Minggu, 18 Desember 2011

Fanfiction 'Life Is Beautiful'

ANFICTION

Title : Life Is Beautiful

Genre : may be romance *again*

Ratting : Pg

Author : Lisa Wulan Novianti

Cast : Kyomoto Taiga (Jjr), Morimoto Riisa (OC), Morimoto Ryutaro (HSJ), and etc

Disclaimer : Kyomoto Taiga is Jjr from Johnny ent. Ryutaro too. And All my char is OC.


Life Is Beautiful


#TAIGA POV#

Aku berjalan ditengah derasnya hujan, malam ini tak ada sesuatu yang kubawa kerumah. Hanya sisa-sisa makanan yang ku dapat dari beberapa restoran yang tadi aku masuki. Beberapa kali aku mencuci piring disana, dan lagi-lagi aku tidak menerima upah, mereka hanya memberiku sedikit makanan. Tapi untunglah setidaknya Okaasan dan Imoutochan bisa makan hari ini.

“Tadaima” kugeser pintu kecil dirumah yang keadaannya sudah tidak layak huni ini.

“Taiga Nii-chan” Seru Hana yang menyambutku pulang, dia adik perempuanku satu-satunya.

Aku berasal dari keluarga miskin, aku pun tinggal di daerah kumuh Tokyo. Kehidupan kami berubah saat Otoosan memilih untuk hidup bersama wanita lajang yang selalu menggodanya itu. Seketika harta yang selalu kudapatkan, pakaian bagus, dan tentunya rumah mewah yang dulu ku tempati sirna sudah. Sekarang aku harus mati-matian mencari nafkah untuk membantu Okaasan. Okaasan hanya seorang penjaga toko dan tentunya itu sangat tidak cukup untuk menghidupi kami bertiga. Belum lagi biaya sewa rumah dan biaya hidup yang semakin hari semakin mahal saja.

“Kau sudah pulang Taiga?” aku mendengar suara lemah Okaasan. Belakangan ini dia sakit, jadi dia tidak pergi bekerja.

“Un. Ini aku bawakan makanan” Aku meletakan makanan yang ku bawa disebelahnya. Dengan cepat Hana mengambil piring dan segera menyiapkannya.

Hatiku sakit, benar-benar sakit saat melihat Okaasan dan Hana harus makan makanan yang aku juga belum tau itu bekas siapa. Dalam remang lampu ruangan ini tak terasa air mata ku terjatuh, mungkin mereka tidak melihatnya, karena mereka sedang sibuk menikmati makanan itu.

“Hana, kau bereskan ya. Aku sangat lelah” ucapku menyuruh Hana untuk membersihkan semuanya.

Biasanya aku yang membersihkan, tapi karena tadi sepulang sekolah aku langsung mencari pekerjaan dadakan jadi aku sangat lelah dan ingin segera beristirahat.

“E, gadis tadi itu. Menyebalakan. Dia tidak pernah merasakan jadi orang susah apa ya?” Aku membatin, saat aku direstoran tadi. Sesaat aku disuruh untuk membersekan meja karena akan ada tamu baru yang datang. Mereka sepertinya kakak beradik. Tapi sepertinya sang kakak itu sanga-sangat sombong. Sampai-sampai dia membentakku karena hal spele. Menyebalkan sekali.

Manusia memang seperti itu. Saat mereka memiliki segalanya mereka akan lupa pada orang kecil yang ada disekitarnya. Belum tentu dikemudian hari mereka akan tetap menikmati kekayaan mereka itu. Roda kehidupan akan terus berputar.

=====================================================================================

“Niichan. Bangun. Asa da yo. Kau kan harus sekolah” Hana mengguncang tubuhku dengan kencang. Lalu dia menyibakkan gorden. Dan matahari menyinari wajahku.

Aku bergegas menuju sekolahku. Walau aku miskin, tapi aku akan tetap sekolah. Karena sayang sekali kalau harus putus sekolah. Aku kan sudah kelas 3 SMU. Jadi lebih baik aku lanjutkan dan setelah ini aku akan segera bekerja dan membuat Okaasan bangga padaku.

Sekolahku tidak jauh dari rumah. Sekolah negri. Meski aku miskin, tapi otakku ini bisa dikategorikan sebagai otak orang pintar, buktinya saja aku selalu mendapat peringkat 3 besar disekolah. Itu sangat membuat Okaasan bangga.

“Ohayougozaimasu sensei” Aku menyapa Nakamura sensei, dia adalah wali kelasku diseklas 3 ini.

“Ohayou Taiga. Oiya. Kau lolos masuk perguruan tinggi Negri loh. Omedetou” Nakamura Sensei menyalamiku, lalu memelukku dengan erat.

“Kau memang selalu membuat sekolah ini bangga” Sambungnya lagi.

Memang banyak piala dan medali yang kusumbangkan untuk sekolah ini. Aku berkali-kali menang olimpiade. Aku berpikir sejenak. Akankah ku ambil kesempatan besar ini. Tapi kalau aku ambil pasti akan susah sekali untuk bisa bekerja.

“Etto sensei. Aku pikir-pikir dulu ya. Aku ingin langusng bekerja soalnya” Ucapku mencoba memberi pengertian.

“A, souka. Yasudah sana kekelas cepat”

=====================================================================================

#RIISA POV#

“Neechan. Harusnya tidak boleh sekasar itu” bentak Ryu dihadapanku. Dia melempar kamus besar bahasa Inggris. Dia sepertinya marah gara-gara aku membentak guru eigonya yang bodoh itu.

“Guru mu memang bodoh ya Ryutaro” ucapku santai.

“Kalau dia bodoh Okaasan tak akan membiarkan dia mengajariku. Kau itu yang bodoh. Kau ini memang tak punya perasaan ya neechan” Dia tambah membentakku. Dan aku, aku sama sekali tak mendengarkannya.

Aku memasang headest yang harganya sama seperti tiket terbang ke NYC. Headset ini kudapatkan dari Otoosan saat dia liburan ke NYC. Aku senang sekali dengan headest ini. Aku tak ingin mendengarkan apa kata orang, makannya aku meminta headset dengan suara yang besarsehingga aku tidak bisa mendengarkan ocehan orang lain.

Aku menaiki tangga, lalu mengurung diri dikamar. Ku bersihkan make up yang sedari tadi menempel diwajahku.

“Riisa, Okaasan ingin bicara” Aku mendengar suara Okaasan dari luar kamar.

“Doozo. Mau bicara apa?”

“Kau ini, sopan sekali ya. Masa iya Okaasan akan bicara dari luar pintu? Kau ini keterlaluan Riisa” Nada bicara Okaasan mulai membentakku. Aku tau ini pasti terjadi. Satu penguhuni rumah ini juga tak ada yang menyukai sikapku. Hanya Otoosan saja yang masih bisa ku ajak kompromi. Yang lain. Jangan harap bisa.

“Ah. Aku lelah. Aku ingin tidur. Besok saja bicaranya” Aku memasang headset ku lagi. Kurebahkan diriku dan ku pejamkan mataku.

=====================================================================================

“Kau akan bawa mobil lagi?” Tanya Okaasan. Padaku saat aku membuka pintu mobil mewah berawarna merah ini.

“Un. Aku ingin ke mall sebentar” Ucapku datar.

“Kalau begitu ajak Ryutaro dan Shintaro. Mereka ingin membeli buku”

“Tidak mau. Suru saja mereka naik bus” Ucapku lalu ku tutup pintu mobil ini dan ku jalankan perlahan.

Aku melihat dari spion kalau Okaasan ngedumel, tapi aku sama sekali tidak tau apa yang dia katakan. Hidup itu harus dibawa enjoy. Lakukan apapun yang kau mau. Jangan biarkan orang lain menganggunya.

Aku melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi. Dan ku nyalakan type di dalam mobil dengan kencang. Ku putar lagu 2NE1 I’m the best.

Aku melaju semakin kencang. Sebenarnya aku belum boleh mengemudi, tapi karena aku malas untuk naik bus jadi ku biarkan saja. Lagi pula tak pernah ada pemerikasaan surat izin mengemudi.

“Kyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” Aku menginjak pedal rem dengan kencang. Lalu ku matikan type yang sedari tadi menyala kencang.

“Uhhhh” Aku melihat seorang anak perempuan terbaring bersimbah darah tepat didepan mobilku. Hal itu tentunya membuatku panik sejadi-jadinya.

Aku menggendong tubuh kecil gadis itu kedalam mobilku dan aku segera melaju kerumah sakit.

“Tolong dia segera” Perintahku pada suster yang sedang berjaga. Dengan cepat suster itu membawa gadis yang ku tabrak tadi.

“Nona, anda harus mengisi biodata disini” Aku mengambil kertas dan segera kuisi biodatanya. Dengan biodata palsu tentunya.

Aku terus-terusan berjalan tak tentu arah didepan kamar ICU dirumah sakit ini. Aku takut kalau terjadi hal yang buruk pada anak itu. Kalau sampai dia mati aku bisa masuk penjara.

“Dia perlu perawatan khusus. Tubuhnya tertabrak dengan keras dan kepalanya mengalami luka yang cukup parah” Ucap Dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU.

“a,souka. Baiklah. Arigatou. Bisa aku bertemu dengannya?” Tanyaku dan dokter itupun mengiyakan.

Aku melihat gadis itu tertidur pulas dengan impusan dan selang dihidungnya. Aku merasa malas meilhatnya. Kenapa hal ini harus terjadi padaku.

“Taiga-Niichan. Okaasan. Ittaiii” rengek gadis itu. Aku terkejut dia sudah setengah sadar.

“Anou, daijoubu ka?” Tanya ku bingung.

“Taiga Nii-chan” gadis itu bangun dan segera tidur kembali saat dia merasakan kepalanya yang sakit.

“Aku dimana?” Tanyanya panik

“Tenang. Kau aman bersama ku. tadi kau tertabrak. Sekarang kau harus istirahat ya” Ucapku menenangkannya.

“Ah? Tidak. Okaasan tidak akan punya uang untuk membayar biaya rumah sakit. Taiga Niichan pasti bersedih kalau aku sampai sakit. Aku ingin pulang saja kak” gadis kecil itu sekarang menangis. Aku menjadi panik melihatnya menangis.

Aku mencoba menenangkannya. Dan berhasil. Dia menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Aku menjelaskan semuanya pada dia. Dan aku juga menceritakan kalau dia tidak perlu khawatir masalah biaya atau apapun.

Dokter sudah mengizinkan dia untuk pulang hari ini, syukurlah aku jadi tidak harus menunggunya lama-lama disini. Sungguh aku benar-benar malas disini.

“Neechan. Disini rumahku. Neechan mau mampir?” Tanya gadis tu ketika mobil ku berhenti karena perintahnya.

“Ah. Baik. Tyapi hanya sebentar saja. Aku tak bisa lama-lama” Seruku berbohong.

“Tadaima. Okaasan. Taiga Nii-chan” Teriak gadis itu dari luar rumah. Walau kakinya masih terluka tapi gadis kecil itu masih saja memaksakan dirinya untuk berjalan.

“Eh? Hana-chan. Daijouibu ka?” Tanya seorang laki-laki mengampirinya. Aku mersa gerah ada didalam rumah ini. Panas dan sangat sempit.

“Hana-chan” Tiba-tiba seorang ibu datang menghampiri gadis itu. Dan langsung memeluknya. Seketika tangis pun pecah.

“Anou. Ini ada uang untuk kalian. gomen aku harus pulang sekarang. Sumimasen” Aku meletakkan beberapa ribu yen dimeja kecil yang ada disana.

Aku meninggalkan rumah tersebut. Tapi betapa terkejutnya aku saat mendapati Okaasan, Ryutaro dan Shintaro didepan rumah ini.

“Okaasan?” Aku terkejut melihatnya.

“Ne. kau menabrak anak itu kan? Dan dokter menyuruhmu untuk merawatnya kan? Dan kau menyanggupinya bukan?” Tanya Okaasan bertubi-tubi menghujatku.

“Ah. Ya. Lalu?” Tanya ku.

“Kau harus merawatnya dong. Mana tanggung jawabmu?”

“Eh? Malas sekali. Masa iya aku harus merawatnya. Huh menyebalkan.

“Ah. Sumimasen. Tak perlu. Arigatou. Lagi pula gadis manja seperti dia tak akan bisa mengurus adikku” Laki-laki itu menghampiriku dan mengejekku. Rasanya tangan ini menjadi gatal itngin segera meninjunya.

“Eh? Aku bisa tau” Balasku kesal.

“yakin? Kalau gitu buktikan” Ucapnya lagi.

Ahh, sial. Aku merasa kalau aku telah dijebak olehnya dan juga oleh Okaasan. Ini benat-benar memalukan. Mau ditaruh dimana muakku kalau sampai ada teman-teman sekolahku yang tau aku tinggal ditempat seperti ini.

“Okaasan akan menyuruh pak supir untuk mengantarkan beberapa pakaian mu. Kau tunggu saja disini” Ucap Okaasan dan pergi meninggalkan aku sendiri.

Ahhhhh. Benar-benar menyebalkan. “Kau” Aku menatap laki-laki yang tingginya tak jauh berbeda denganku ini, rambutnya panjang. Matanya sipit.

“Ne? Nande? Oiya. Cuci piring sana” Perintahnya padaku. Dia kira aku ini pembantunya apa? seenaknya saja menyuruh ku. tidak tau apa aku itu siapa.

“Kenapa? cepat sana. Cucian piringku sudah menumpuk. Karena Hana tak bisa bekerja jadi kau yang mengerjakannya ya” Perintahnya lagi.

Kali ini aku sedah benat-benar kesal padanya. Bodohnya aku telah menyetujui pernyataan yang dibuat tadi. Ahhh baaakkkaaa.

Aku berdiri di depan kitchen set yang sangat-sangat sederhana ini. Lalu ku satukan semua piring-piring yang ada. Lalu kunyalakan kran dan aku mulai mencuci piring-piring tersebut. Benar-benar aku tidak bisa mencucinya. Aku belum pernah mencuci piring sebelumnya.

“Bodoh. Kau ini memang gadis manja ya. Sampai kapan kau akan bergantung pada kekayaan orang tua mu hah?” Bentak Lelaki itu.

“hey. Kau itu siapa? Kalau begitu kau saja yang mencuci. Aku kan tak bisa” ucapku kesal.

“Kyomoto Taiga desu. Justru karena kau tak bisa aku memaksamu untuk bisa” Balasnya satai. Taiga namanya. Huh menyebalkan sekali.

“Sudah ku bilang aku tak bisa. Lagi pula aku jijik” Aku mengelap tanganku, dan enggan menyentuh piring-piring kotor itu.

Taiga memposisikan dirinya disampingku. “Ambil dulu satu piring. Lalu bersihkan sampahnya. Setelah itu basuh dengan sabun dan bilas. Hmmm, wanita payah” Ucapnya.

Aku memanyunkan bibirku. Tanda kalau aku kesal. Perlahan namun pasti aku membersihkan piring-piring yang menurutku banyak ini.

Prrraaayyyy “Ahhh. Itttaaaaiii” Teriakku, sebuah piring jatuh dan pecahannya mengenai tanganku. Salahnya lagi aku tak menggunakan sarung tangan plastik. Ku lihat darah ku mengalir, membasahi tanganku yang sebelumnya tak pernah terluka karena piring pecah. Lagi-lagi menyebalkan sekali.

“Ah. Kau ini. Baru beberapa saat dirumahku kau sudah memecahkan piring. Selanjutnya apa?” Bukannya menolongku Taiga malah membersihkan pecahan beling yang berserakan dilantai.

“Hei. Tanganku sakit tau” Ucapku kesal.

“ah, souka. Sakit ya? Mana ku lihat” Dia meraih tanganku dan membersihkannya dengan air. “Nanti juga sembuh sendiri”

“Eh? Kau tak punya antiseptik? Sakit tau. Nanti kalau infeksi bagaimana?” Aku kesal dan masih menggenggam tanganku yang terluka.

“Ah, bawel. Sini" Taiga menarik lenganku dan menghisap darahku lalu membuangnya.

“Bereskan. Aku jamin nanti juga sembuh. Kau ini manja sekali sih”

Aku terdiam. Dia melanjutkan membereskan pecahan piring yang masih berserakkan. Apakah bear aku semanja itu. Tapi aku memang seperti ini. Uh. Lagi lagi menyebalkan. Lagi-lagi menyebalkan.

=====================================================================================

Tell me the mean of life

I want learn more , more and more

Bruuukkkk, aku terbangun dari tidurku. Melihat samar Taiga dengan seragam sekolahnya sudah siap untuk pergi sekolah. Semalam aku tidak bisa tidur. Karena tak terbiasa dengan kasur yang uhhh, sungguh tidak nyaman bagiku, terlebih disini tidak ada pendingin ruangan jadi suhunya berasa benar-benar panas.

“Bangun. Kau tak mau kesekolah hah?” tanyanya

Aku meloncat dari dalam kasur futon yang harusnya digunakan oleh Taiga ini. Lalu segera ku ambil tas berisi pakaian yang dilemparkan Taiga kearahku tadi.

“Keluar. Aku ingin ganti baju” Seru ku padanya.

Beberapa menit kemudian aku selesai mengganti seragamku. Dan segera menuju meja makan.

“Onaka ga suita ne” Rengekku pada Taiga yang berada didepan pintu kamar.

“Onaji de” Balasnya. Lalu berjalan mendahuluiku.

“Kita tidak sarapan?” Tanya ku pada tiga yang segera saja lurus dan pergi.

“Tunggu sampai aku pulang sekolah nanti” Ucap taiga santai.

Apa-apaan ini maksudnya? Aku benar-benar dibuat sensara sepertinya. Sampai-sampai makan saja harus ditahan. Kalau dirumah aku tidak harus seperti ini. Saat lapa aku akan segera makan.

=====================================================================================

“Sekolahmu pulangnya lama ya” Aku baru saja keluar dari gerbang sekolahku, dank u lihat Taiga sudah ada didepan gerbang, menjemputku.

“Bantu aku mendapatkan makana hari ini. Kau harus mencari pekerjaan juga” Ucap Taiga lalu dia menggandeng tanganku dan membawaku menjauh dari sekolahku yang terkesan lux itu.

“Eh? Untuk makan saja harus bekerja?” Tanyaku bingung.

“Memangnya Otoosanmu dapat uang dari mana? Bekerja kan?” Tanyanya. Iya, benar juga. Kalau Otoosan tak bekerja mungkin aku tidak bisa makan ya.

Taiga measih mengandengan lenganku, dan menuntunku pada sebuah café kecil yang letaknya tak jauh dari sebuah sekolah negri tepat dibelakang sekolahku.

“Kau bisa bekerja part time disini” Ucapny lalu melempar sebuah baju maid untuk ku kenakan. Aku pun mengganti bajuku dengan baju maid itu.

“berantakan” Sabungnya lagi. Mungkin dia mengomentari tata rambutku yang tak perah rapi. Aku memang tak suak dengan rambut yang rapi. Aku lebih suka acak-acakan karena terkesan keren menurutku.

Taiga mengambil sebuah sisir dari dalam tasku, sepertinya dia sudah apal yang biasa ku bawa dalam tasku. Dia menyuruhku duduk disebuah bangku kecil didapur. Dan dia membenarkan tatana rambutku.

Aku melihat kecermin, rapi. Benar-benar rapi. Tangan Taiga sangat trampil. Dan aku juga suka melihatnya menggunakan baju pelajan cowo. Dia terlihat tampan, meskipun ku akui Taiga terlihat tampan saat kapanpun. Tapi aku lebih suka ekspresinya saat dia menghisap darahku itu. Rasanya manis sekali kalau aku bisa berpacaran dengan orang seperti itu.

“Kita pulang jan 10 malam. Persiapkan fisikmu dari sekarang. Oiya. Ini makan. Kau belum makan kan?” Taiga memberiku sebuah roti yang cukup besar dan sekotak susu, sepertinya ini bagian dari café ini untuk para pelayannya.

“Kau tak makan punya mu?” Tanyaku pada Taiga yang menatapku makan. Aku sedang menyantap dengan lahap roti pemberiannya.

Taiga menggeleng “Ini untuk Hana-chan saja” ucapnya. Dadaku seketika menjadi sesak, bisa saja Taiga mengingat adiknya walau sebenarnya dia juga merasakan lapar. Tapi dia lebih mementingkan adiknya kebanding dirinya. Aku jadi merasa seperti orang yang benar-benar jahat.

“Ah, ini untukmu” Aku memberikan setengah roti milikku untuknya. Berharap dia mau memakannya.

“TIdak usah. Kau saja yang makan. Aku tak lapar” ucapnya. Aku tau dia berbohong. Mustahil dia belum makan apapun dari pagi. Dan aku tau Taiga tidak punya banyak uang untuk membeli makanan.

“Tapi… Justru aku tak akan makan kalau kau tak makan”

Taiga merampas semua roti yang ada ditanganku dengan cepat. “Buka mulutmu” lalu dia menyodorkan seporong roti kecil kedalam mulutku. Taiga menyuapiku.

“Kau tak makan? Kau ikut makan juga Taiga-kun” Seruku dengan mulut yang penuh roti. Lalu dia juga menyuapkan roti itu kedalam mulutnya.

Untunglah. Aku tidak akan bisa menelan roti ini kalau Taiga juga tak ikut makan. Aku benar-benar merasa kalau aku selama ini menjadi orang jahat.

=====================================================================================

Aku melihat Okaasan dan Hana tidur bersebelahan.Taiga jalan perlahan tak ingin membangunkan mereka.

“Mereka tidak makan? Padahal kita sudah bawa makanan kan?” Tanya Ku pada Taiga. Dengan cepat Taiga menutup mulutku.

“Itu sudah biasa, jangan dibangunkan. Besok pagi saja” Ucapnya sambil berbisik ditelingaku.

Aku masuk kedalam kamar yang, hmmm, lagi-lagi menyesakkan. Aku benci tempat ini, benar-benar pengap dan sumpek. Aku ingin dengan segera Hana sembuh dan aku bisa kembali kekehidupanku.

Buuuukkkkk

Taiga melempar beberapa pakaian kearahku. “Setrikalah” aku ersontak sambil memegang beberapa potong baju ini. Ini sudah sangat malam, tapi aku masih dipaksa untuk menyetrika baju itu.

“Tidak bisa besok pagi ya?” Tanya ku kesal.

Taiga menggeleng dan meninggalkan ku sendiri. Aku tak mengerti menggunakan setrikaan. Lagi pula aku sudah benar-benar mengantuk.

Kyyyaaaaa.”Taiga-kun, tolongggg” Teriakku nyaris saja membangunkan semua orang yang ada dirumah kecil ini.

“Doushita?” Terikanya “Nani? Kau bakar seragamku?” Dia mengambil seragamnya yang bolong karena setrikaan. Saat menyetrika aku mengantuk sampai tak sadar aku membiarkan setrika yang masih menyala diatas seragam Taiga.

“Gomen na” Akhirnya aku mengeluarkan kata-kata maaf padanya. Taiga mengambil seragamnya. Lalu dia meninggalkan ku tanpa sepatah katapun. Lagi, dan lagi-lagi aku merasa kalau aku benar-benar menjadi orang jahat. Seharusnya aku tau tidak mudah bagi Taiga untuk mendapatkan seraga baru.

=====================================================================================

“Hayaku. Nanti kau terlambat” Ucap Taiga yang sedang menunggu ku memasang sepatu.

“Un. Chotto. Taiga, maaf soal seragam mu” ucapku dengan rasa bersalah.

“Sudahlah. Kau meminta maaf berapa kali pun seragamku tidak akan kembali seperti semula”

Taiga berjalan didepanku. Wajahnya benar-benar merasa kesal. Aku tau aku salah, tapi aku sama sekali tidak mau berbuat seperti itu, lagi pula aku kan belum terbiasa melakukan pekerjaan seperti itu.

Sepulang sekolah aku bekerja lagi di café yang kemarin, walau berat tapi ini harus kujalani, syukur-syukur aku bisa membantu Taiga dan membuatnya tidak marah lagi padaku.

“Hachuu” Aku menutup mulutku dengan sapu tangan yang tak pernah jauh dariku.

“Kau bersin? Samui?” Tanyanya dengan nada yang benar-benar tulus dan penuh perhatian.

Aku terdiam, merasa heran, kenapa bisa ada orang seperti dia, aku jahat padanya. Aku kasar dan juga manja. Tapi Taiga, dia bisa memperhatikan orang yang ada disekelilingnya walau sebenranya dia tidak suka dengan orang itu. Dia bagai malaikat.

“Kepalaku pusing” Ucapku singkat dan kembali mengelap meja, sekarang sudah saatnya tutup, semua pekerja mulai membereskan café ini.

“Taiga-kun, aku boleh Tanya?” Ucapku saat aku berjalan disisinya, dan dia hanya menangguk. “Kenapa kau bisa sebaik itu denganku? Padahal kau kan tau, kalau aku itu sebenarnya jahat padamu?”

“Dalam hidup kita itu selalu membutuhkan sesama, bersikap baik itu penting, walau kita memiliki segalanya tapi suatu saat kita juga pasti membutuhkan bantuan orang lain” Ucapnya, lalu dia menoleh kearahku dan tersenyum.

Hmmm, benar juga apa yang dibilang Taiga. Sekaya apapun kita, kita pasti membutuhkan orang lain dalam hidup kita.

“Dan aku membenci orang yang sombong” Tambahnya.

“Eh? Berarti kau membenciku? Aku kan sombong katamu” Ucapku kesal.

“Ya. Pada awalnya. Tapi sekarang tidak. sepertinya kau mulai mengerti arti kehidupan. Tdan sekarang juga aku… mulai menyukaimu. Eh. Tapi perbedaan status kita sangat jauh ya”

“Eh? Suki?”

“Ah. Ah Lupakan”

=====================================================================================

Let me love you

Aku menatap Hana dan Okaasan. Yang sudah 2 minggu terakhir aku bersamanya. Hari ini aku harus kembali kerumah besarku. Hana juga sudah benar-benar sembuh dari sakitnya.

“Aku pulang ya. Hana-chan jangan nakal ya” Ucapku sambil memeluk tubuh Hana yang kecil itu.

Aku juga tak lupa berpamitan dengan Ibunya Taiga. Taiga sendiri hanya menatapku dengan tenang, sama sekali tak ada rasa berat untuk melepaskanku. Hmm, menyebalkan ah. Aku kira akan seperti ada dicerita kalau Taiga akan melakukan suatu hal yang membuatku berat untuk meninggalkannya atau Taiga akan menyatakan cintanya padaku?

“Ah, Taiga Doomo arigatou gozaimasu. Sebenarnya aku disini hanya untuk menjaga Hana-chan, tapi kau membuatku betah berada disini. Terimakasih atas semua pelajaran yang kau berikan” Ucapku didepannya.

Taiga memeluk tubuhku, dan akupun membalasnya. “Jangan jadi anak manja lagi ya. Aku tak suka. Jadilah gadis yang mandiri, dan aku percaya kau bisa” bisiknya.

Hmmm, aku akan mengikuti kata-katanya, aku akan menjadi gadis yang mandiri dan baik untukmu.

Aku masuk kedalam mobil jemputan, Okaasan dan Ryutaro sudah ada didalam sana. Ku lihat Taiga tersenyum sembari melambaikan tangannya kearahku, begitu juga dengan Hana. Senang rasanya bisa mengenal mereka dan belajar banyak dari mereka.

“Etto, Okaasan, aku boleh jatuh cinta nga?” Tanya ku pada Okaasan yang duduk disebelahku saat itu.

“Hmm, pada Taiga ya? Boleh saja” ucap Okaasan sambil mengelus lembut rambutku.

“Eh? Ah chigau. Tapi aku masih belum yakin” Ucapku bingung.

“Tunggu sampai saat yang tepat. Kau ini sudah dewasa kok. Jatuh cinta itu indah, dan sepertinya sejarah masa lalu akan terulang, dulu sebelum Otoosan mu menjadi sekaya ini, Otoosanmu hanyalah seorang buruh pabrik, tapi berkat usaha dan kerja kerasnya dia bisa menjadi seperti sekarang ini”

Ya, aku tau. Semua ini butuh proses, Kekayaan itu sama sekali tidak ada artinya kalau kita menyakiti sesama. Walau miskin kalau bisa berbagi itu akan indah sekali. Aku ingin selalu ada didekatnya, didekat Taiga, seseorang yang telah mengajariku indahnya berbagi, indahnya memberi, aku berjanji aku akan menjadi gadis yang baik, dan suatu saat aku akan menyatakan perasaan suka ku pada Taiga.

============END===================

Nyeh jadi. Comment are love.

Ini FF dibikin cuma beberapa jam, jadi mohon kritik dan sarannya.

4 komentar:

  1. Kyyyaaaa kalau ada orang seperti Taiga bersikap seperti itu. aku mau jadi istrinya. u.u eren banget taiga disini..u.u
    Fanfictnya bagus. buat lagi >.<
    potonya juga bagus.kamu dapet dari mana fotonya? aku mau.

    BalasHapus
  2. kyyaaaa XD Mau taiga'a dong XD *plak
    mamaaa ceritanyaa makin bagus deh ~ suki desu!
    buat lagiii !

    BalasHapus
  3. kaaaaak, kereeeeen!! :3
    buat lagi, buat lagi, buat lagi XD
    oiya dibagian agak ke akhir itu aku ngerasa alurnya cukup singkat, coba lebih di paparin deh kak jadi kita bisa tau keadaan di dalam cerita dengan jelas jadi kesannya bener bener masuk kedalam ceritanya hehe, tapi udah keren kok kaaak
    lanjut yaaa :DD

    BalasHapus
  4. The end ? Sekuel dong, gimana kisah Risa-Taiga ?

    BalasHapus

Thanks For Leave A Coment