Title : Watashi no Yume
Genre : nga tau T.T
Cast : Nakayama Yuma (NYC), Atashi, Uci Pradipta, Dinchan tegoshi,
WATASHI NO YUME
“Lisa-Nii belajar melulu sih. Ayo ero lagi. Kangen tau” Aku membuha ponselku yang berdering cukup keras. Belakangan ini aku memang fokus untuk belajar. Jadi jarang sekali aku berkomunikasi dengan semua teman yang ada.
“Gomen, demo aku harus masih apalin beberapa kata dasar bahasa Jepang ci” Aku mulai mengetik, membalas sms dari Uci, kita sama-sama fandom.
“Un. Iya deh yang dapet beasiswa. Jangan lupa kalo balik kesini oleh-oleh.hahaha” Uci membalas sms ku lagi. Namun aku tidak memablasnya, mataku masih tertuju pada kata-kata dasar ini.
Aku kuliah di Universitas Negri di Indonesia, seseorang mengubah hidup ku, dulu dia pernah bilang “Kalau kita berfikir bisa, kita bisa” Kata-kata itu masih jelas terukur dibenakku. Walau waktu telah berganti dari tahun ketahun. Mungkin karena dia juga begitu spesial bagiku. Sehingga membuatku berfikir mungkin tidak aka nada lagi lelaki yang bisa ku suka. Namun semua berubah begitu aku menjadi sorang Fansgirl.
#Bandara Soekarno Hatta#
“Jaga diri baik-baik. Jangan lupa belajar yang bener” Mama memeluk ku erat, pelukannya seakan bahagia, melihat putrid pertamanya berangkat menegjari cita-citanya.
“Iya ma, Bal, jaga mama baik-baik ya” Seruku singkat sembari menepuk pundak adik laki-laki ku.
Tak lama, aku mendengar sebuah panggilan, aku mengecek nomer pesawatku. Yay, it’s time to go.
Perlahan aku melambaikan tangan pada semua keluarga ku yang mengantar. Demi sebuah senyum yang indah.
#
Aku duduk di bangku pesawat, nomer 13. Ku fikir nomer sial. Hahah, habis selalu banyak orang yang beranggapan bahwa 13 nomer sial. Tapi ya aku tidak perduli. Yang penting aku sampai selamat ditempat tujuan.
Sehari aku menginap di singapura. Negara tetangga. Pukul tujuh nanti, penerbangan akan berlanjut.
Mata ku terbelalak, aku sedikit mengusap mataku. Ada rasa sedikit tidak yakin
WELCOME TO NARITA AIRPORT
“Sugoooii” Lirih ku pelan.
“Lisa san. Lisa san” Sensei Eka menyambutku. Beliau sensei di universitas ku, sayang dia hanya menemani ku satu hari.
“Lisa san, semuanya sudah disiapkan, kau punya satu apartemen kecil” Sensei membatu mengangkat barang-barangku.
“Arigatou sensei” Aku mengangkat barang-barangku juga. Aku disini menyelesaikan S2. Sastra Jepang.
“Waaahhh, besarnya” Aku bergeming dalam hati. Saat sampai disemuah apart dekat Osaka.
“Sensei, bagaimana bisa online?” Pikiranku langsung tertuju pada setingan internet.
“Ini, pakai” Sensei memberiku sebuah modem internet.
“Seterusnya kau isi sendiri, anggap saja itu hadiah dari sensei” Aku menerimanya dengan lapang dada.
“Sensei harus pulang pukul 3 nanti” Sensei mengambil sebuah buku kecil dari sakunya.
“Untukmu” Diberikannya buku itu
“Eh? Sensei member buku ini? Apa maksudnya?” Aku terheran melihat buku dengan kanji dan berjudul ‘Cara Meluluhkan Hati Seorang Lelaki’
“Sekalian, siapa tahu jodoh mu ada disini” Sensei tertawa.
“Etto Sensei, bukannya jam 3 itu satu jam lagi ya?” Aku melihat ponselku yang sudah kuseting dengan jam Jepang.
“Eh? Hontoo ni?” Sensei sedikit panik. Sia langsung bergegas.
“Jaga dirimu baik-baik ya. Sensei akan kirim email untukmu” Sensei memberhantikan taksi yang lalu lalang didpan kami.
Aku melambaikan tangan dari kejauhan. Sampai taksi yang sensei naiki menghilang dipandanganku.
Aku menghembuskan nafas panjang. “Berbeda dengan Indonesia” Perlahan aku menaiki tangga. Apartemen sewaanku ada di lantai tiga.
“Hosh. Wakatta” Aku membuka, cukup besar untuk seorang gadis kecim seperti diriku.
Aku merapihkan semua barang bawaanku, semuanya, aku membawa banyak sabun dan shampoo, karena pikirku harga disini akan dua kali lipat. Hitung-hitung menghemat.
Krrryyuuukkk~ Aku mendengar suara perutku. “Lapar” gunggamku sambil memegang perutku.
Aku memutuskan untuk mencari supermarket disekitar sini. Aku berharap menemukan sesuatu yang murah.
“Astaga mahal” aku berteriak, inilah sikapku burukku berisik. Aku mengambil sepotong onigiri. Mungki jika dirupiah kan, akan seharga 12.000 harga yang sangat mahal untuk sepotong nasi dengan isi T.T
Akhirnya aku membeli sepotong dan beberpa minuman kaleng. Aku berjalan meuju apartemenku lagi.
“Astaga Etto, Etto” Aku tergagap, melihat seseorang yang berjalan dari kejauhan.
Otakku bekerja, memikirkan sesuatu. Aku berjalan mendekati pria itu, lalu
Braaaakkk. Aku pura-pura menabraknya.
“Maaf,maaf,maaf. Eh Yamapiii lupa, eh. Lupa, maaf lupa. Eh Sory” Ucapku latah.
Ku lihat raut pria itu bingung, namun ada segaris senyum diwajahnya.
“Sory, I’m Lisa. What your name?” Seruku berbahasa Inggris.
“Hmm, Nakayama Yuma” Lelaki itu sedikit terbata.
“Kyaaaaa. Ini benar Nakayama Yuma, artis yang udah dari dulu akuu suki. Yumaaa ohhh” Rasanya seperti ada hanabi didalam hatiku.
“Eh, Sory. I’m from Indonesia. Nice too meet you” Ucapku manis.
“Me too” Seru Yuma, lalu tersenyum lagi. Aku melaksanakan aksi ku, aku meneraktirnya makan disebuah restoran kecil dekat rumah. Cukup mahal, namun inilah pengorbanan.
“Aku menjadi tidak enak denganmu, padahal aku yang salah” Yuma mulai bersuara, tentunya dalam bahasa Jepang.
“Daijobu” Ucapku manis.
“Kau tinggal dimana?” tanyanya
“Dekat sini. Ini alamatku” Aku meberinya kartu nama ku, ku tulis alamat ku dibelakangnya.
“Hmm, kau benar-benar tidak tahu siapa aku?” Tanya Yuma penasaran
“Tidak” Jawabku tegas. Tuhan, aku terpaksa membohongi dia, maaf.maaf.maaf kalau aku bilang ‘iya’ pasti dia tidak mau dekat dengan ku.
“Ah, Yokatta” Seru Yuma sambil menyatap hidangannya
“Kau tinggal dimana?” Tanya ku lalu meneguk the Jepang yang rasanya aneh.
“Dekat dengan apartemenmu, hanya beda blok. Kapan-kapan aku akan main ke aparten mu. Boleh?” Tanyanya.
Astaga. Kini hanabi didalam hatiku semakin meletup-letup. Rasanya indah sekali.
Aku mengagguk dengan pasti.
Bipp. Bippp. Aku melihat ponselku
“Ini Uci, sudah di Jepang?” Ternyata sebuah sms dari Uci. Aku tidak akan lama menggunakan ponsel ini.
“Hubungi aku ke lisa.wulan@ymail.com” Aku mengirim kesemua kontak yang ada di ponselku. Entah berapa banyak pulsa yang ku pakai. Aku akan terus mengunakan ponsel format Jepang, bukan dengan format Indonesia lagi.
“Siapa? Pacarmu?” Tanya Yuma memperhatikan ekspresiku
“Hahahaha”. Aku tertawa, membuat semua pengunjung memperhatikan ku. “Mana ada yang mau dengan ku? aku ini tidak pernah kenal make up, aku juga makannya banyak” Seruku polos, bukan maksudku menjatuhkan diriku, tapi yang ku tahu karakter wanitanya Yuma memang begitu. “Terlebih lagi aku memiliki hoby memancing. Hahaha. Aneh bukan?”
Yuma terdiam, mulutnya sedikit mengangga
“Kakkoiiiiii” Seru hatiku yang menggila.
“Sugooiiiiii” Seru Yuma sambil tersenyum lebar.
“Eh? Nande?” Tanyaku pura-pura tidak tahu
Yuma menggeleng. Lalu kami melanjutkan makan. Sepanjang perjalanan pulang, Yuma terus bertanya tentang memancing, ku rasa dia memang sangat suka dengan memancing. Aku jadi teringat, aku pernah membaca majalah, dimana isinya kalau dia suka sekali memancing. Aku terus menjawab sebisaku. Ku ceritakan keindahan Indonesia. Yuma kau masuk dalam perangkapku.
“Aku disini. Hati-hati. Jyaa mata” Aku masuk kedalam, masih menenteng belanjaan yang tadi kubeli.
Entah mungkin aku adalah orang yang paling jahat, membohongi diri sendiri demi kesenangan ku.
***
OMG. I meet Yuma. Sugooiii
Aku mulai mengetik, menulis judul untuk artikel kali ini. Aku memang suka blog, karena blog bisa menjadi wadah ku untuk mengekspresikan diriku.
Jari-jari tanganku bersentuhan dengan keyboard di tubuh Ryuma, sebuah laptop pemberian ayah.
Ya, aku meuliskan semunya. Aku mengecek email ku, ternyata sudah banyak sekali yang mengirim email.
From : Dinchan
To : lisa wulan
Subject : -
Bagaimana disana? Seru?
Selanjutnya email dari Ucii
Isinya hanya bertanya, sama seperti email dari bunda, mereka anak Fandom,
Aku membalas semua email itu satu persatu, lalu menceritakan apa yang baru saja ku alami.
Aku melihat secercah cahaya cinta dimata Yuma, aku tidak berfikir terlalu jauh, aku juga tidak yakin dia bisa suka padaku, perbedaan status yang membuat kita bagai lagit dan bumi.
Ohayou.Ohayou.Ohayou.Ohayooooooooooooooooooooooooooooo
Aku mematikan alarm berbentuk one pice pemberian Bee itu. Ku tekan kepalanya, lalu berhenti sudah bising ini.
“Harus bergegas” Seru ku dalam hati.
Aku menuruni tangga denga kekuatan ekspres, mencoba tidak telat dihari pertama.
“Ohayou gozaimasu” Yuma menghamiri ku. Astaga Tuhan, ku mohon kuatkan imanku.
“Ohayou, gomen, aku harus cepat pergi. Aku harus kekampus” Aku berlari sambil membawa setumpuk buku yang akan kupelajari.
“Wakatta” Seru ku. ketika ku menemukan stasiun krl. Di Jepang banyak sekali kRLnya, aman dan tertib pula, tidak sepeti di Indonesia hahaha.
Aku tersentak, ketika sampai di Universitas, tidak ada satu orangpun yang ku kenal. Tidak ada ospek juga. Menyebalkan.
“Risa Uran desu ka??” Seseorang mahasiswa menghampiriku. Dengan enak mengganti namaku menjadi Uran (Urang dibacanya)
Aku menagguk, mahasiswa itu cukup tampan, tapi tentu lebih tampan Yuma. Hahaha. Dia mengantarkan ku kesebuah kelas, ya, ini dia ruang kelasku. Besar dan megah.
“Where do you come from?” Tanya mahasiswa itu.
“Indonesia” Jawabku.
“Pintar sekali” Aku tersentak mendengar mahasiswa itu berbicara bahasa Indonesia.
“Loh? Kakak?”
“Iya, aku juga, anata wa no senpai” Mahasiswa itu tersenyum.
“Aku juga melanjutkan S2. Aku akan pulang satu tahun sebelummu”
Aku mengagguk,. Mengikuti langkah mahasiswa itu.
“Siapa namamu?” Tanyaku singkat.
“Kau tak tahu siapa aku?” Mahasiswa itu malah balik bertanya.”Sudahlah tidak penting juga” Mahasiswa itu berlari kecil, meniggalkan aku sendiri diruang kelas yang besarnya seperti sebuah mesjid megah di Jakarta.
Entah apa yang ada dipikranku. Aku memikirkan Yuma, dulu sebelum bertemu dengannya aku juga sering memikirkan Yuma, namun rasanya pikiran ini beda, aku rasa aku menyukainya bukan sebagai seorang fans terhadap idolanya, tapi sebagai seorang Lisa kepada Yuma.
From : Nakachan
To : lisa wulan
Subject : boleh?
Lisa san ne? aku akan main ke apartemenmu hari ini boleh, mungkin jam 7 malam.
Otak dan tangan ini bergerak sesukanya. Mengetik balasan lalu mengirimnya aku mengiyakan rencananya.
Malam Hari
Aku yang baru saja melakukan kewajibanku sebagai seorang muslim beranjak dari sejadah. Lalu membuka pintu, aku tahu, pasti Yuma.
“Eh? Kau pakai apa?” Tanya Yuma yang terkaget dengan mukenah ku.
“Ini, pakaian untuk beribadah” Sepertinya ucapanku membuat Yuma semakin bingung.
“Mau minum apa?” Tanyaku sembari menuju dapur kecil.
“Apa saja. Apartemenmu rapih dan bersih”
“Ahh, biasa saja, perempuan memang harus begini bukan?” Aku membuatkan the manis, minuman khas Indonesia. Lalu membawanya ke ruang tengah.
“Apa ini? Ocha yang manis?” Tanya Yuma bingung
“Karena kau minum sambil memandangiku. Hahahaha” Aku mencoba melawak, aku tahu Yuma suka pada lawakan.
Akhirnya kami berdua tertawa bersama saat itu.
“Eh, Lisa san, aku punya hutang traktiran dengan mu ne?” Yuma meneguk habis The manis buatan ku itu.
“Nani? Tidak ada ko” Aku mencoba menutupi. “Hari ini aku berbelanja, aku akan masak, kau boleh ikut makan jika kau mau” Aku beranjak dari tempat duduk, lalu menuju dapur dan mulai beraksi.
Ku lihat, Yuma perlahan menghampiri, lalu duduk di meja makan, memeperhatikan ku sambil tersenyum.
“Kau masak apa?” Tanya Yuma sesekali.
“Apa saja boleh, tunggu saja” Jawabku singkat.
“Harum” desisnya sambil menghirup aroma masakanku.
“Tadddaaaa” Aku menyajikan sepiring nasi goring dimeja makan, Yuma menyiapkan piring dan sumpit.
“Itadakimasu” Kami berdua makan behadapan.
“Sebenarnya ini apa? Susah sekali” Yuma kesulitan mengambil nasi gorengnya. Ku pikir aku bodoh, nasi goring itu memang susah kalau harus makan pakai sumpit, aku juga tidak memperingtakan dia. Aku memberinya sendok.
“Oishiiii” Yuma berteriak. Membuatku kaget.
“Ini apa?” Tanyanya lagi. Masih penasaran
“Nasi Goreng” Ucapku “Oishi desu ka?”
Yuma mengangguk, lalu kembali menyantap makanannya. Aku tersenyum malu melihat wajahnya yang lucu saat makan, Tuhan ku mohon semoga aku tidak semakin jauh terjebak dikeadaan ini.
“Oishiii. Ahhh kenyang” Ucapnya sembari mengelus perutnya.
“Aku sengaja tidak makan, agar aku bisa meneraktirmu, tapi malah kau yang meneraktirku, 2 kali. Jadi aku harus menggantinya nanti. Dan kau tidak boleh menolaknya”
Aku tersenyum dan mengagguk, mengiyakan permintaannya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks For Leave A Coment