Minggu, 04 Desember 2011

Fanfiction 'I Love You, But...' After Story

Fanfiction

Title       : I love you but…. (Side Story)

Genre   : Romance

Ratting  : PG

Author  : Lisa Wulan Novianti

Casc       : All char in I love you but… Is Yanagi Riisa (OC), Nakayama Yuma (NYC), Kouchi Yugo (Jr), Kikuchi Fuma (SexyZone), Nakajima Din (OC) Nakajima Kento (Sexy Zone), and I’m adding Nozomu Kotaki (OC), and Ichiko (OC).


I love you but… (Side Story)


Coz I really love you, I will never let you go.

Riisa membaringkan tubuhnya disamping Yugo, Hari ini mereka berkencan di sebuah taman bunga di Tokyo, Yugo merebahkan dirinya terlebih dahulu sebelum Riisa dihamparan rumput yang luas dan sepi itu. Yugo menatap kea rah langit yang kosong dan hampa, hanya penuh dengan langit yang berwarna putih seperti kapas. Lalu Riisa menutup matanya. Merasakan wangi rumput yang khas.

“Yugo chan, Otanjoubi Omedetou. Maah, aku baru bialng sekarang” Ucap Riisa pelan, sambil membuka matanya perlahan.

“Betsuni, Jadi kau akan pindah ke Hokkaido?” Tanya Yugo dengan nada yang begitu berat. “Kau ini, dihari ulangtahunku kau malah member hadiah yang membuat dadaku sesak” Lanjut Yugo masih menatap langit. Matanya seakan enggan menatap wajah Riisa.

Sebelum ini, memang Riisa berkata akan pindah ke Hokkaido, karena dia sudah lulus dan terlebih lagi dia lebih memilih bekerja di restoran milik pamannya di Hokkaido yang kekurangan pekerja.

Riisa menatap Yugo. “Aku hanya ingin dekat dengan keluarga ku, bukan Karena hal lain. Apa itu salah?” Jelas Riisa. Seketika itu juga Yugo menatapnya dengan tatapan tajam.

“JELAS SALAH! Karena dengan begitu kau mengorbankan ku!” Ucap Yugo kesal.

“Gomen na. aku”

“Sudahlah. Kau memang tidak mencintaiku kan?” Potong Yugo.

“Tidak begitu. Aku sangat-sangat mencintaimu, tapi kali ini ku mohon mengertilah” Riisa mencoba menjelaskan maksudnya lagi.

“Saat di Hokkaido, apa kau akan terus ingat padaku? Apa kau akan mengangkat dan membalas semua telepon dan pesanku? Apa kau tidak akan seligkuh dengan lelaki lain? Apa kau janga-jangan sudah punya orang yang kau suka di Hokkaido?” Pertanyaan yang sedari tadi berputar dikepala Yugo akhirnya terkatra sudah.

Karena saling adu mulut, keduanya sudah sama-sama duduk berhadapan. Mungkin karena emosi membuat mereka harus duduk utnuk lebih menumpahkan emosi. Sikap Yugo memang selalu posessif.

Dengan cepat Riisa menjulurkan kelingkingnya “Kalau begitu kita berjanji saja”

Yugo menautkan jari kelingkingnya. “Berjanji utnuk tetap bersatu walau kita berjauhan” Ucap Yugo dengan yakin.

“berjanji untuk tetap berkomunikasi satu sama lain” Kini yang mengucapkan janji tersebut adalah Riisa.

“janji untuk tetap menicntai sampai ajal menjemput” Ucap Keduanya bersamaan.

Janji tersebut mereka buat saat akan kelulusan, karena Riisa tau, sampai saatnya tiba dia pasti akan berpisah dengan Yugo, lelaki yang sangat dia cintai itu.

“Jadi kau mengizinkan ku pindah ke Hokkaido?” Tanya RIisa meyakinkan keputusan izin yang sedang dia perjuangkan itu.

Yugo menggleng. Seperti biasa “TIDAK” Kalau Yugo sudah menggeleng pasti Riisa tau jawabannya. Selalu seperti itu. “Aku tak akan membiarkan mu pergi dari sisiku karen”

“Karena kau mencintaiku? Tapi apa itu yang dinamakan cinta? kau tidak mengerti aku. Itu bukan cinta Yugo chan. Kau terlalu berlebihan” Jelas Riisa kesal. Mungkin baru kali ini dia berani berkata dengan nada yang cukup keras dihadapan Yugo.

“Jadi apa mau mu?” Tanya Yugo, kali ini wajahnya tertunduk dan nada bicaranya berat.

“Aku hanya ingin kau mengerti aku sekali ini saja”

Tiba-tiba Yugo memeluk tubuh Riisa, dan Riisa pun membalasnya.

“Baiklah, tapi kau harus ingat janji kita” ucap Yugo ditelinga Riisa, menyetujui kehendak Riisa.

Menurut Kebanyakan orang Riisa harusnya sudah minta putus dengan Yugo dari dulu, tapi Riisa tau kalau dia harus mempertahankan hubungannya. Riisa selalu berkata “mereka tidak tau apa-apa tentang Yugo”. Dan Riisa tau, ini akan semakin sulit, hubungannya dengan Yugo dan terlebih lagi jarak yang cukup jauh memisahkan mereka berdua. Tetapi Riisa tetap yakin kalau dia pasti tetap bisa mempertahankan hubungan ini asalkan mereka berdua tetap saling berkomunikasi.

=====================================================================================

When I let you go, You must promise still love me

Bandara terasa ramai sekali, seperti biasanya. Ramai oleh lalu lalang manusia yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Riisa duduk disamping Din, dan disebelahnya ada Fuma, seorang yang setia menunggu Din. Tapi Fuma, kento, dan Yuma asik bercakap-cakap tentang pertandingan baseball kemarin.

“Daijoubu ka Rii-chan?” Tanya Din yang sadar kalau Riisa berwajah murung.

“Anou, apa yugo tidak akan datang? Apa dia tidak mau melihat wajah ku? apa ini terlalu menyakitkan?” Tanya Riisa bingung dan sedikit berlebihan.

“Tunggu saja. Mungkin dijalan macet. Waratte ne Rii-chan” ucap Din menyemangati Riisa.

Riisa mengangguk dan menunduk lagi. Dirinya masih terdiam samapi beberapa menit kuemudian muncul sebuah kaki terpat berdiri dihadapannya.

“Yugo” sentak Riisa yang sadar kalau itu adalah Yugo.

Yugo tersenyum memandang Riisa lalu memeluk tubuh Riisa dengan erat. Begitupun Riisa. Seperti ada lem diantara mereka.

“Kore” Yugo mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah kotak kecil berwarna pink. “Jangan buka disini. Buka saat kau sudah samapi di Hokkaido. Jaga baik-baik” ucap Yugo dengan tenang.

Riisa mengagguk. Lalu memeluk Din. “Din-nee aku pergi ya” Ucapnya pada Din.

Din melepaskan pelukannya “Un, jangan lupa kabari kami kamau kau sudah samapi sana” Jelas Din.

“Etto Rii-chan, kau janji ya akan kembali lagi kesini. Kau harus melihat aku dan Din-chan menikah. Awas saja kalau tidak” Ucap Fuma sambil terkekeh.

Riisa tertawa, diiringi dengan senyuman malas dari Din.

“Kabari kami terus keadaan mu ya Rii-chan. Senang selama ini bisa dibuatkan sarapan olehmu” Ucap Kento lalu tersenyum manis.

“Anou, Rii-chan. Berbahagialah” Ucap Yuma dengan berat.

Yugo memeluk Riisa lagi, tak lama pelukan itu terlepas dari tubuh Riisa “Berjanjilah kau akan selalu mencintaiku” Bisik Yugo nyaris tak terdengar. Yugo menahan air matanya agar tidak tumpah.

Riisa mengangguk dihadapan Yugo. “Minna, Doomo Arigatougozaimasu” Riisa membungkuk, dan semuanya membalas ojigi itu. Tangan Riisa meraih koper yang dia bawa dan mulai bersiap.

Tangan Yugo meraih tangan Riisa, perlahan pegangan itu terlepas. Riisa berjalan menuju pesawat. Dan perlahan bayangannya semakin menghilang.

Yugo terus menatap bayangan Riisa yang semakin tidak tampak, didalam hati Yugo, dia merasa berat melepas Riisa, Yugo benar-benar mencintai Riisa sehingga dia tidak ingin Riisa terluka apa lagi sampai terjadi hal yang tidak diinginkannya. Tapi setelah Riisa berkata seperti itu pada Yugo, pikiran Yugo terbuka. Terkadang Yugo harus mencari jalan lain untuk menjaga Riisa yang sangat dicintainya itu. Karena tak selamanya Riisa akan disisi Yugo. Riisa juga punya impian dan cita yang tentunya ingin dia capai. Oleh sebab itu Yugo berani merelakan Riisa walau harus menjalankan hubungan jarak jauh.

After so long, finally we meet again

Riisa mengelap bekas makanan yang berceceran dimeja yang sedang ia bersihkan. Dia memang menjadi pelayan di restoran milik pamannya sekarang. Sudah hampir setengah tahun dia tidak bertemu dengan Yugo, lelaki yang benar-benar dia cintai, walau terkadang Riisa sendiri sering tidak tahan dengan sikap posessif Yugo.

“Riisa chan, aku pulang duluan ya. Maaf aku sudah ditunggu dengan Nozomu. Jya ne” Ucap Ichiko murid SMA yang kerja part waktu di resto tersebut, Ichiko memang sering dijemput oleh pacarnya yang tinggi bukan main, Nozomu namanya.

“Un, Jya” Ucap Riisa dan kembali sibuk dengan kerjaannya yang masih belum selesai. Padahal resto tersebut sudah sedari tadi tutup.

Riisa meluncur dengan cepat menuju ruang loker penyimpannan barang-barangnya, dengan cepat dia mengambil ponselnya yang baru saja dia sadari berdering dengan cepat didalam loker.

Riisa memflip ponselnya “Yugo” Ucapnya sambil tersenyum. Selama ini, mereka sering sekali bertukar foto melalui pesan dari ponsel. Yugolah yang selalu menjadi penyemangat sekaligus obat lelah Riisa setelah seharian bekerja. Riisa melihat sebuah pesan masuk yang tentunya dari Yugo.

From     : Kou-Ichi

Subject : Miss you

Minggu ini aku akan ke Hokkaido, Jemput aku dibandara jam 10 pagi. Jangan telat. I love you. I miss you.

Senyum Riisa mengembang lagi, kali ini wajahnya memerah juga, padahal sedang tidak ada Yugo disisnya. Jantungnya berdebar kencang dengan cepat dia membalas pesan itu memastikan kalau dirinya sangat bisa untuk bertemu dengan Yugo.

Malam ini membuat Riisa tidak bisa terlelap tidur, dia terus melirik pada dress berwarna biru yang tergantung dibalik pintunya.

“Apa pakai yang pink saja ya?” Tanyanya dari dalam kegelapan kamarnya. Gadis yang satu ini rupanya masih bingung harus mengenakan baju apa. Dia tak ingin mengecewakan Yugo.

To           : Kou-ichi

Subject : Can’t wait

Aku tak bisa tidur menunggumu. Kau sudah tidur ya? Yasudah. Aku juga tidur deh. Sampai jumpa disini Kou-ichi.

Riisa menekan tombol send dan mencoba memejamkan matanya perlahan.

“Oneechhhaaaannn. Kau katanya ada janji hari ini, mau ke bandara kan? Cepat bangun” Ryutaro membangunkan Riisa yang masih terlelap tidur karena semalam dirinya benar-benar tidak bisa tertidur. Sontak saat melihat jam di jam bekernya dia langsung loncat tak terkendal. Waktu sudah menunjukan pukul 7.30

“Yaaabbbaaaiii” Teriaknya. Dengan cepat Riisa bergegas turun dan mengangti bajunya.

Kini gadis itu berdiri didepan cermin di kamarnya “Hmm, manis juga. Tapi apa Yugo akan suka?” Tanyanya berbicara sendiri sambil terus menatap cermin. Tingkahnya jadi seperti anak TK yang baru akan melakukan kencan pertama.

Tiba-tiba ponsel RIisa berdering dengan keras. “Picture. Pasti Yugo” Ucap Riisa senang.

From     : Kou-Ichi

Subject : Wait me

Tunggu aku ya, aku sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu. Aku benar-benar merindukanmu. I love you~

Riisa menekan tombol open. Dan terlihat jelas foto Yugo sedang berdiri didepan Bandara, dia menggunakan kaos putih dan kemeja bir. Serta celana jeans. Membuat Riisa serasa ngefly.

Dengan cepat Riisa mengambil tasnya, dan meluncur bagai kilat ke stasiun terdekat. Kereta yang Riisa naiki terasa berjalan begitu cepat, membuat rasa yang menggebu didalam hati Riisa semakin menjadi, bagaimana bisa melakukan hubungan jarak jauh dengan pasangan yang Posessif. Pastinya sangat sulit.

Riisa duduk dibangku tunggu kedatangan dalam negri. Dia melirik ke jam kecil yang dia gunakan dilengan kirinya “Jam 9.45 bukannya harusnya sudah samapi sini ya?” Tanya Riisa membatin.

Riisa menuju toilet, membenarkan dandanannya. Dia tidak ingin mengecewakan Yugo dihari pertamanya bertemu dengan Yugo. Didalam toilet dia merapkan bajunya, tatanan rambutnya, make upnya. Riisa hanya ingin tampil total didepan Yugo.

Riisa keluar dari toilet dan membaca pengumuman dilayar besar ada sebuah penungumuman yang menarik perhatiannya.

“Kouchi Yugo” Ucap Riisa pelan dan dengan suara yang lirih. Mata Riisa masih menatap layar pengumuman tersebut. Dan akhirnya dia menutup mulutnya, Riisa menahan tangisnya.

Sebuah pesawat penerbangan domestic dengan tujuan Tokyo-Hokkaido mengalami kecelakaan. Mengalami patah sayap kanan dan terbakar pada sayap kiri. Berikut adalah korban meninggal atas kejadian tersebut……

Tubuh Riisa bergetar dengan hebat. Air matanya tidak dapat dibendung lagi. Tangisnya benar-benar tumpah. Dia merasa sangat bersalah, lagi, untuk kedua kalinya dia benar-benar mengecewakan Yugo. Riisa menyesal karena memaksakan kehendaknya untuk tinggal di Hokkaido. Dan sekarang Yugo yang dia cintai itu pergi untuk selama-lamanya.

=====================================================================================

That’s not you. I don’t belive it. That’s  not my Kou-Ichi

Riisa terdiam, gaun indah berwarna hitam yang ia kenakan membuat dirinya terlihat cantik, tapi wajah Riisa benar-benar pucat, pemakaman kali ini dihadiri oleh Din, Fuma, Kento dan tentunya Yuma. Din merangkul Riisa yang memegang seikat bunga mawar putih, dia ingat betul dulu Yugo sering bilang

“kalau kita menikah nanti aku mau semua hiasannya adalah bunga mawar putih”

Air mata Riisa tak dapat terbendung lagi. Air matanya mengalir terus menerus. Penyesalan yang terdalam masih membekas didalam dirinya. Kini Riisa seakan menghujat dirinya sendiri. Dia menyesali kenapa dia membiarkan Yugo pergi ke Hokkaido kenapa bukan dia yang pergi ke Tokyo.

“Sudahlah, menangis tak akan membuat semuanya kembali seperti sedia kala” Ucap Din yang mencoba menenangkan Riisa.

“Tapi Din-nee, aku benar-benar merasa bersalah. Yugo pergi. Aku, janji kita” Riisa menggantungkan kalimatnya.

Din tersenyum, “Apapun yang kalian lakukan semuanya sudah kehendak Tuhan ne” Jelas Din.

“Tapi Din-nee, aku yakin itu bukan Yugo, Yugo masih ada, dia berjanji akan segera menemui ku di Hokkaido Din-nee. Yang dikubur itu bukan Yugo. Yugo tidak meninggal. Aku yakin Yugo masih hidup” Teriak Riisa. Dan lagi-lagi Din hanya tersenyum, Din mengerti betul bagaimana yang Riisa rasakan.

Kehilangan seseorang yang sangat dicintai

Riisa meraba lehernya. Mencari sesuatu yang biasanya menyangkut dileher gadis itu.

“Dimana kalung itu?” Tanya Riisa panik sejadi-jadinya.

“Kalung apa?” Tanya Din yang bingung.

“Kalung pemberian Yugo. Astaga aku merasa sangat sangat bersalah” Ucap Riisa masih dengan panik sembari mencari kalung yang diberikan oleh Yugo.

Kepanikan Riisa semakin menjadi, air matanya bukan berhenti malah semakin mengalir dengan deras. Kalung itu adalah pemberian Yugo saat Riisa akan pergi ke Hokkaido, kalung yang selama enam bulan terkahir ini selalu tertambat di lereh Riisa, sedetikpun tidak pernah dia lepaskan, karena dibalik bandulnya ada ukuran inisial nama mereka.

Riisa berlari ditengah perasaan duka yang masih menyelimutinya. Tiba-tiba Riisa berhenti pada satu jembatan, keadaan disana tenang. Ada banyak burung yang sedang berterbangan diatasnya. Sungguh indah dimusim seperti ini.

Riisa menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya “Aku mengingkari janji ku Yugo, aku kehilangan benda berhargamu” Ucapnya membatin. Namun kini dia menghapus air matanya. “Aku terlalu mengecewakan mu Yugo. Aku membenci diriku sendiri” Ucapnya lirih.

=====================================================================================

I hate my self. I hate my life.

Riisa merebahkan dirinya dikamar hotel tempat dia menginap. Malam ini, Din menemaninya di hotel, demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan. Mata Riisa terlihat sembab, karena air mata yang dikeluarkannya begitu banyak. Penyesalan berturut-turut yang dia rasakan serasa tidak ada habisnya. Dia merasa dirinya sudah benar-benar membuat Yugo kecewa.

“Din-nee, aku mau mandi dulu ya” Ucap Riisa sambil meninggalkan Din yang sedang asik menyantap makanannya.

Din mengagguk “habis mandi segera makan ya. Nanti makanannya keburu dingin” Lanjut Din.

Riisa masuk kedalam kamafr mandi, letaknya tak jauh dari tempat din. Perlahan shower di nyalakan dan suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi.

20 menit kemudian Riisa tak juga kunjung keluar dari dalam kamar mandi. Din awalnya membiarkan Riisa berlama-lama didalam kamar mandi. Karena Din pikir dia juga butuh menenangkan dirinya.

Din mengetuk pintu kamar mandi “Riisa, daijoubu ka?” Tanya Din dari luar kamar mandi. Tak ada jawaban yang di dengar oleh Din.

Tak sabar Din memanggil petugas hotel untuk menjebol pintu kamar mandi tersebut, dan sesuai dugaan Din, Riisa sudah tidak baik-baik saja.

“BAKA RIISA” Teriak Din dan langsung memerintahkan petugas hotel untuk membawa Riisa ke rumah sakit.

Din melihat sebuah cutter yang tadi terlihat tergeletak didekat tubuh Riisa, Ada aliran darah yang bercampur dengan air yang masih mengucur dari shower. “Dia merasa sangat bersalah” Ucap Din sambil membuang cutter tersebut kedalam tong sampah.

“Bagaimana keadaan Riisa Din-nee?” Yuma yang baru saja sampai dirumah sakit langsung menanyakan keadaan Riisa yang sekarang terbaring diruang ICU.

“Tenanglah Yuma-kun. Dia akan baik-baik saja percayalah pada dokter” Ucap Din dengan bijak.

Kini dirumah sakit sudah ada Fuma, Kento dan tentunya Yuma juga.Mereka menunggu keadaan Riisa yangs ednag kritis. Sedangkan orang tua Riisa di Hokkaido sama sekali belum mendapat kabar tentang anaknya yang sedang kritis, mereka berencana utnuk menyembunyikan semua ini.

“Keadaannya semakin membaik, dia sudah bisa pindah keruang rawat inap. Kalau cepat pulih lusa sudah boleh pulang” Jelas dokter yang tiba-tiba keluar dari ruang ICU tempat Riisa mendapat pertolongan.

Tak lama kemudian, dua orang suster mendorong tempat tidur pasien dan memindahkan Riisa ke ruang rawat inap.

“Anou, siapa yang akan menjaga Riisa mala mini?” Tanya Din to the point.

“Biar aku saja Din-nee. Kebetulan aku tidak ada kuliah besok” Jawab Yuma tanpa ragu.

Semuanya menyetujuin bahwa Yuma yang akan menjaga Riisa. Yuma tersenyum memandang RIisa, sosok dihadapanya, adalah seseorang yang sampai saat ini pun masih dia sukai.

“Yuma-kun” Ucap Riisa lirih saat mata Riisa benar-benar terbuka dipagi yang cukup hangat itu.

Yuma terbangun dari tidurnya disisi Riisa. Matanya menatap samar Riisa. “Ohayou” Ucap Yuma pelan dengan nyawanya yang masih belum terkumpul.

Riisa bergerak, membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan mencoba untuk bangun.

“E, jangan banyak bergerak. Kau masih sangat lemah” Ucap Yuma seketika panik. Kini Yuma menarik kembali selimut yang tadi dibuka oleh Riisa, Riisa memang sangar merasa bersalah sehingga dia melakukan percobaan bunuh diri seperti itu. Riisa tentunya berpikir kalau dia tak pantas hidup, kehidupan Riisa sudah tidak berarti karena dia sudah sangat mengecewakan Yugo.

This love for you. Belive happiness with you

Riisa berjalan terlebih dahulu, dibelakang ada Yuma yang membawa setas kecil pakaian yang baru dipindahkan Din dari hotel pagi tadi. Siang ini Riisa sudah diizinkan oleh dokter untuk pulang, tidak ada yang menjemput mereka, dikarenakan sudah yang lainnya sudah sibuk dengan urusan masing. Masing.

“Aa, Hati-hati” Yuma berlari dengan cepat menuju posisi Riisa saaat Yuma melihat Riisa berjalan sedikit oleng. Kini Yuma memapar Riisa sedikit. “Sudah ku bilang kau masih sangat lemas. Wajahmu seperti mayat” Ucap Yum tanpa sedikitpun dihiraukan oleh Riisa.

Mereka memasuki taksi yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit “Kita akan ke share house?” Tanya Riisa tiba-tiba. Yuma mengangguk mengiyakan pertanyaan Riisa. Dalam waktu kurang dari setengah jam mereka sudah sampai di Share House.

“Istirahatlah, akan aku buatkan makanan untuk mu” Yuma menutup tubuh Riisa dengan selimut dan meninggalkan Riisa yang matanya masih saja menatap kosong pada langit-langit kamar.

“Chotto, Yuma-kun, mau kah kau mengambilkan foto didalam task u?” Tanya Riisa tanpa memandang Yuma, tatapannya masih kosong menatap langi-langit kamar.

Yuma berbalik, tanpa sahutan lagi dia mengambil sebuah foto dari dalam tas yang Riisa bawa dari Hokkaido.

“Kau dan Yugo, Romantis ya Rii-chan” Ucap Yuma lirih. “Dia sudah pergi untuk selamanya, tapi kau tetap saja mengingatnya” Yuma memberikan foto tersebut, lalu meninggalkan Riisa dikamar.

“Yuma-kun, Yugo itu masih hidup, dia tidak pergi. Dia masih ada!” Bentak Riisa pada Yuma yang sudah ada didapur.

Rupanya RIisa bangun setelah Yuma berbicara seperti itu. “kau ini memang selalu bicara yang kau tidak tau ya!”

“Lalu siapa yang kemarin dimakamkan? Siapa jasad itu? Sadarlah, Yugo sudah tiada. Yugo sudah pergi meninggalkan mu?” Yuma tak kalah membentak Riisa, dia berusaha untuk menyadarkan Riisa.

Pllaaaaaakkkk

Sebuah tamparan mendarat tepat dipipi Yuma. “Dengar baik-baik. Ini semua kesalahan ku. Yugo masih ada!” Kekeh Riisa. Dia tetap berpendapat kalau Yugo memang masih hidup. “Ini semua salahku….” Lalu air mata keluar begitu saja dari mata Riisa “Aku memang tak pantas hidup” ucap Riisa disela tangisnya.

Yuma tak menyangka kalau keadaannya bisa sebegitu kacau seperti sekarang ini. Yuma berusaha untuk menyadarkan Riisa, tapi ternyata tidak berhasil, Riisa tetap bersikukuh dengan pernyataannya. Sepertinya Riisa belum bisa menerima kepergian Yugo.

“Rii-chan, apa jika ku berikan ini kau akan lebih tenang?” Ucap Yuma sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.

Mata Riisa terpana melihat sesuatu yang dikeluarkan oleh Yuma. “Kembalikan. Itu milikku” Riisa mencoba mengambil kalung itu, kalung yang hilang sesaat setelah pemakaman Yugo, kalung pemberian terakhir Yugo sebelum Riisa pergi ke Hokkaido.

“Akan ku kembalikan asal kau mau berjanji menerima semua kenyataan ini. Kau harus sadar, kalau semuanya sudah takdir. Satu hal lagi, Percayalah Rii-chan, Yugo di surge sana pasti ingin kau bahagia, bukan terus bersedih seperti ini”

Riisa terdiam, dan Yuma tersenyum sambil memperlihatkan kalung milik RIisa. “baiklah” Ucap Riisa tenang.

Selang beberapa detik Riisa sudah berada dalam pelukan Yuma, “ku pakaikan, dan jangan dihilangkan lagi. Dan ingat janji mu” Bisik Yuma ditelinga Riisa sambil memakaikan kalung itu dileher Riisa. Kini untuk pertama kalinya setelah kejaian itu, Yuma berhasil membuat Riisa tersenyum walau hanya sesaat.

Yuma tau, membuat Riisa kembali seperti dulu memang sedikit susah dan perlu tenanga ekstra, kalau dia berada diposisi Riisa juga mungkin dia akan melakukan hal yang sama. Merasa kalau ini semua salahnya. Merasa kalau dia sudah tak pantas hidup, tapi Yuma percaya kalau dia bisa melakukannya, membuat Riisa kembali seperti dulu.

Can I get your love?

“tadaima” Din membuka pintu perlahan, dan mendapati Yuma dan Riisa sedang menonton tv berduaan. “Uppsss maaf aku menganggu” Ucap Din dan langsung meluncur ke dapur.

Hari ini hari ketiga Riisa berada di Tokyo, keadaannya memang sudah stabil, tapi Yuma tidak mengizinkannya pulang dengan banyak pertimbangan.

“hey, kalian beruda, aku membawa donat. Kalian mau?” Tanya Din mengintip sedikit dari dapur.

“hey, kalian kesini cepat. Nanti aku habiskan loh donatnya” teriak Fuma dengan kencang dari dalam dapur. “Din-chan. Mau aku suapin nga?” Suara Fuma terdengar dari dalam dapur. Dia pasti sedang menggoda Din.

Riisa bangkit dai duduknya disusul oleh Yuma, “Sini tanganmu” Bisik Yuma pelan.

“Untuk apa?” Tanya Riisa bingung.

“Aku mau mengenggamnya”

“Aku masih punya Yugo” Riisa mengarik tangannya yang sudah di genggam oleh Yuma.

Yuma hanya menarik nafas berat dan mengembuskan perlahan. Dia mengerti sifat Riisa saat ini, dia juga harus bersabar.

“Aku mau yang almond” Teriak Riisa dan Yuma bersamaan. Dan sontak seisi rumah itu tertawa bersama begitu juga dengan Yuma dan Riisa.

“Almondnnya untukmu saja” Yuma mengambil donat almond itu dan meletakannya dipiring dihadapan Riisa.

“Donat almond, kesukaan Ygo” Ucap Riisa lirih, mungkin tidak terdengar oleh yang lain, namun Yuma yang berada didekatnya tentu saja mendengar ucapan itu.

“Ah, sudahlah Rii-chan”

Riisa hanya tersenyum dan menyantap donat tersebut. “Anou, ku buatkan teh ya?” Tanya Riisa.

Tentunya semua orang di meja makan itu melarangnya melakukan hal berat, walau menurut Riisa membuat teh itu hal yang mudah. Tapi tetap saja mereka melarang, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Riisa meminta dengan sangat lebut, bahkan sampai memohon dan membuat perjanjian agar diizinkan memuatkan teh. Dan akhirnya mereka semua mengiyakan permintaan Riisa. Selang beberapa menit teh itupun datang. Dan mereka menghabiskan makanan tersebut ditemani segelas teh yang nikmat samapi semuanya habis.

“Ippai. Biar aku yang bersekan mejanya” Ucap Yuma dan semua menyetujinya, Din langusng bergegas menuju kamarnya diikuti oleh dua bocah yang lain, Fuma dan Kento.

“Aku yang cuci pirng” Ucap Riisa manja.

Yuma menggeleng dengan yakin “TIDAK” Ucapnya dengan tegas.

“kok kau seperti Yugo?”

Yuma mulai menyalakan keran sambil mencuci piring “Hmm, karena aku mencintaimu” ucap Yuma lalu menyipratkan air ke wajah Riisa. Riisa pun membalas cipratan itu. Dan tanpa sadar wajah mereka sudah basah dengan air.

“Aku akan berusaha membuatmu seperti dulu lagi” Bisik Yuma sambil memeluk Riisa dari belakang.

“lepaskan Yuma baaakkaa” Berontak Riisa.

“Tidak mau” Pelukan Yuma kini semakin kencang

“Kau bisa membunuhku tauuuuuu” Keluh Riisa.

Walau harus menunggu lama, Yuma akan tetap menunggu sampai Riisa kembali seperti dulu, kembali menjadi Riisa sebelum Yugo pergi. Terserah Riisa akan bisa mencintai Yuma atau tidak, Keinginan terbesar Yuma hanyalah Riisa yang selalu tersenyum dan bisa dia kerjai seperti dulu.

I still wait for you. Until the end of time.

“Minna, aku akan pulang ke Hokkaido lusa” Teriak Riisa disela makan malam hari ini, Fuma memasak curry rice, walau rasanya tidak seenak buatan Din atau Riisa karena tangan Fuma adalah tangan lelaki yang asing dengan benda-benada seperti itu.

“Hehhh? Cepat sekali?” Tanya Yuma memulai komentarnya. Sontak semua mata tertuju pada Yuma.

“Kenapa?” Tanya Yuma lagi. Dan yang lainnya menggeleng.

“Iya, gomen ne. merepotkan kalian. Doomo arigatougozaimasu” Seru Riisa. Dan tanpa basa-basi dia menyantap curry rice buatan Fuma.

“Etto, jadi kalian jadian?” Tanya Kento mengulik sesuatu yang sepertinya ditutupi oleh Yuma dan Riisa.

Keduanya pun menggeleng, “Aku masih belum bisa menghapus Yugo dari kehidupanku, mungkin suatu saat nanti” Jelas Riisa dengan tenang. Dan sepertinya kehiduapnnya sudah mulai membaik.

“Sou ne, suatu saat kau pasti menemukan seseorang yang lebih baik dari Yugo. Percayalah kehidupan akan terus berlangsung dan harus ada hari esok yang lebih baik dari sekarang. akan terus berlangsung. Dan akah” Din member semangat pada Riisa. Dan hanya dibalas oleh senyuman manis dari bibir Riisa.

“Betul sekali itu Din-chan. Din-chan hebat sekali. Aku tambah suka” Seru Fuma senang. Sedangkan Din hanya menarik nafas berat dengan tampang malas menghadapinya.

“Sou desu. Rii-chan. Kau pantas juga dengan Yuma” Kento menambahkan.

Wajah Riisa dan Yuma terlihat merah padam, dan semuanya tertawa.

Yuma menjanjikan hari-hari padanya, walau Riisa sendiri tak memungkiri lagi kalau masih ada setitik rasa untuk Yuma dalam hatinya.

Seusai makan mereka merapikan meja bersama, kali ini yang mencuci piring adalah Kento, jadi yang lain bebas bisa bersantai atau melakukan apapun.

“Minna, doomo arigatougozaimasu” Ucap Riisa sambil tersenyum, mereka semua melepas kepergian Riisa ke Hokkaido.

“Ah, iie, doitashimasite” Ucap mereka serempak, kini air mata gadis itu tak terbendung, betapa indah persahabatan yang dimilikinya, dan walau berat ditinggalkan, semuanya memang harus berjalan dengan tujuan masing-masing.

Riisa, Yuma, Din, Fuma dan Kento, keliamanya berpelukan menjadi satu, pelukan terakhir sebelum Riisa pergi, walau mereka juga akan bertemu lagi, tapi kehilangan sosok teman yang sudah tinggal bersama itu juga berat.

“Jaga dirimu baik-baik. Aku akan menemuimu, berjanjilah kau milikku. Daisuki da yo” Ucap Yuma disela peluknya.

Riisa tersenyum dan menyeka air matanya, mengiyakan semua perkataan Yuma. Saat pemberitahuan pesawat menuju Hokkaido akan segera berangkat dengan segera Riisa meninggalkan mereka semua.

====================================================================================

Please, No more tears

“Ayo pulang” Ajak Kento pada semuanya. Din dan Fuma mengikuti langkah Kento yang sudah berjalan terlebih dahulu. Sedangkan Yuma masih menatap kearah landasan terbang pesawat.

“Ayo Yumaaaa” Teriak Fuma, Yuma masih tetap terpaku menatap kosong kea rah landasan terbang pesawat.

Fuma kini menarik lengan temannya yang sepertinya merasa sangat sedih, dia baru saja mendapatkan hati Riisa, tapi kini mereka harus berpisah lagi.

“Sudahlah, Riisa kan masih di Jepang, dia belum pindah keluar negri. Kapan-kapan kita main kesana bersama” Seru Din menghibur Yuma.

Yuma menatap kosong keluar jendela bis yang mereka tumpangi. Dan yang lainnya menyandarkan diri, bahkan Fuma tertidur karena merasa lelah. Kurang dari setengah jam mereka sudah sampai di share house. Yuma merebahkan dirinya di sofa depan televise. Dan menyalakan televise tersebut.

“Berita hari ini, sebuah pesawat menuju Hokkaido yang berangkat pukul 10.00 hari ini mengalami ledakan parah, keadaan pesawat saat ini hancur terbakar, diperkirakan tidak ada korban selamat. Dan sampai saat ini petugas pemadam kebakaran masih mencoba memadamkan api yang membakar pesawat tersebut”

Berita tersebut membuat semua penguin share house tersebut mengalihkan perhatiannya. Air mata Yuma tak terbendung. Dia mengambil sebuah serat kecil yang pernah Riisa tulis saat bersamanya.

Aku tak tau bagaimana nantinya,
harus ku akui, masih ada rasa suka untukmu.
Arigatou, kau sudah mau membantuku.
Yuma-Kun. Suki da yo.
Ku mohon, ada atau tidak ada aku, kau harus bagahia.


Love, Yanagi Riisa

Yuma menyeka air matanya. Dia menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan berat.

“Aku berjanji aku akan bahagia untukmu”

==========================END=========================================

Waaaallllaaaahhh squel gaze bener ini TT^TT

Gomen ne minna san. Saya memang nga jago buat FF.

Comment are love~~

13 komentar:

  1. geeeekkkk!! apa iniiii???!! *gegulingan*
    kenapa dua2nya kudu meninggal??
    hukz..no no!! *lap ingus*
    sediiiihh...hikz...

    a lot of typo...tpi termaafkan karena ceritanya...
    keren.. ^^
    dunno what to say again...
    kau banyak kemajuan... #huglisa

    semuanya gak terduga... :)
    good job cantik.... keep writing...
    hehehe

    BalasHapus
  2. waw..waw..gomen bru ngomen sekarang ^^
    kenapa dua2 nya harus meninggal?kasian itu si yuma sendirian...
    ehehehehe..
    tapi cerita nya bagus...
    ayo bikin lagi yang lain...

    BalasHapus
  3. @ budna din " huahahahahah. sankyu bundaaaaa
    jangan nagis. nanti ku betulin typonya.
    @ mama opi. nanti aku bangun dari kubur nemuin yuma lagi. LOL
    Insya Allah. mau UN dulu. hahahahaha. sankyu udah mampir.

    BalasHapus
  4. "I Love You, But ...."
    Permisi... Salam kenal, sista ...
    Sblum bca, dr judulnya: ad (....)nya aj bs d tebak, pasti ntar nggera'in jantung deh. Klo pesawatnya celaka, gw ogah naik psawat, emoh kehilangan cinta. XDDD
    Btw, ceritanya bagus, slalu mbangkitkan emosi.

    BalasHapus
  5. Salam kenal~ hehehe sankyu yaudah mau baca ceritanya. sebenernya ini after story. cerita pertamanya ada juga. ^^ sekali lagi makasih sudah mau baca dan mampir kesini~

    BalasHapus
  6. keeerrrreeeennnn. kenapa jadi mati semuanya? yuma sama aku aja kali ya? aku suki ini. bagus lisa chan.

    BalasHapus
  7. geh. kenapa riisa ikutan maatiiii !? huweeeee ToT kasiaaaan hiks...
    itu pesawat kayaknya kena kutuk yak? bikin mati orang mulu *plak
    mamaaa ceritanya bagus.. bikin aku nangis ! TAThuhu buat lagi ne!

    BalasHapus
  8. Berdasarkan pengertian yang tercantum pada wikipedia, duplex adalah sistem komunikasi yang terdiri dari dua bagian atau perangkat yang terhubung sehingga dapat berkomunikasi antara satu sama lain.

    BalasHapus
  9. Daging ayam busukdaging ayam yang busuk atau bekas dari sebuah restoran di ambil.

    BalasHapus
  10. author ,
    saya izin baca disini ya..
    trmksh sblm'a .

    BalasHapus
  11. Kemenangan Indonesia pada malam hari ini, memperkuat keinginan saya untuk sekedar mencurahkan kegalauan ini.

    BalasHapus
  12. […] The first story : I Know I Love You, ButAnd then the sequel : I Know I Love You, But ~ After Story~ […]

    BalasHapus
  13. […] The first story : I Know I Love You, ButAnd then the sequel : I Know I Love You, But ~ After Story~ […]

    BalasHapus

Thanks For Leave A Coment