Jumat, 08 November 2013

Fanfiction 'Miru (To See)'

Fanfiction
Tittle : 見る(To See)
Genre : Romance, Mistery
Ratting : PG
Cast : Shiroma Miru (NMB48 team N) *dipinjemcharanyaya* Kotaki Nozomu (7WEST) *wahaha * Shiroma Arius (OC), Kamiyama Tomohiro (7WEST), dll.
NB : Minjem chara NozoMiru. Wahaha. Fiction misteri pertama sepertinya. Minta kritik aja biar berkembang. Please leave comment after read this fiction. Happy Reading fiction yang gaje ini.
見る(TO SEE)
Langit berubah menjadi jingga, warnanya berbaur indah dengan angin hangat yang berhembus dimusim gugur saat ini. Tangan besar sebuah jam ditaman menunjukan sudah pukul 5.30, jalanan terlihat sepi, hanya ada beberpa sepeda melintas. Miru berjalan dengan hati-hati, hari ini Kotaki Nozomu kekasihnya tidak menemani seperti biasanya. Gadis berumur 16 tahun itu merasakan kejenuhan, dia mengambil sebuah ipod dari dalam tasnya, kemudian mulai mendengarkan lagi yang dia sukai.

Angin menerpa wajahnya dengan sedikit kencang, membuat Miru tersadar dari lamunannya. Miru menghembuskan nafas yang berat. Kemudian dia tersenyum, tak lama gadis itu berlari dengan kencang. “Nonchan…” Miru berteriak.
=============================================================
“Mama, aku mau belajar saja, cemilannya tolong sembunyikan dari Arisu. Nanti dia habiskan” Miru keluar dengan piyamanya, sembari menggosok-gosok rambutnya dengan handuk. Dia menatap Arisu kakaknya yang sudah hampir 2 tahun mengecam pendidikan di dunia perkuliahan. Arisu mencibir bibirnya tanpa bersuara. Membuat Miru memlasanya dengan tatapan kesal.
Kaki kecil Miru melangkah menuju kamarnya yang ada dilantai 2, dia memposisikan dirinya didepan meja belajar satu-satunya yang ada disana. besok memang ada ulangan Kanji, dan kebetulan sekali Miru sedikit lemah dalam pelajaran yang satu itu.
Dia mengeluarkan beberapa buku kanjinya, kemudian mulai menuliskan dibuku latihan. Ponselnya berdering. Sejenak Miru berhenti, melihatnya “Nonchan” Miru tersenyum sendiri membaca email yang setiap hari pasti masuk dari nama yang sama. Keduanya memang mengikat cinta yang besar, mereka bertemu disebuah club kendo, Nozomu yang merupakan seniornya awalnya hanya menganggap Miru sebagai juniornya, sama seperti yang lainnya. Tapi setelah Miru diangkat menjadi sekertaris club, keadaan berubah, keduanya saling jatuh cinta, dan akhirnya mereka memutuskan untuk bersama hingga saat ini.
Miru menguap, matanya mendelik kearah jam besar yang ada diatas meja belajar tersebut. “Pukul 12 tengah malam” desirnya dengan nada setengah malas. Miru mengambil kopi dingin yang telah dia siapkan. Kemudian meminumnya, dan melanjutkan belajar lagi.
====================================================================
Miru melihat Arisu sedang bersama dengan Kamiyama, kekasih Arisu, Miru memanggilnya dengan keras “Arisuuu, Arisuuuu…. Neechan.. Arisu neee” tetapi Arisu sama sekali tidak menghiraukan Miru, Arisu terus berjalan, bergandengan dengan mesra dengan Kamiyama.
Miru melangkahkan kakinya dengan lebih cepat, bermaksud mengejar kakaknya. “Arisu…” Teriak Miru lagi,tapi Arisu dan Kamiyama sama sekali tidak mendengarnya. Dari kejauhan datang sebuah truk bermuatan berat dengan kecepatan yang sangat tinggi, Miru berteriak lagi “Arisu… Kamiyama… awasss!!!” Teriak Miru sekuat tenaga. Dengan sekali hentak truk tersebut menghentakan truk tersebut menghempaskan tubuh Riisa dan Kamiyama bersamaan, tubuh keduanya tersungkur bersimbah darah. Miru menatapnya dengan lemas dari kejauhan. Dengan pelan dia melangkahkan kakinya, menghampiri Riisa dan Kamiyama yang sudah tak bernyawa.
=================================================================
“Arius…” Miru menestkan airmata. Tiba-tiba seseorang menepuk punggungnya.
“Miru, okitte…” Ucap orang tersebut. Miru membuka matanya, dan mendapati Arisu dengan tampang lusu dihadapannya.
“Arisu?” Miru menepuk pipi kakak perempuannya itu. “Daijoubu ka? Yume ka?” Miru bertanya-tanya sendiri.
“Mou… wakarehen… cepat mandi, atau kau akan terlambat” Perintah Arisu.
Miru melihat jam yang ada dikamarnya, “yabeeeee” dengan panik Mirupun bergegas.
=====================================================
Rupanya setelah belajar kanji Miru tertidur dimeja belajarnya dan mengalami mimpi yang membuatnya masih memikirkan hal tersebut. Mimpi yang terlihat begitu nyata itu membuat Miru semakin bertanya-tanya.
Nozomu yang melihat kekasihnya terus termenung tersebut mulai khawatir dengan keadaan Miru.
“Ne, doushita?” Tanya Nozomu ketika Miru hendak menyantap bekal yang dia bawa.
Miru menghembuskan nafasnya dengan berat. “Hmm… Daijoubu desu” Jawab Miru singkat. Kemudian mulai memasukan sebuah tamagoyaki kedalam mulutnya.
“Uso jyanai! Kau tak bisa bersembunyi” Sahut Nozomu sembari memegang tangan kiri Miru.
“Entahlah… sepertinya aku akan terlalu capek dengan kegiatan club” Jawabnya.
“Souka. Kalau begitu kau istirahat saja, untuk sementara biar aku yang kerjakan pekerjaanmu” Nozomu menepuk kepala Miru dengan lembut. “Sebenarnya hari ini aku ingin makan waffle, tapi kau butuh istirahat sepertinya, jadi diundur saja” Tambah Nozomu.
“Ehh? Waffle? Aku mau…” Teriak Miru bersemangat. “Aku mau…”
Nozomu tertawa dibuatnya, melihat tingkah Miru yang tiba-tiba bersemangat “baiklah… sepulang sekolah ya. Cepat habiskan makanmu” Tambah Nozomu, kemudian menyantap bekal yang telah dibuatkan oleh Miru.
========================================================
Bel pertanda pulang pun berdering, serentak semua murid berlarian keluar dari kelasnya masing-masing. Nozomu sudah dengan setia menunggu Miru didepan kelasnya, membuat beberapa teman Miru iri melihat kemesraan yang mereka buat setiap hari.
“Ikouu?” Nozomu menggandeng lengan Miru, Miru mengangguk. Kemudian keduanya jalan bersamaan. “Tubuhmu sedikit hangat” Komentar Nozomu, kemudian memegang kening Miru.
“Daijoubu yo... Shinpai irimasen” Ucap Miru.
“Sepulang makan waffle kau harus segera istirahat. Mengerti?” Tanya Nozomu sembari tersenyum.
“Haiii… wakarima…” Miru terkekeh.
Tak lama mereka berjalan, sampailah mereka pada suatu persimpangan. Miru melihat kakaknya sedang bersama dengan kekasihnya. Tubuh Miru mulai bergetar, jantungnya berdegup dengan kencang, pikirannya berputar, mencoba mencari ingatan tentang apa yang terjadi saat ini.
“Arisu” seru Miru dengan kencang.
“Eh? Arisu? Itu ya? Dengan Kamiyama senpai? Wah? Mereka awet sekali yaa?” Komentar Nozomu.
“Arisu…..” Miru berteriak, dia sama sekali tidak menghiraukan ucapan Nozomu. Miru melepaskan genggamannya dari tangan Nozomu, dan berlari sekuat tenaga mengejar kakaknya itu.
“Arisu….” Miru berteriak sambil terus berlari. Sebuah truk datang, Miru melihatnya, tapi dia terus berlari, memangil kakaknya.
“Miru awasss!!!!” Teriak Nozomu memperingati Miru.
Truk tersebut terus melaju dan semakin mendekat. “Miruuuu!!!!” Teriak Arisu dan Nozomu bersamaan.
Truk tersebut semakin mendekat. Miru menutup matanya. “Kyaaaaa…..” Teriaknya.
“Biiiiipppppppppppppppppppppp” Suara klakson truk yang sangat kencang terdengar ditelinga banyak orang.
Truk tersebut berhenti tepat didepan Miru. Nozomu mengejarnya kemudian memeluk tubuh Miru dengan erat. Arisu yang sudah ada ditepi jalan menghampiri adiknya.
Rasa shock masih dialami oleh mereka. Nozomu membawa Miru ketepi jalan. Nozomu masih mendekap tubuh kekasihnya itu. Miru menangis, tubuhnya bergetar dan memeluk tubuh Nozomu dengan erat.
“Kowaii…” Ucap Miru disela tangisnya. Nozomu terus mendekapnya, mengelus kepala kekasihnya dan mencoba menenangkannya.
“Doushita?” Kamiyama memberikan sebuah minuman yang baru saja dibelinya. “Minumlah, tenagkan dirimu” ucap kekasih Arisu itu.
“Miru…” Arisu menatap adiknya, “Ada apa?” Tanyanya.
Miru masih tak menjawab apapun, dia masih menangis didalam pelukan Nozomu.
“Mou, Ii senpai… aku akan mengantarnya pulang” Jelas Nozomu.
===========================================================
Nozomu mengantar Miru pulang, sepanjang jalan Miru tertunduk lesu. Nozomu masih tidak berani menanyakan apa yang sebenarnya Miru rasakan tadi hingga berbuat seperti itu. Begitu sampai disebuah mansion yang cukup besar milik keluarga Shiroma tersebut Nozomu menyuruh Miru untuk masuk, Miru menggeleng dia menarik tangan Nozomu.
“Kowaii…” Ucapnya Miru, matanya berkaca-kaca.
Nozomu memeluknya “Daijoubu. Kau akan aman dirumah. Kalau ada apa-apa segera hubungi aku. Kalau sudah siap kau bisa cerita” Nozomu mengelus kepala Miru dengan lembut.
“Jya” Nozomu melambaikan tangan, dan kemudian meninggalkan Miru.
=============================================================
Dengan lemas Miru memasuki rumahnya, dia tak melihat mamanya ada didalam rumah, gadis itu langsung menuju kamarnya.
“Nande?” dirinya membatin. Dia membaringkan tubuhnya diatas kasur. Kemudian mengambil ponselnya dan mendial nomer Nozomu.
Dua kali dia mendialnya, tetapi tidak ada jawaban. Miru menghela nafas berat. “Ada apa sebenarnya?”
Braaaakkkk
“Miru… cerita padaku!” Arisu datang dan langsung menyerang miru. Miru memeluk gulingnya, memunggungi Arisu.
“Aku lelah, butuh istirahat. Sana pergiii…” Miru tak mau menatap Arisu.
“Ne… tadi itu aku khawatir sekali. Kalau sampai kau kenapa-kenapa aku tak bisa memaafkan diriku sendiri” Jelas Arisu kemudian meninggalkan kamar Miru.
Air mata Miru menetes, “Neechan…” batinnya.
 walaupun sangat sering bertengkar, bahkan bisa dibilang sangat jarang sekali berbaikan mereka saling menjaga dan menyayangi, Arisu pernah memberikan jam yang dia beli dengan hasil kerja paruh waktunya, jam yang sudah dia incar dari sangat lama. Tetapi ketika Miru memintanya dia memberikannya. Begitu juga dengan Miru, Miru dengan sabar dan tekun mengajari Arisu untuk berdandan, berpenampilan seperti wanita karena Arisu memang sangat tomboy.
==================================================================
Miru terus berlari, dirinya melihat sebuah sosok bertopeng yang mengejarnya terus menerus, sosok tersebut menyeramkan, mengenakan jubah tertutup dan membawa sebuah pisau yang tajam.
Miru masih berlari, memuju tempat yang tak tentu arah, tubuhnya sudah penuh dengan peluh. Tetapi sosok berjubah dengan pisau itu terus mengejarnya dan semakin cepat.
“Shinu…” Ucap seseorang dengan jubah tersebut.
“Dare? Kenapa kau mau aku mati?” Tanya Miru sembari terus berlari.
“Shinu…” Seseorang itu tak menjawabnya, hanya terus menginginkan Miru untuk mati.
Miru masih berlari “Nandee??....” Teriaknya.
“Shinu!!!!” Sosok berjubah itu mempercepat larinya.
Miru terjatuh. Dan sosok tersebut menangkapnya. “Iyaaa….” Miru berteriak. Tapi sosok tersebut menarik tangan Miru.
Sosok bertopeng itu mengacungkan pisau kearah Miru. “Yamettteee…..” Teriak miru sekuat tenaga.
==============================================================
Miru mengatur nafasnya. Melihat keadaan yang ada disekitarnya. “Yume?” Tanyanya lagi, dia mengelap peluh yang ada dikeningnya. Kemudian menarik ponselnya, sudah ada puluhan missedcall dari satu kontak yang sama, Nozomu.
“Moshi-moshi. Nonchan…” Miru menelepon Nozomu.
“Aku bermimpi, buruk, sama seperti kemarin” Jelas Miru pada Nozomu.
“Unn… Gomen ne.. Oyasumi Nonchan…” Miru mematikan teleponnya, kemudian melanjutkan tidurnya.
==============================================================
Nozomu menyodorkan sebuah susu kotak dan sebuah pudding. “Agar kau merasa lebih baik” Nozomu duduk disebelah Miru. Kemudian menatap kekasihnya itu. “Ceritalah padaku”
Miru menceritakan semuanya, menceritakan mimpi yang dia alami saat kejadian sebelum hari dimana mereka bertemu dengan Arisu dan kejadian itu terjadi. “Kowai…” Seru Miru dengan khawatir.
“Shinpai iranai yo… karena ada aku yang akan menjagamu.” Nozomu mengecup kening Miru ditengah keramaian kantin, membuat beberapa siswa wanita iri dibuat oleh setiap tingkah laku mereka.
Miru tersenyum. “Kau gombal” Ucapnya, kemudian mengelitiki tubuh Nozomu.
“Yamero yamero…” Teriak Nozomu merasa geli.
================================================================
“Mau kemana?” Arisu bertanya ketika melihat Miru baru saja sampai didepan ruang keluarga tersebut.
“Pocky ku habis. Aku mau membelinya. Kau mau titip sesuatu?” Tanya Miru.
Arisu terlihat berfikir sejenak. “hmm….”
“kalau lama aku malas…” Teriak Miru dan langsung meninggalkan Arisu.
“Titip kitkat saja yang greentea” Terak Arisu. “Ukh Miru Kitkat…..” Arisu teriak lagi.
Miru yang sudah sampai luar rumah masih bisa mendengar teriakan kakaknya yang sangat keras tersebut. Miru melangkahkan kakinya, dibawah langit malam yang gelap, menembus angin musim gugur yang hangat.
Desir angin membuat bulu kuduk Miru merinding. Miru mempercepat langkahnya. Lampu jalan yang temaram menemani setiap langkahnya. Sesekali Miru menoleh kebelakang, tetapi sama sekali tidak mendapati seorangpun berjalan dibelakangnya. Dia benar-benar sendiri.
Miru berlari kecil. Dengan perasaan yang tidak tenang dia terus berlari, jalanan masih saja sepi, tetapi dia mendengar suara seseorang berjalan. Pikirannya sedikit tenang, Miru menoleh kebelakang, betapa kagetnya dia mendapati sosok berjubah sedang berjalan dengan pisau yang runcing nan tajam ditangannya.
“Kyaaaa….” Miru berlari, sosok itu mengejarnya.
Miru terus berlari, “Tolong….” Teriak Miru, semua mata menuju padanya. Suasana sudah ramai. Tapi Miru masih saja berlari dan menerobos orang-orang. Sosok tersebut masih mengejarnya.
“Tolong….” Miru masih berlari dengan cepat.
Sosok tersebut menarik tangannya. “Miru… Miru… Ini aku… Kamiyama…” jelas sosok tersebut.
Miru mengatur nafasnya. Dirinya diam tak bersuara, matanya menatap sosok yang berjubah tersebut, ternyata hanyalah Kamiyama yang menggunakan jaket dan topi tudung, ternyata juga bukalah pisau yang dipegangnya, melaikan sebuah penggaris .
“Miru… daijoubu ka?” Kamiyama bertanya. Dia menarik lengan Miru. “Aku akan mengantarmu pulang”
Kamiyama mengantarnya pulang. Begitu sampai dirumah Kamiyama menceritakan semuanya kepada Arius. Arisupun shock dibuatnya.
“Mungkin Miru mengalami halusinasi” Terka Kamiyama.
“Sok tau! Tapi… bisa jadi… apa yang harus kita lakukan?” tanya Arius pada kekasihnya.
“Hng… mungkin kita harus tanya dokter?” Kamiyama bertanya kembali kepada Arius.
“Aho!!! Tapi memang harus tanya pada dokter. Baiklah… kau bantu aku ya…” Pinta Arisu.
“itu pasti” Jawab kamiyama.
=============================================================
“Itttaaa….” Miru memijit pundaknya. Tubuhnya terasa sakit setelah mengalami hal-hal yang belakangan ini terjadi padanya. Dia meneguk sebuah pil obat tidur dengan pengharapan dia tidak akan mendapatkan mimpi-mimpi aneh lagi.
tanpa perlu menunggu lama Mirupun terlelap.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana seseoranf mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penghayatan yang dialami suatu presepsi melalui panca indra atau disebut dengan presepsi palsu.
Halusinasi sendiri sering disebabkan karena factor keletihan atau kelelahan, seseorang bisa mengalami halusinasi ketika dirinya merasa kelelahan, sehingga kerja otakupun melemah dan tidak bisa merespon dengan baik. Atau sedang mengalami stress berat.
==============================================================
Pagi ini Miru terbangun dengan segar, dia memulai hari ini dengan senyum. Tanpa berfikir lama Miru bergegas untuk sekolah. Begitu membuka pagar rumah Nozomu sudah menunggu disana.
“Oha…” Sapa Nozomu. “pagi ini cantik sekali…” Puja Nozomu, membuat Miru tersenyum, dan wajahnya memerah.
“Jadi… selama ini aku tidak cantik ya?” Tanya Miru menggoda.
“Bukan… bukan begitu maksudku. Tapi kau, tambah cantik…. Begitu nona Kotaki…” lagi-lagi Nozomu menggombal. “Tidur nyenyak malam ini?” Tanya Nozomu yang mulai penasaran dengan kekasihnya.
“Unn… berkat obat tidur yang kuminum” Jawab Miru.
“Tapi jangan terlalu sering mengkonsumsi obat seperti itu. Aku tak mau dampak buruk mengkonsumsi obat yang tidak diperlukan tubuh itu bisa merusak ginjalmu…” Jelas Nozomu.
“Haiii…. Wakatta sensei” Goda Miru.
===============================================================
Hari ini sekolah berjalan dengan biasanya. Mirupun merasakan sejauh ini tak ada yang janggal dalam kehidupannya. Bel pulang pun berdering. Seprti biasa, Nozomu sudah menunggunya didepan gerbang sekolah.
“Kalau halusinasi itu datang lagi kau hiraukan saja. Itu hanya mimpi” Ucap Nozomu begitu Miru menghampirinya.
Miru mengangguk dengan yakin “Aku sudah tidak memperdulikannya” Jawab Miru.
“Besok kita lanjutkan kencan yang tertunda waktu itu. Aku akan menjemputmu jam 7 malam” Jelas Nozomu.
Wajah Miru memerah. “Baiklah. Makan waffle kan?” Tanya Miru.
“Iya.. Nona Kotaki…”
Begitu sampai didepan rumah Miru, Nozomu mengecup kening Miru. “Istirahatlah yang cukup. Jangan minum obat tidur lagi” Perintah Nozomu.
Miru mengangangguk. “baik tuan Kotaki…” Ledek miru.
“sampai jumpa besok malam nona Kotaki” Nozomu melambaikan tangannya, kemudian melangkahkan kaki menuju rumahnya.
======================================================
Malam pun tiba. Miru sudah selesai dengan segala aktifitasnya, dia mencoba merelaxkan tubuhnya dengan menggunakan aroma terapi yang dipasang dikamarnya. Dan itu berhasil, membuat pikiran Miru lebih tenang.
“Ahh… Nemutai…” Miru merebahkan tubuhnya. Dia menyempatkan mengirim pesan pada Nozomu.
‘Aku akan tidur, aku juga tidak minum obat tidur, tapi pakai aroma terapi wangi lavender, enak sekali. Oyasumi’
Setelah menekan tombol send, Miru mematikan lampu kamarnya, dan memejamkan matanya.
======================================================
“Miru… aku ingin bilang sesuatu. Aku berjanji menjagamu sampai aku mati” Ucap Nozomu, kemudian dia merangkul pingang Miru.
Miru tersenyum. “Arigatou. Ureshii hontou” Miru mematap Nozomu. “Maafkan aku atas semua kekuranganku…” Ucapnya.
“Apa yang kau bicarakan? Kau ini sempurna untukku” Rayu Nozomu.
“Kau mulai gombal…” Rengek Miru.
Begitu selesai makan waffle mereka pulang berdua, seperti biasa, pembicaraan romantis memang selalu ada diantara mereka berdua, terkadang keduanya berkhayal hal-hal yang akan mereka lakukan jika sudah menikah nanti, berapa anak yang ingin mereka miliki, bentuk rumah idaman, dan sebagainya.
“Kalau Tuhan mengambil nyawaku, berjanjilah untuk tersenyum. Dunia tak akan rela melihatmu menangis” Sebuah kelimat terlontar begitu saja dari mulut Nozomu.
Kalimat itu membuat Miru menatapnya dengan lekat. “Apa maksudmu?” Tanya miru
“hanya perumpamaan saja Nona Kotaki…”
Keduanya tertawa sembari melanjutkan jalan pulang mereka.
Seseorang berlari dengan kencang dari tepi jalan. Miru dan Nozomu tidak memperhatikannya. Mereka masih asik dengan obrolan mereka. Orang tersebut mendekat dan semakin mendekat.
“Buuggghhhhh”
Orang tersebut menabrak Nozomu.
“Ukkkhhhhhh” Nozomu memegang perutnya.
“hei… hati-hati!!” Teriak Miru. “Nozomu… Daijou… Kyaaaa!!!!!” Miru berteriak ketika melihat sebuah pisau menancap diperut Nozomu.
Darah tersebut tak berhenti mengalir, darah juga keluar dari mulut Nozomu.
Miru memeluk Nozomu yang sudah terkapar tak berdaya. “Nozomu….” Air matanya menetes, tubuh Miru bergetar dengan hebat.
Nozomu hanya tersenyum. “Miru… Senyummu indah, ku mohon tersenyumlah. Jangan menangis” Nozomu menutup matanya dipelukan Miru.
=================================================================
Miru membuka matanya. Kemudian dia menangis. “Nozomu… Kowaiii…” Miru mengambil ponselnya dan mendial nomer Nozomu.
“Nozomu daijoubu?” dengan panik Miru bertanya.
“Yokatta… aku mimpi buruk tentang mu… aku takut sekali…” Jelasnya ditelepon.
“Kita tunda saja kencannya. Aku takut…” Miru meneteskan airmatanya.
“Unn… gomen ne. itu hanya halusinasi ku saja”
Miru mengakhiri pembicaraannya. Dia mencoba tenang. Beberapa mimpinya yang lalu hanya menjadi halusinasi belaka, Miru meyakini mimpinya kali ini hanya halusinasi biasa.
================================================================
Dua buah piring waffle tersaji dimeja, Miru melihatnya dengan tatapan napsu.
“Boleh aku makan sekarang?” Tanya Miru dengan senang.
“Hai… douzo…” Ucap Nozomu. Kemudian ikut menyantap waffle yang sudah mereka pesan. “Umai…” seru Nozomu ketika waffle tersebut masuk kedalam mulutnya.
Sepiring waffle pun mereka habiskan. Begitu selesai dengan makanannya mereka bergegas pulang.
Nozomu merangkul pinggang Miru. “Na, Miru… sudah menentukan nama untuk anak laki-laki kita nanti?” Tanya Nozomu tiba-tiba.
“Eh? Mengapa tiba-tiba? Hmm… Mamoru? Kotaki Mamoru? Dou?” Tanya Miru pada Nozomu.
“Ii ne… Kotaki Mamoru… Uwa… Ii namae” Jawab Nozomu.
Miru melihat seseorang berlari dari kejauhan.
“Nonchan… Nonchan… Hal itu datang…” Teriak Miru pada Nozomu.
“Sudah ku bilang itu hanya halusinasi mu saja” Jelas Nozomu. “Tenanglah” Nozomu merengkuh tubuh Miru.
“Mou… Nonchan… Kowaii…”
Buuuuugghhh
“aaaakkkhhh”
“Hei… Kalau jalan pakai mata!!!!” teriak Nozomu. “Miru ok ka? Miru… Miru…” Nozomu melihat tangan Miru, tangannya sudah bersimbah darah.
“Yokatta… Kau selamat… Gomen ne… ini bukan halusinasi. Aku melihatnya, sangat nyata. Waratte ne… Miru no tame ni… Itsumo…”
Nozomu menggendong tubuh Miru dengan sekuat tenaga dia berlari mencari rumah sakit terdekat. “Miru… ku mohon bertahanlah… demi aku… ayolah Nona Kotaki… kau pasti bisa…” Tanpa terasa Nozomu menitikan air matanya. “Miru… Onegai…”
Miru tersenyum. “Yoku ganbatta na Nozomu wa. Suatu hari, aku ingin melihat kau dan mamoru tersenyum walau hanya dari surga”
Miru menutup matanya. “Miru……!!!!!” Nozomu berteriak. Air matanya tak terbendung lagi.
--------------------------------------END----------------------------------
Saya nangis loh nulisnya. Wahahaha cemen bgt

11 komentar:

  1. Chotto matte... saya agak bingung sama adegan terahirnya.. ._.
    Ya ampun... bagus...
    depress banget bacanya dari awal ampe akhir...
    good job... teruskanlah (?)

    BalasHapus
  2. uwah .. gomen Lisa-nee saya numpang baca #bow

    aku suka ceritanya ... tp di akhir2nya agak gantung ceritanya .-. #dor

    foll all nice fic :Dd
    keep writting Lisa-nee :D

    BalasHapus
  3. Bunda masih baca ini? Fail banget ini bun. Thanks bun :*

    BalasHapus
  4. Thanks yaa... saya memang suka menggantung (?) Wahaha. Keep reading

    BalasHapus
  5. Baca dong... gak fail kok..hehehe

    BalasHapus
  6. Gantunggg gantunggg bangeetttt. Tapi aku suka fictionnya. Anou, lisa neechan fictiony unique :3

    BalasHapus
  7. endingny gg greget .. gantung jadinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. sou... memang endingnya sengaja gantung. hahaha.

      Hapus

Thanks For Leave A Coment