Minggu, 17 April 2011

Pertama dan Terakhir

Aduduhhh Ca, gw baru aja ketemu ama Tongki, susah banget buat lupain itu anak Ca. Aduh sumpah ya Ca gw gak bisa lupain yang namanya cinta pertama. Susah abis. “Bener banget tuh Da, gw setuju ama lu. Emang Da, cinta pertama paling susah buat dilupain.” Aku langsung mengkomentari percakapan Aida yang sekarang satu kampus, kami kawan SMP dan berpisah di SLTA, Aida masuk SMA dan aku masuk SMK. “Emang cinta pertama lu siapa Ca?” Aida malah nanya yang nganga. “Siapa ya? Jujur ampe sekarang juga belom bisa nemuin penggantinya Da. Loohh ko malah aku yang curhat. Terusin ajalah. “Dulu waktu di SMP N 84 Da, temen sekelas.” Aida langsung memotong ucapan ku. “Masih gak bisa lupain yang dulu? Serius Ca lu gak pernah pacaran waktu di SMK? Sampe sekarang ?” Aida tentunya sudah tau jawabanya. Yaa akupun masih sama seperti Aida, Aku masih terpaku oleh cinta pertamaku. Benar kata orang kalau cinta pertama susah untuk dilupain.

Pa Danu dosen kami tidak mengajar hari ini, lanjutlah aku dan Aida membahas cinta pertama kami. Dasar Ababil dari setadi curhat mulu. “Tongki, oh Tongki. Gw tergila-gila ama dia Ca”. Aida duduk dibangku kantin. “Nama bagus-bagus ko diganti Tongki si Da?” aku nyeleneh sebenarnya nama cinta pertamanya Aida itu Rizky, nga tau kenapa di panggil Tonki. “Yeee sebodo amat itukan panggilan sayang Ca”. Aku memesan Es jeruk paling nikmat seantero dunia milik Mas Arip yang beli 3 gelas gratis 1. Maklum anak muda. “iya deh. Ya Da, mau apa dikata. Jangan terpaku ama masa lalu. Kita harus tatap masa depan yang lebih cerah betul tidak?. Aku menasehati Adida sambil berlaga seperti Aa Gym, “Lu sendiri kenapa masih tetep suka ama tu Alien?”. “sembarangan ya Da kalo ngomong. Sekarang tu anak lagi kuliah kedokteran yaa. Hebat gila Da.” Aku mengalihkan pembicaraan. “gak nyambung lu Ca, Gw nanya kenapa lu masih tetep cinte ame tu anak?” Aida belaga sok Betawi. “Karena gw gak mau pacaran lagi. Gw emang gak tau kalo dia jodoh gw atau bukan, tapi gw mau langsung nikah ama jodoh gw, supaya pacarannya abis nikah. Tapi untuk cinta gw cuma cinta yang pertama ama Tuhan gw yang Maha Esa, kedua ama Ortu gw. Ketiga, temen-temen gw, kehidupan gw, Yang terakhir sampe sekarang gw masih cinta ama tu orang Da. Dan gw gak perduli apa yang bakal terjadi mau dia jodoh gw atau bukan yang jelas gw Cuma minta yang etrbaik buat gw dimata ALLAH SWT.” Penjelasan ku panjang lebar sampai membuat si Aida melongo. “ampe kapan lu mau ngelepas masa lajang lu Ca?.” “Ampe saat yang tepat. Ampe seorang lelaki yang punya iman, kerjaan tetap dating ngelamar gw.” “iya tapi kapan?” “Insya Allah nanti.” “seetttt sebel gw ngomong sama lu. Kaga nyambung. Kaya telepon dirijek”

Saat pangeran ku datang

“Aisyah, nanti datang keseminar yang diadain oleh UI ya. Kamu ajak Aida aja, Ini ongkos transportnya.” Ka Wahyu ketua Senat di kampusku menegurku saat aku baca di perpus. Sontak aku mengambil uang transport (gak lupa dong ama uang) berlari menuju Aida, tanpa memperdulikan ka Wahyu.  semoga saja aku bisa bertemu dengannya disana. “Daaaaa… kite yang wakilin kampus untuk seminar di UI nanti. Da, lu tau kan di UI ada siapa.” Aku meloncat-loncat kecil dihadapan Aida. “Selamet deh. Okke besok kite kesono.” Aida tampak senang dengan kabar ini.

Acara seminar tentang tentang motifasi diri diadakan oleh UI ini berlangsung dapi pukul 09.00. Ku lihat jam ditangan ternyata baru jam 08.30. “bosen gw. Kantin yu?” ajak Aida yang tampaknya sudah mulai bosan. “boleh”, aku dan Aida berjalan menuju kantin. Kampus ini tampak sangat megah. “Permisi, bisa tunujin kantinnya diman”. Aida bertanya pada salah seorang lelaki dikampus itu. “bisa ko. Kalian tinggal lurus aja, nanti belok kiri ya.” Lelaki itu membalas dengan senyuman. Sepanjang jalan mataku lirik sana lirik sisni berharap bisa menemukan cinta pertamaku. “Dia kuliah disini kan Ca?” Tanya Aida membuat ku murung. “iya, tapi gak tau dimana deh dia, nga ada deh dari setadi.” Aku duduk dibangku paling pertama. Mataku terpaku oleh seorang lelaki. Tiba-tiba lelaki itu menoleh kpada ku dan Aida. “weh Da, Ca, ngapain lu disini?” Astaga kami berdua terkejut oleh seorang sosok lelaki, dia cinta pertama ku. “Ciye yang calon dokter.” Aida malah nyeleneh. Tak lama kami berreoni ria, Dia memanggil seorang perempuan yang tadi duduk bersamanya. “Dis, sisni.” Perempuan itupun melangkah menuju meja kami. Hatiku seketika itu juga hancur befrkeping-keping. “Da, Ca, kenalin ini Gadis, Dis kenalin ini Aida ama Icha temen SMP”. Kamipun bersalaman. Aku tak berani menanyakan siapa Gadis itu, Aida nampaknya menegrti perasaan ku. Aku meninggalkan Dia dah Gadis dikantin. Sepanjang perjalanan menuju aula aku murung. Entah karena aku masih sangat mencintainya. “Udah, katanya gak perduli. Udah Ca, kita mau masuk yu, masa lu keliatan nagis. Kita jadi yang paling aktif diseminar itu. Itu kan mau lu”. Aku tak menjawab apapun perkataan Aida.”Kau tinggalkan aku, sementaraku menggilaimu. Inginkan segudang cintamu sampai mati desah akhir nafas ku. Usah kau tangisi biarku sendiri nikmati pedihnya luka tanpamu dipelukku. Sungguh ku tak mampu menepis bayang mu, kerena hu hanya bisa mencintamu. Ku tuliskan lirik Segudang Cintanya ADA BAND. Menurutku lagi itu yang paling cocok. Huh. Acara seminat itu tak kudapatkan ilmunya. Selama itu aku hanya memikirkan dia. Nga konsen.

“Udah berapa lama ya kita nga ngumpul?. Semenjak kelas 3 dan sibuk tes masuk universitas kita nga pernah ngumpul lagi kan?” Tiba-tiba dia datang. “gw mau balik Am, takut kesorean.” Jujur aku menghindar darinya. Tak ingin luka ini semakin parah. “Aida pulang nga kerumahnya. Jadi aku terpaksa naik busway untuk sampai kerumah. “Aida udah balik kan? Gw anter ya? Gw balik sendiri ko. Air mata ku terjatuh karena saat ini aku benar-benar merasakan sakit, terlebih lagi lagu Setengah Hati dari ADA BAND terdengar di headset ku. Aku menunduk. Sambil berusaha berbicara “nga usah. Gw bisa balik sendiri. Gw takut Gadis cemburu. Aku langsung masuk ke koridor busway. “Aku tak mendengar apa yang diucapkannya. Aku melupakanya untuk sesaat.

***

Email dari gadis.rahmaniazia@yahoo.com

“To Aisyah Al-Zakiyah

Saya nga tau anda ada hubungan apa dengan Hamdi Ahmadi Muzakiy. Tapi saya mohon jauhi dia. Sebab jika tidak, anda akan berurusan dengan saya.”

Aku terkejut membuaka 1 email masuk dari Gadis. Aku yakin ini pasti dari Gadis yang dikenalkan oleh Aam (aku memang memanggil Hamdi dengan Aam, kerena keluarganya pun memanggilnya dengan panggilan Aam.

Re : gadis.rahmaniazia@yahoo.com

Hamdi itu hanya sebatas teman oleh saya. Tidak ada hubungan apapun. Jika anda memang pacar dari Hamdi Ahmadi Muzakiy. Jagalah ia sebaik mungkin.

Tak selang 5 menit aku mendapat balasan email

From gadis.rahmaniazia@yahoo.com

Re : aisyah_zakiyah@yahoo.com

Tidak ada hubungan apapun? Saya sangat tidak yakin akan pernyataan itu. Semenjak bertemu di kampus kemari Hamdi selalu membicarakan tentang anda. Dan saya tau, anda pasti sudah berniat untuk merebut Hamdi dari saya.

Aku sungguh sakit hati, apa yang Gadis katakan semuanya tidak benar.

Re : gadis.rahmaniazia@yahoo.com

Astagfirullah. Anda tau, saya bahkan menghindar dari Aam, karena saya tahu sekarang Aam telah dimiliki oleh anda. Bilang saja pada kekasih mu itu “Bahwa aku membencinya. Amat membencinya” agar kekasihmu tak lagi membicarakan ku. Silahkan lakukan semamu mu.

From : gadis.rahmaniazia@yahoo.com

Re : aisyah_zakiyah@yahoo.com

Baik. Terimakasih atas niat mu untuk merebut kekasih ku.

Aku tak berniat sama sekali untuk membalas email itu lagi. Aku menutup laptop, tak terasa air mata ku jatuh. Ku lihat handphone ku berdering. “assalamualaikum, Ca, besok kan gak ada jadwal, ke Mirza ya. Gw mau cari kado buat Wenny.” Suara disebrang sana memecahkan tangisanku. “okke” aku langsung menutup teleponnya.

“Icha.. Icha.. Mama Icha, Ichanya mana? Janji mau anterin ke Mirza juga.” Suara Aida terdengar sampai  kamarku. “Ca, cepet nga. Nanti malem kita ngumpul dirumah Wenny dia kan ultah.” Aku beranjak dari tempat tidur ku, mamakai kerudung lalu pergi. Jarak toko Mirza yang tak lain adalah rumah Aam memang tidak jauh dari rumah ku. “Tante… Aamnya mana? Tan yang ini berapa?” Aida langsung aja nawar-nawar barang yang nantinya bakal dijadiin kado. Aku menunggu diluar. Nga berani liat mukanya. Bisa tumpah air mata ini. Aku membuaka laptop sembari menunggu aida. Ditemani oleh Mirza (adiknya Aam yang sekarang sudah lebih besar dari perkiraan ku). “Za, kenal ama email ini ga? Aku memberanikan menanyakan hal ini ke Mirza. Karena aku tahu, bahwa Aam itu sering banget curhat sama Mirza. “Idih, itukan emailnya Gadis ka Icha, Dia orang aneh yang ngejar-ngejar Aam, pernah juga ngechat Eza di YM, sok-sok bilang kalo dia pacarnya Aam.” Aku tercengang mendengar cerita Mirza. “Emang Aam punya pacar apa Za? Cantik ya pacarnya. Eiiiiciyee Eza juga pasti punya kan? Ngaku deh Za” aku bercanda dengan Mirza , sifatnya Mirza gak berubah sama saat dulu Aam sering membawaku main dengan Mirza. “hmm pacar si nga punya Ka Icha, tapi calon istri ada. Aku lebih kaget lagi mendengar perkataan yang satu ini. “ Mau tau nga siapa? Ada foto pra wedding loh..” Mirza masuk kedalam, menenteng sebuah netbook, menyalakanya lalu membuka folder bertuliskan TRUELOVE. Betapa aku tercengang melihat isi folder yang satu itu. Itu foto kenangan ketika aku masih dengan Aam. Ada aku, Aam, Mirza. “Ini calon kaka ipar Eza ka, namanya Ka Aisyah Al-Zakiyah kalo dipanggil Icha, sampe sekarang Aam juga gak bisa lupa sama perempuan yang satu ini.” Mirza mengeluarkan kalimat yang begitu membuat ku terbang kelangit tuju bidadari. “Sekarang udah taukan semuanya kan Ca? tinggal masalah waktu. Mama n Ayah juga udah setuju.yang Eza bilang itu semuanya bener. Masalah Gadis dan tentang siapa calon istri gw. Gw juga udah tau perasaan lu ke gw dari Aida, Insya Allah gw bakal ngelamar lu saat gw udah punya kerjaan yang tetap. Masalah iman, Kita bina bareng-bareng nanti.” Aku tersenyum menatap semua yang menyaksikan kejadian indah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks For Leave A Coment