Minggu, 09 Desember 2012

Fanfiction 'Ai No Akashi'

Fanfiction - Songfiction

Title : Ai no Akashi

Ganre : Romance

Ratting : PG

Author : Lisa Wulan Novianti

Cast : Fujigaya Taisuke (Kis-My-Ft2) x Higuchi Yumi (OC), Miyata Toshiya (Kis-My-Ft2) x Yanagi Riisa (OC)

Warning : Just a fiction. Please leave a comment after read this fiction. DON’T BE A SILENT READER
Ai no Akashi

t2

Riisa memeluk jas sekolahnya dengan kencang, menahan rasa dingin yang menerpa, dia tak akan menyangka kalau hari ini akan turun hujan dengan derasa. “Samuiiiii~” Gadis itu bergedik sembari memeluk tubuhnya sendiri semakin kencang. Jarak dari tempat dia berada kerumahnya tidaklah jauh. tapi hujan derasa benar-benar menghadangnya.

Mata Riisa terpaku melihat seseorang dihadapannya. Lelaki itu memakaikan sebuah mantel pada Riisa, kemudian memayungi Riisa. Lelaki itu tersenyum “Ayo pulang. Aku akan mengantarmu” Ucap lelaki itu begitu saja. Tak pernah terbesit sedikitpun dibenak Riisa kalau lelaki yang kini berada tepat disisinya akan melakukan hal seperti itu.

====================================================

Yumi mengelap meja sebuah meja yang basah dan kotor karena terpakai oleh pelanggan café, dia memang bekerja paruh waktu disebuah café seusai pulang sekolah sampai malam. “Ahh, tsukarechatta na” Ucapnya sembari mengelap peluh yang membasahi keningnya. Udara diluar memang dingin, tapi kegiatan yang berat yang Yumi lakukan membuat tubuhnya penuh dengan peluh.

“Pelayan, pesan coklat panasnya 1” Ucap seseorang dari kejauhan, pelanggan itu telah duduk disebuah bangku. Dengan bergegas Yumi menghampiri lelaki tersebut.

“Loh? Sedang apa disini?” Tanya Yumi pada lelaki yang ada dihadapannya. Tetapi lelaki itu hanya tersenyum dan menarik Yumi untuk duduk dihadapannya. Tak berapa lama menunggupun coklat panas yang laki-laki itu pesan datang.

“Tambah satu lagi. dan izinkan gadis ini menemaniku minum sebentar” Ucap lelaki itu tanpa sungkan dihadapan Higuchi Yuta anak pemilik café tersebut, yang tidak lain adalah sepupu Yumi.

“Sedang apa disini? Kau belum menjawab pertanyaan ku” Ucap Yumi sekali lagi.

“Aku? Jelas menemuimu” Ucap lelaki berkulitcoklat dan bersuara manis itu.

Yumi tak memperdulikannya, diapun pergi seraya meninggalkan lelaki tersebut.

=================================================

FLASHBACK

Yumi berada tepat disebelah Riisa, “ada apa ya? Kok kita dikumpulkan diaula besar? Ada pengumuman apaan sih?” Yumi berbicara pada Riisa sahabatnya. Tapi sahabatnya yang satu itu sama sekali tak mersepond ucapan Yumi. Dengan sengaja Yumi yang kini sadar kalau sahabatnya itu mengunakan headset dengan suara musik yang cukup kencang. Yumipun mencabut headset tersebut.

“Mouu~ dame da Miichan” Riisa membentak manja pada Yumi. Dan hendak memakai headset nya lagi. tapi hal tersebut dihalangi oleh Yumi.

“Ne, Riichan, ada apa ya? Kenapa kita disuruh berkumpul di aula besar?” Tanya Yumi sekali lagi.

“Wakanai yo” Riisa menggeleng sembari mengangkat bahunya kemudian menggunakan headsetnya lagi.

“Mulai hari ini akan ada 2 orang guru baru, beliau adalah anak pemilik yayasan sekolah ini, dan temannya. Dan kedua guru itu adalah Fujigaya Taisuke dan Miyata Toshiya. Mereka memang guru laki-laki. Tapi jangan khawatir, mereka akan membatasi kontak fisik dengan kalian. Jangan khawatir soal itu. Fujigaya sensei akan mengajar pelajaran olahraga dan Miyata Sensei akan mengajar dibidang kimia.

Kedua guru tersebut menyebutkan namanya masing-masing, seperti perkenalan pada umumnya, mereka meminta bimbingan dan kerjasama dengan para murid dan guru-guru yang ada disana. Kepala sekolah pun menyuruh para murid untuk memberi kedua guru tersebut sapaan. Dan semua murid membungkuk.

“Riichan. Riichan” Yumi berteriak kerasa pada Riisa yang masih santai mendengarkan musik sembari menutup matanya.
PlaaaakkkkYumi menepuk paha Riisa sontak membuat gadis tersebut terkaget. Dengan polos gadis itu tersenyum kemudian membungkuk, kejadian itu lantas membuat para guru mengalihkan pandangannya pada gadis itu.

------------------------------------------------------------------------------

Riisa berlajan dengan didampingi oleh Yumi disebelahnya. “Kau itu memang bodoh ya” Ucap Yumi tanpa diperdulikan oleh Riisa.

“Ne, Miichan, bagaimana bisa kau menjauh dari lelaki kalau disekolah khusus wanita juga ada guru laki-laki? Jujur saja, aku tidak suka” gadis bertubuh kecil dengan rambut bergelombang itu mulai bersuara.

“Unnn. Wakanai. Tapi aku takut kalau harus diajar oleh dia. Ah tapi sudahlah biarkan saja” Yumi yang berbeda kelas dengan Riisa kini melambaikan tangan pada sahabanya itu. Sejak SD mereka memang sering bersama, sampai keduanya pernah mengalami masalah cinta yang sama dan pada akhirnya mereka berdua membenci lekaki dan memutuskan untuk masuk ke sekolah khusus wanita.

Riisa kini berjalan menuju kelasnya yang berada ujung sudut sekolah. Derap langkah pasti seorang laki-laki terdengar jelas disebelahnya.

“Santai sekali. Kau bisa terlambat loh” Ucap lelaki itu dengan santai.

Riisa terdiam, lagi-lagi telinganya disumbat oleh headset yang selalu setia berada disisinya.

Lelaki dengan jas coklat dan buku ditangannya itu tepat berhenti dihadapan Riisa. Membuat Riisa berhenti dengan mendadak dan dengan cepat gadis itu membuka headsetnya.

“Etto. Sensei? Apa yang kau lakukan?” tanya Riisa dengan polos.

“Miyata sensei desu. Kau gadis yang tidak memberikan salam kepada aku dan Fujigaya kan? Kau kelas berapa?” Tanya Miyata sambil masih terus berjalan disebelahnya.

“Yanagi Riisa 2-D”

“Aku akan mengajar Kimia disana. Ayo jalan bersama”

“Tidak mau. Aku duluan ya sensei~” Riisa berlari didalam koridor sekolah meninggalkan Miyata sensei yang masih terpaku diam ditempat yang cukup jauh.

------------------------------------------------------------------------------------

“Wajahmu pucat Yumi-chan” Seorang teman sekelas Yumi menegur Yumi yang kini terdiam di sudut lapangan sekolah. Hari ini jam pelajaran olahraga dan mereka semua telah berganti pakaian dan bersiap-siap, mata pelajaran hari ini adalah lari estapet.

“Daijoubu ka kimi?” Tanya Fujigaya sensei datang menghampiri Yumi yang masih berdiri terpaku.

“Mou… Iya daaa~” Yumi berteriak dan….. Braaakkkk.

Tubuh gadis itu jatuh tepat ditangan Fujigaya sensei. Wajah Yumi semakin pucat terlihat.

“Kalian pemanasa dulu, aku akan membaanya keruang kesehatan” Ucap Fujigaya sensei.

Fujigaya menggendong tubuh Yumi, membawanya keruang kesehatan. Diapun tak lantas meninggalkan muridnya yang tiba-tiba pingsan tak jelas penyebabnya.

--------------------------------------------------------------------------------

Setelah kejadian itu, Setiap pelajaran Olahraga Yumi sama sekali tidak ingin ikut belajar. Dia hanya menunggu ditepi lapangan karena setiap dia mulai mendekati Fujigaya dirinya akan langsung merasa lemas dan tidak percaya.

“Miichan, apa kau masih belum terbiasa dengan laki-laki?” Riisa menyambanginya ketika gadis yang phobia terhadap laki-laki itu tengah termenung mengisi waktu istirahatnya.

Yumi menggeleng, “Sepertinya tidak. aku masih belum terbiasa. Apalagi dengan lelaki seperti Fujigaya sensei yang genit. Kirai dayo”

Yumi merampas sebuah coklat panas yang berada ditangan Riisa. Hawa dingin yang dirasakan Yumipun menghilang untuk sesaat.

“Maa~ aku juga kesal dengan Miyata sensei”

“Hah? Mengapa? Memangnya Miyata sensei kenapa? dia terkenal baik dan suka melucu bukan?” Tanya Yumi yang kini berbalik penasaran

Riisa mengangkat bahunya. “Dia suka sekali membahas anime atau manga denganku. Ternyata dia otaku” Riisa menghela nafas dengan berat. “Tapi aku benci lelaki” Ucapnya kini dengan manja.

“Lelaki memang tidak berguna ya” Ucap keduanya. Lalu mereka saling beradu pandang, kemudian keduanya tertawa ditengah musim dingin yang indah.

FLASHBACK END

====================================================

I fell in love with you because of the gentleness of that unexpected smile

Miyata tersenyum pada Riisa. Bajunya sedikit basah terkena cipratan air hujan dikarenakan mereka menggunakan hanya satu payung. “Jya Yanagi-san”

Riisa terdiam didepan pintu rumahnya. “Ne, sensei arigatou” Ucap gadis itu dan ada sebuah senyuman dibibirnya. Senyuman yang tak pernah diberikan kepada Miyata sebelumnya.

Setelah mengetahui kalau Riisa adalah seorang otaku, Miyata semakin gencar untuk mendekati Riisa. Tapi Riisa yang masih phobia terhadapa laki-laki begitu sulit untuk didekati, terlebih Riisa sama sekali tidak menyukai adanya Fujigaya maupun Miyata disekolahnya.

Riisa melangkahkan kaki menuju dalam Rumah. “Tadaima” ucapnya dengan lesu. Ibunya menyahut dari dalam.

“Cepat mandi kita makan malam. Oiya kau sudah tidak membenci laki-laki lagi? tadi itu siapa? Kekasihmu?” dengan panjang dan lebar Ibunya menanyakan hal yang sebenarnya Riisa sendiri belum tahu jawabannya. Semenjak mengenal Miyata, perlahan-lahan dia semakin terbiasa berada disisi seorang laki-laki.

Riisa yang sudah lemas mengabaikan ibunya dan langsung memasuki kamarnya yang terletak dilantai 2. Setelah selesai mandi dan mengganti pakaiannya dia membaringkan tubuhnya diranjang kesayangannya itu. Mata Riisa terejamkan, tak lama dia melihat sebuah poster yang berada tepat dibelakang pintu kamarnya.

“Miyata sensei juga sangat menyukai anime itu” Ucapnya kemudian tersenyum

“Aaaaa~ apa-apaan aku ini? Kenapa aku malah terbayang wajahnya. Baka!”

==============================================================

Even if you're laughing or you're getting angry
Is because I love everything about you


Hingga malam menjelang Hujan masih saja mengguyur kota Tokyo dengan kencang, seakan tak ada ampun petir dan Guntur juga ikut menghiasi suasana musim dingin kali ini. Fujigaya masih berdiri tepat didepan sebuah café.

“Akhirnya kau pulang juga” Ucap Fujigaya ketika melihat Yumi yang hendak membuka payung didepan café tempat dia bekerja paruh waktu.

“Aku membawa payung dua untukmu satu. Tapi sepertinya kau sudah punya payung ya. Jadi aku temani kau pulang saja” Ucap Fujigaya  sembari berjalan disebelah Yumi.

Yumi terdiam, menjaga jarak dari Fujigaya. “Aku menunggumu loh sejak sore tadi” Ucap Fujigaya memulai pembicaraan.

Yumi tak memperdulikan Fujigaya sama sekali. Dia hanya terdiam sambil berjalan secepat mungkin yang dia bisa.

“Hei. Higuchi-san kau tidak mendengar ku? kau sudah mengerjakan pekerjaan rumah tentang olahraga yang kuberikan belum? Banyak tugas yang perlu kau kerjakan, karena selama ini kau kan tidak pernah ikut olahraga” Fujigaya panjang lebar mengingatkan hal yang harus dikerjakan oleh Yumi.

“Urusai na!” Yumi membuang pandangannya, berpaling tidak ingin melihat wajah lelaki yang sedari tadi membuntutinya.

“Pasti belum kan? Kalau begitu setiap malam aku akan menunggumu dan aku akan terus mengingatkan mu untuk mengerjakan tugas”

Yumi tertawa dengan keras. “Baka! Kau itu sensei tapi lebih bodoh dari muridnya. Sebenarnya kau itu lulus kuliah atau tidak sih?” Yumi masih tertawa hingga payung yang dia kenakan bergerak tak tentu arah membuat bajunya sedikit basah.

“Aku akan mengerjakan tugas yang kau berikan. Semuannya, dan aku berjanji tak akan lupa satu tugaspun” Yumi mengalah. Dia mengiyakan semua perintah sang sensei. “Rumahku disini. Kau akan pulang atau kau mau mati kehujanan?” Tanya Yumi sekaligus mencibir kepada Fujigaya.

“Aku akan pulang, kalau aku mati, aku tidak bisa mendapatkanmu?” Tanyanya dengan nakal.

Lagi-lagi Yumi tertawa geli “Baka. Jya ne Sensei” Ucapnya dan melambaikan tangan pada Fujigaya.

=========================================================

That profile is now waiting for me
From all the people standing, I know you


Riisa masih menatap Miyata sembari tersenyum sendiri disebuah lab. Melihat Miyata yang sedang mengajar dan ekspresi Miyata sesekali tampak khawatir dengan zat-zat yang dia campurkan. Beberapa murid melihat Miyata dengan tatapan suka, belakangan ini banyak beberapa murid memang sering membicarakan kedua guru lelaki baru disekolah mereka. Sampai sempat beredar juga di forum sekolah itu foto-foto Fujigaya sensei dan Miyata sensei saat masih kuliah, dengan mengenakan baju biasa mereka berdua terlihat keren dimata perempuan.

“Riisa, kalau sedang serius Miyata sensei keren juga ya” Miyagi teman Riisa dari kelas 2-D membuka pembicaraan, keduanya masih didalam lab kimia.

Riisa mengangguk dengan malas. Dia memang merasa kalau Miyata sensei bisa menyembuhkan penyakitnya, tapi dari lubuk hati yang paling dalam Riisa masih sangat tidak yakin dengan hal itu.

“Rumah Miyata sensei dekat dengan rumahmu kan? Bukankah searah? Aku pernah melihat dia tidak?” Miyagi terus menyulurkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Riisa risih.

“Mou~ urusai! Yamette yo!” Ucap Riisa dengan keras. Membuat seisi ruangan itu melihat kearahnya termasuk Miyata sensei.

“Ada apa Yanagi-san?” Tanya Miyata dengan lembut.

“Ck. Aku izin keluar” Riisa mengambil bukunya, kemudian berjalan meninggalkan lab tersebut.

“Apa apa Miyagi-san?” Tanya Miyata dengan tegas.

“Aku hanya menanyakan hal tentang dirimu, tetapi dia malah seperti itu. Aku tidak mengerti sensei. Sumimasen” Miyagi membungkuk dengan berat dia mengakui kesalahannya.

“Ok. Jangan ulangi lagi. kalian lakukan seperti yang ku lakukan tadi, aku akan mengejarnya” Miyata melepaskan jas prakteknya lalu meninggalkan ruangan.

Riisa terdiam duduk didalam kelasnya. Dengan kesal dia mencoret-coret buku tulisnya tanpa aturan. Membuat gambar yang tak tentu dengan coretan tersebut. “Kenapa aku ini? Mengapa aku kesal saat Miyagi menanyakan hal tentangnya?” Riisa membatin semabri tetap mencoret-coret bukunya.

“Daijoubu desu ka? Kenapa kau disini?” Miyata memasuki kelas dengan berani, kemudian duduk tepat disebelah Riisa. Riisa membuang pandangannya, dia sama sekali tidak berani menatap Miyata.

“Yanagi-san? Kau tidak mendengarku? Apa kau masih memakai headset? Ceritakanlah padaku” Miyata menatap Riisa. Kemudian lelaki itu tersenyum dengan sangat hangat. Membuat suasana kelas yang sedikit dingin menjadi hangat.

“Ii desu yo. Gomen ne. Besok hari sabtu, aku dapat voucher makan disebuah resto di Akihabara. Kau mau temani aku? Mungkin setelahnya kita bisa membeli komik atau VCD anime bersama? Dou? Ku tunggu di stasiun jam 3 sore ya”

Riisa tak menjawabnya sama sekali. Miyata bangkit dan meninggalkan Riisa yang masih didalam kelas sendirian.



Esoknya…

Riisa berlari dengan cepat, setelan musim dingin dengan scarf berwarna ungu dan penghangat telinga membuatnya terlihat sangat manis. Gadis itu melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 3.15 sore. “Aku terlambat” batinnya.

Dengan panik Riisa mencari kesana dan kemari mencari seseorang yang ingin dia temui. Dari kejauhan dia melihat seseorang dengan setelan jaket musim dingin dan jeans serta dipadu dengan boots berwarna coklat.

“Omataseshimasuta. Sumimasen” Ucap Riisa ketika dia melihat Miyata yang sedang berdiri menantinya.

Miyata tertawa melihat Riisa yang panik setengah mati. “Kawaii na kimi. Hmm, aku tidak akan mau memaafkanmu” Miyata mencibir karah Riisa.

“Mou~ sensei aku serius!” Ucap Riisa dengan kesal. Kini wajahnya berubah menjadi cemberut.

Lagi-lagi Miyata tertawa. “Kalau kau ingin aku maafkan Panggil aku Miyata-kun” Ucap Miyata menggoda Riisa.

“Iya da sensei” Riisa menggelengkan kepalanya dengan yakin.

“Kalau begitu aku tidak mau memaafkanmu” Miyata kini melangkahkan kakinya menjauh dari Riisa.

“Mouuu~ tungu aku Miyata-kunnnnn” Riisa berlari mengejar Miyata, membuat Miyata tertawa.

“Kau itu lucu sekali kalau digoda. Ikimasuyo”

Keduanya kemudian memasuki kereta yang akan membawa mereka ke Akihabara.

==========================================================

Hey, no one but...
Yeah, it's only you
I'm a man knocking on the door of your feelings


Yumi meletakkan setumpuk pekerjaan rumah yang sebelumnya telah diberikan oleh Fujigaya. Pekerjaan tugas yang diberikan karena Yumi sama sekali tidak pernah mengikuti pelajaran olahraga yang diajarkan oleh Fujigaya. Rasa phobia Yumi terdahap laki-laki memang sangat besar membuat dia tidak bisa berdekatan dengan Fujigaya dalam jangka waktu yang lama.

“Ini tugas yang kau berikan. Katakana saja jika harus ada yang ku kerjakan lagi” Ucap Yumi dengan ketus, kini gadis itu sudah berjalan menjauh dari meja kerja Fujigaya.

“Minggu depan ada ulangan. Mau tidak mau kau harus mengikutinya karena aku tidak bisa memberimu nilai untuk ulangan” Fujigaya kini lebih tegas dari sebelumnya. Dia telah mengetahui kalau Yumi phobia terhadap laki-laki.

Yumi terdiam. Langkahnya berhenti. “Sensei… Onegaishimasu. Dekinai yo” dari kejuahan dia membungkukkan tubuhnya, memohon kepada Fujigaya agar tidak ikit ujian.

“Dekinai. Aku tidak bisa memberi izin. Itu keputusan sekolah” Fujigaya mendekat. Rruang guru saat itu sangat sepi. Yumi mulai terlihat panik.

“Onegaishimasu~” Lagi-lagi Yumi membungkuk.

Fujigaya menggeleng dengan yakin “Gomen” kini tubuh Fujigaya telah ada disisi Yumi. Membuat tubuh Yumi bergetar dengan hebat, udara dingin tak menghentikan keringatnya mengalir dengan deras.

“Sensei. Onegai…”

Braaaakkkkk

Tubuh Yumi lagi-lagi jatuh dipelukan Fujigaya. Dia sudah tak sadarkan diri. Dengan bergegas Fujigaya membawanya keruang kesehatan.

15 menit kemudian Yumi mulau membuka matanya, melihat Fujigaya berada disisinya kepala Yumi terasa sakit dan pusing.

“Sudah sadar? Kau pingsan lagi tadi” Ucap Fujigaya sembari membantu Yumi untuk bangun.

“Hmm…” Yumi meringin sembari memegang kepalanya yang terasa sakit. Wajahnya masih sangat pucat seperti mayat.

“Sudah berapa kali ya aku membawamu kesini? Sepertinya hanya kamu yang selalu pingsan dipelukanku. Apa jangan-jangan kau ini sengaja ya?” Fujigaya terlihat seberti berfikir dengan keras.

“Mou~ sensei… baka baka baka!!!” Yumi memukulin lengan Fujigaya dengan kesal.

“Itai Itai Itai~ Yamero!” Yumi berhenti memukuli Fujigaya, keduanya kini saling tatap. Tangan Fujigaya memegang wajah Yumi dengan kedua telapak tangannya “Ganbatte ne. kau pasti bisa ikut ujian itu. Aku akan membantumu. Jadi jangan khawatir” Ucap Fujigaya menyemangati Yumi.

==========================================================================

Those cold lips I wish you allow me to warm them up

“Yatta~ aku mendapatkannya. VCD ini akhirnya ku dapatkan” Miyata mengambil sebuah VCD game yang sejak pertama peluncuran game tersebut selalu laku terjual.

Riisa terdiam, gadis itu hanya melihat Miyata yang tengah asik dengan dunianya. Itu alasan mengapa Riisa sulit untuk percaya pada lelaki. Kebanyakan lelaki sering sekali sibuk dengan dunianya sendiri.

Riisa kehilangan selera otakunya, selera yang biasanya muncul ketika dia melihat ribuan komik atau VCD anime atau sebagainya. Dingin menusuk hingga menembus jaket yang Riisa kenakan. Dia memeluk tubuhnya dengan kencang.

“Kau mau membeli apa?” Tanya Miyata ketika hendak membayar dikasir.

Riisa menggeleng, wajahnya kini tertunduk lesu. “Bisakah kita pulang sekarang? Aku merasa tidak enak badan” ucap Riisa tanpa banyak basa-basi.

Miyata tersenyum. “Ikut aku” dia membawa Riisa kejajaran buku komik yang luas. “tadi kau bilang ingin membeli komik bukan? Kebetulan aku juga belum membeli komik yang aku inginkan” Ucap Miyata kemudian mulai mencari-cari komik yang dia inginkan.

“Aku ingin pulang saja” Riisa melangkahkan kakinya menjauh dari Miyata.

“Matte yo” Miyata menahan tangan Riisa. “Dousyo?” tanya Miyata sembari menatap Riisa.

Mata Riisa berkaca-kaca. “Kimoii otoko ga kirai yo!” Ucap Riisa, dari bibirnya keluar asap. Dia merasa sangat dingin dan sakit. Hatinya yang telah memberikan harapan pada Miyata hancur begitu saja. Kemudian air matanya jatuh begitu saja.

Miyata menarik Riisa. “Sou, kimoii otoko wa warui darou? Kedo saa… boku, kimi ga suki desu” Miyata tersenyum. Dia meraih wajah Riisa, menghapus air matanya. Kemudian tak lama bibir keduanya terpaut. Udara dingin yang menusuk tubuh Riisa perlahan menghilang oleh kehangatan yang Miyata berikan.

===========================================================================

Under the small umbrella, we shivered and fooled together
I had to force back leaning against you


2 hari sebelum ujian dilaksanakan Yumi benar-benar berusaha keras, dengan didampingin Fujigaya sepulang sekolah dia berlatih ditaman belakang sekolah.

“Ne, sepertinya akan turun hujan” Fujigaya melihat kearah langit yang mulai gelap. Suara Guntur mulai terdengar dan kilatpun mulai menanmpakkan dirinya.

Namun Yumi masih saja berlatih. “Biarkan. Hari ini aku off kerja jadi bisa latihan sampai malam” Ucap Yumi.

Fujigaya menatapnya dari tepi lapangan. “Jangan bodoh” Ucapnya tak lama kemudian hujan mulai turun dengan deras. Keduanyapun berlari menuju tempat berteduh. Tanpa sadar pakaian yang mereka pakai sudah basah kuyup karena air hujan.

“Samui~” gadis itu menggigil kedinginnan membuat merapatkan tubuhnya. Lelaki tiu kini merangkul tubuh Yumi yang tingginya tak jauh berbeda dengan dia.

Fujigaya membuka jasnya yang masih sedikit kering, kemudian memakaikannya pada tubuh Yumi. “Lebih baik kita pulang” Ucap Fujigaya. Dia pun membuka payung yang dia bawa. Memayungi Yumi dan dirinya sendiri. “Aku akan antar kau pulang kerumah” Ucapnya.

Mereka berdua kini berjalan ditengah hujan. “jangan dekat-dekat sensei. Nanti aku bisa pingsan lagi” Ucap Yumi sembari mendorong tubuh Fujigaya agar menjauh.

Fujigaya menjauh, membuat tubuh bagian kirinya terkena air hujan. Dia menggigil, melihatnya Yumi merasa kasian. “kau mengigil” Yumi tersenyum sambil terkekeh dengan geli melihat wajah Fujigaya.

“Yumi no atatakai no power chuunyyuu” Yumi meletakkan tangannya di pipi Fujigaya. “Atatakai darou?” Ucap Yumi dengan manis.

Fujigaya tersenyum, tak lama dia tertawa dengan kencang. “Baka! Mana bisa seperti itu?” Fujigaya tertawa semakin kencang. “Ne, kau sudah bisa dekat denganku ya? Bagus kalau begitu. Taisuke no ganbaru no power chuunyuuu” Fujigaya kini meletakkan tangannya ditangan Yumi, kemudian mengenggamnya dengan lembut.

“Kekuatanku akan selalu menyemangatimu. Kau harus berusaha ya”

Yumi menagguk, sepanjang perjalanan keduanya saling memberikan semangat satu sama lain.

==================================================================

Feelings are resonating, our first WINTER together
As WINTER closes it, love is playing
Because I can feel in my pocket our hands holding tightly


Riisa melihat kearah temannya. Ujiannya telas selesai, kini kelas 2-C dimana kelas tersebut adalah kelas Yumi. “Miichan, ganbatte!” Teriak Riisa dari tepi lapangan. Mereka memang sedang ujian akhir semester karena sebentar lagi akan libur natal dan akhri tahun.

“Eh? Sensei? Sejak kapan aku ada disini?” tanya Riisa yang tiba-tiba melihat Miyata tepat berada disisinya.

“Sejak tadi. Kau saja yang tak sadar aku ada disini. Sedang apa kau disini? Bukankah sudah waktunya pulang?” Tanya Miyata yang heran dengan gadis yang kini sudah menjadi kekasihnya itu.

“menunggu Yumi. Aku dan dia akan merayakan keberhasilannya, hmm, sebenarnya keberhasilanku juga sih” Ucap Riisa dengan ragu.

“Memangnya kau berhasil dalam hal apa? lalu Higuchi-san berhasil dalam hal apa?” Tanya Miyata panjang lebar.

“Urusai Miyat.. eh gomen Sensei. Aku sedang memperhatikan Yumi”

Riisa kini fokus dengan apa yang ada dihadapannya. Yumi selalu bercerita pada Riisa sedang dekat dengan laki-laki. Lelaki itu baik, mau membantunya dalam hal apapun, dan dia adalah lelaki yang paling sering menolongnya. Dia bilang hari ini sepulang sekolah Yumi akan memberitahu Riisa lelaki yang dia sukai itu.

“Miichan. Ganbatta na. kau berhasil” Riisa masuk ke tengah lapangan, memberi selamat dan memeluk tubuh Yumi dengan erat.

“hari ini jadi ya. Oiya, kau juga bawa kekasihmu itu dong. Aku ingin tau dia siapa. Kita kan tidak pernah menutupi hal sekecil apapun” Ucap Yumi dengan senang dan memegang lengan temannya itu.

“Hmm, baiklah. Kalau begitu aku duluan ke café biasa ya~” Riisa melambaikan tangannya meninggalkan Yumi yang ternyata telah sibuk terenyum kepada Fujigaya yang ada ditepi lapangan.

============================================================================

Riisa dan Miyata berjalan, perlahan salju berjatuhan menimpa kepala Riisa dengan lembut. Dengan cepat gadis itu membersihkan kepalanya yang bersalju.

“Salju~” teriak Miyata sembari tersenyum. Dengan cepat lelaki itu membantu Riisa membersihkan kepalanya. Riisa mengambil scraft dari dalma tasnya kemudian mengenakannya.

“salju lebih dingin dari pada air hujan. Tapi lebih indah” Ucap Riisa sembari tersenyum.

“Sou~” Miyata menarik lengan Riisa dengan lembut, kemudian memasukkan lengan Riisa kedalam saku jaketnya. Merekapun berjalan berdekatan sampai café yang dituju.

Mereka memesan makanan duluan, karena setelah 15 menit berlalu Yumi tidak juga muncul.

“tadi itu seperti didalam anime” Ucap Riisa sesaat sembari meneguk coklat panas yang dia pesan.

“hah? Saat apa? saat aku memasukkan lenganmu kedalam saku jaketku? Romantisnya?” Miyata tersenyum menggoda Riisa. “Aku berhasil ya. Otaku bisa romantic juga bukan”

Riisa hanya tersenyum dan mengangguk dengan yakin. “nee~ Riichan….” Yumi dan Fujigaya datang dengan tangan mereka saling terpaut.

Keempat orang tersebut saling tatap, “Miyata sensei?” Ucap Yumi dengan kaget.

“Toshiya? Kau?” Kini Fujigaya yang menatap Miyata dengan tatapan aneh dan ragu.

“Sejak kapan kalian jadian?” Tanay Riisa dan Miyata bersamaan.

Yumi dan Miyata duduk bersebelahan, berhadapan dengan Miyata dan Riisa.

“hei. Toshipi, jadi gadis yang kau ceritakan itu Yanagi-san?” Fujigaya memulai percakapannya.

Miyata mengangguk. “ya, Riisa adalah kekasihku. Lalu kau dengan Higuchi-san? Bagaimana ceritanya?”

“Ceritanya panjang, sangat panjang. Ini konyol. Yumi dan Yanagi-san bersahabat bukan?” Tanya Fujigaya kepada gadis manis yang ada disisinya dan disisi Miyata.

Kedua gadis itu hanya mengangguk. “Aku tidak menyangka kalau kau bisa dengan Fujigaya sensei Miichan. Sepulang nanti kau harus menceritakannya padaku!” Tegas Riisa. Mereka memang bersahabat sejak dulu, membuat mereka selalu mengabari satu sama lain.

“baik-baik. Kau juga harus cerita denganku ya!” Kini Yumi yang menagih cerita pada Riisa.

Kedua laki-laki itu hanya tertawa sembari menatap kekasihnya masing-masing.

=====================================================================

Today, tomorrow as well, even after a year
No matter what season may come
I want to be together with you.


Keduanya berjalan menuju rumah masing-masing. Riisa berada tepat disisi Miyata dan Yumi berada disisi Fujigaya.

Salju yang menghiasi kota Tokyo membuat indah pemandangan musim dingin kali ini. “Miyata-kun, aku ingin berterimakasih berkatmu aku bisa menghilangkan rperasaan phobiaku. Dan berkatmu juga aku bisa mengerti betapa indahnya rasa cinta itu” Riisa tersenyum lengannya memeluk lengan Miyata dengan erat.

“Sou. Aku juga ingin bilang padamu, Fujigaya sensei. Sankyu na. berkat Fujigaya no ganbaru no power aku bisa melakukannya” Yumi tersenyum memberikan senyuman yang sebelumnya tak pernah ia rasakan.

“Sensei janai kedo Fujigaya dake ii yo! Sebentar lagi musim dingin akan berkahir, dan berubah menjadi musim yang indah, apapun keadaannya aku akan terus bersama mu, akan terus memberikan Fujigaya no ganbaru no power untukmu. Suatu saat nanti kelak kita akan membuat dunia kecil kita dengan banyak kekuatan disana” Fujigaya membalasnya. Tangan keduanya terpaut, saling menyalurkan kehangatan mengalahkan rasa dingin yang mereka rasakan.

Riisa dan Miyata menjauh. Merasa tidak ingin menganggu keduanya. “Riisa, daisuki. Kekkonsyou” Miyata menatap Riisa dengan serius.

“Ehh?? Baka! Aku ini masih kelas 2 SMU. Apa kau rela menikah dengan anak kecil sepertiku?” Tanya riisa dengan kesal.

Miyata tertawa terbahak-bahak. “Tidak. aku ingin kau kuliah lalu mengejar cita-citamu dulu. Setelah itu baru kita menikah, punya anak dan kamarnya akan kita hias dengan tema otaku. Hehehe” Miyata terkekeh.

Ucapan Miyata membuat Riisa tersenyum aneh. “Apa kau bisa menungguku selama itu?” Tanya Riisa ragu.

“Bisa, tapi kau janji hanya ada satu laki-laki disisimu yaitu aku” Ucap Miyata memaksa.

“hmm, aku tidak yakin bisa” Riisa mencibir.

“Miyata no ganbaru no power chuuunyuuu~”

“Hei itu punya Fujigaya sensei dan Miichan. Jangan ambil hak orang!” keduanya tertawa. gengaman lengan mereka semakin erat.

Keduanya berjalan bersamaan lagi. Menghabiskan sisa musim dingin dan menanti musim baru yang indah dimana bunga berkembang seperti cinta kedua pasangan itu yang akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Owarimasu~ Maaf kalo fail banget. Cuma dibikin dalam waktu 1 hari. Comment please

1 komentar:

  1. Fujigaya no ganbaru no power chuuunyuuu~~~ ^^
    kawaii ><
    suki suki suki <3

    BalasHapus

Thanks For Leave A Coment