pernah bertemu dengan kesembilan member JUMP yang lainnya.
Ryu menyeka air matanya, lalu tersenyum. “Aku tak boleh menangis, aku yang menyuruh mereka untuk tersenyum” Ucap Ryu lalu berhenti menangis.
Ryu mengambil syalnya lagi, kini dia keluar rumah sendiri, tanpa tau kemana lelaki itu akan pergi. Angin membawanya ksesebuah tempat. Sebuah tempat yang mempunyai kenangan indah setahun yang lalu.
Dengan pasti Ryu masuk kedalam restoran tersebut. Dan sebelum Ryu masuk seseorang mencegahnya.
“A. sumimasen, Restoran ini sudah di booking penuh oleh beberapa orang” Ryu mengerti apa yang dimaksud oleh penjaga tersebut, dia hanya mengangguk dan menuju luar restoran.
Ryu melihat dari kaca luar restoran, dia melihat kesembilan member yang lain sedang asik bercanda satu sama lain, menikmati waktu natal mereka bersama partener kerja dan sahabat itu.
“Sumimasen. Boleh aku menitipkan ini pada seseorang yang ada disana?” Ucap Ryu sambil memberikan secarik kertas pada penjaga restoran tersebut.
“Anou, hanya pada lelaki itu ya. Yang berbaju biru disana. Jangan pada yang lainnya” Ucap Ryu lagi memastikan. Dan dengan cepat penjaga itu memberikan kertas tersebut pada seseorang yang ditunjuk Ryu tadi, pada Yabu.
Penjaga restoran tersebut masuk dan memberikannya pada Yabu, dan dengan cepat Yabu menatap kertas tersebut.
“Buka” ucap Chinen tak sabar. Sedangkan Ryu sendiri masih menatap kesembilan member yang lain dari luar restoran tersebut.
Dear My 2nd Family
Minnaaaa. Marry Xmas Minna san. Ahhh. Aku tak tau harus bicara apa lagi. Aku ingin kalian tetap tersenyum. Sebab senyum kalian selalu menjadi kekuatan untukku. Hahahaha. maaf tak ada kado natal ataupun yang istimewa dari ku. Minna. Shitsureishimasu.
Morimoto Ryutaro
Yabu membaca isi surat itu dengan kencang, dan dengan ekspresi yang berbeda-beda kesembilan member JUMP tiba-tiba mencari kesana-kemari sosok anak kecil yang sangat dirindukan oleh kesembilan member JUMP.
Ryu puas melihat kesembilan member itu bisa tersenyum di hari natal itu, walau tanpa dia. Dia merasa bahagia, menurutnya senyuman kesembilan member JUMP yang lain bisa menjadi kekuatan yang dahsyat baginya, bagi Morimoto Ryutaro.
=====================OWARI==================
GOMEN GAZE. INI GAZENYA TO THE MAX. TT^TT
COMMENT ARE LOVE MINNA
somethink apa something?? #bingung
BalasHapuswaaa....membuat galau para jumper nih pasti... sedih pastinya...
ingin Ryu cepet balik ya?? ^^
bagus walopun flownya sedikit lambat...
^^
keep writing~ :)
Kaaaaaaaaaaak!!! Aku nahan napas berkali kali bacanya. Cukup bikin aku untuk nangis tapi aku tahan karna bacanya disekolahan.... Hehehe anak bandel yak. Keren kaaaaaaak!!! Alurnya pas, penempatan situasinya juga lumayan. Good job lah pokoknya kak. Mendekati excelent :p *ngomong sok inggris -,-"* cuma kakak penulisannya ada yg salah salah, belum kakak cek lagi kah? :3
BalasHapusKeep writing ya kaaak, tunjukan karya karya mu yg lain :'D
Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.......
BalasHapusterharu aku makkkkkk.....
suka suka suka suka...........
kerrreeeeeeeeennnnn abiiisssss.....
y ampun so sweet dah pokok nya
Ryu-chan. T~T
BalasHapusLisa....
BalasHapushontou sugeeeeee.... ^^b
gak ada kata yang bisa ku bilang buat ngungkapin rasa ku setelah baca nih fic....
hanya air mata yang bisa ku keluarin...
I miss him too...
ne, Ryu... aitakutte... sampai saat ini pun aku selalu tersenyum kalau mengingatmu...
gak hanya JUMP... aku juga kehilanganmu, adik kecil ^^
ceritanya sedih bgt T_T paling gk suka deh sama perpisahan.walaupun gak terlalu kenal HSJ ,tp tetep suka sm cerita ini! XD
BalasHapusi've crying read this fanfiction. i miss Ryutaro so so so much
BalasHapusnangissss:(
BalasHapusHi^^ aku baru menemukan blog ini. pas banget lagi keinget sama Ryuu. aku nangis bacanya. semangat! Ryuu pasti akan kembali!
BalasHapusInna: wah.. sampai nangis ya? Maaf ya... semangat ya..
BalasHapusahhhh enggak apa-apa… maaf malah ngerusuh disini. semangat menulis kembali! kita tunggu Ryuu bareng-bareng!
BalasHapus