Bippp.Bipp. Keisha membuka matanya perlahan. Melihat handphonenya yang berbunyi.
“Moshi.moshi” Keisha masih setengah sadar.
“Keisha chan, Kento Nakajima desu. Kau adalah tanggung jawabku. Ingat itu” TIba-tiba suara telepon terputus, Keisha tersentak. Membuka matanya lebar-lebar, lalu Keisah memperhatikan nomer yang baru saja meneleponnya.
“Ahh. Tahun nomerku dari mana dia?” Keisha menggebarak meja belajarnya. “Sepenting apa sih aku dimatanya? Dia kan hanya ketua kelas saja. Masa harus sampai seperti itu” Keisha mengambil komik yang baru dia beli. Membacanya satu persatu dikasur. Tanpa sadar dia tertidur lagi.
“Ohayou Gozaimasu” Kento member ojigi pada Keisha, Keisha masih datar, tidak memperdulikannya. Keisha berjalan, namun Kento tidak patah semangat.
“Kau simapan nomer teleponku ya” Kento berjalan disisi Keisha.
Keisha masih saja tak bergeming sedikitpun, pandangan matanya masih lurus menatap kedepan, bibirnya mengatup rapat.
“Kau mendengarku?” Kento mencoba berbicara lagi. “Bagaimana bisa seorang sepertimu menolak didekati oleh ku. Aku kan ketua Osis, lalu Ketua club Basket, Ketua kelas” Kento menyebutkan semua kehebatannya.
“Bagiku kau tidak ada apa-apanya” Keisha mulai berbicara. Namun pandangan dan langkahnya masih saja datar.
“Eh? Lihat saja nanti. Kamu ini ya!” Kento berlari menuju kelas. Keisha masih tetap tidak memperdulikannya.
Apanya yang lihat saja? Sekolah ataupun rumah sama saja. MEMBOSANKAN. Disini sama sekali tidak ada yang menarik! Apaan, Otoosama selau bilang kalau Jepang itu menarik. Tapi menarik apanya? Lebih baik aku tinggal dengan Mom di Inggris. Miss You Mom.
“Nga perduli. Lagi pula siapa dia?” Keisah menuangkan air panas kedalam mangkuk mie instan.
“Dia Niichan mu. Sekarang kau sudah punya Okaasama dan Niichan” Otoosama membentak pada Keisha.
“Hah? Tidak. Sudahlah. Aku malas membicarakan hal ini” Keisha meninggalkan Otoosama menuju kamarnya. SIfat Keisha memeng seperti itu.
***
“Sebenarnya Mom kemana sih?” Kini Keisha kecil sudah beranjak dewasa, umurnya sudah 13 tahun.
“Saatnya kau tahu, Otoosama dan Mom sudah bercerai semenjak kita pindak ke Jepang. Gomen” Otoosama memeluk Keisha dipesta ulang tahunnya yang ke-13.
“Bercerai?” Keisha menagis didepan cake ulang tahun 3 susun itu. Kini hidupnya sudah tidak berarti tanpa Mom.
Dihari ulangtahunya Keisah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Otoosama sering bilang kalau Jepang itu menarik, ya. Keisha mengakui kalau Jepang itu menarik, namun setelah dia mengetahui yang sebenarnya, semuanya menjadi kelabu. Selama 7 tahun memang Mom tidak pernah mengunjungi Keisha sekalipun, namun Keisah kecil tidak tahu apa-apa. Kini Keisha yang dulu ceria berubah menjadi sosok yang kelam.
***
Siang ini disekolah ada pelajaran berenang, siswa kelas 2-D mengganti pakaiannya. Kecuali Keisha.
“Aku tidak enak badan” Keisha menghampiri Sensei Yamada. Lalu berlalu. Sensei sudah tahu sikap Keisha yang tidak memperdulikan siapapun. Jadi sensei membiarkan Keisha untuk beristirahat.
Keisha tidak pergi keruang UKS, dia pergi ke atap sekolah, mungkin atap sekolah adalah tempat yang cukup menyenangkan baginya. Karena disini sepi dan jarang sekali orang bermain disini.
“Sedang apa kau?” Keisha sedikit terkejut mendapati Kento yang sudah berada lebih dulu diatap sekolah.
“Aku menunggumu” Kento berdiri, lalu duduk lagi disebelah Keisha.
“Untuk apa?” Pandangan Keisah masih tetap menuju kedepan. Lurus.
“Untuk mendengarkan apa masalahmu” Kento mengeluarkan bento yang dia bawa.
“Hahahaha” Keisha tertawa. “Aku tidak punya masalah apapun”
“Uso! Sudahlah, ceritakan saja. Ini kau mau?” Kento menyodorkan bento pada Keisha.
Keisha menggeleng, kini Keisha menunduk, membuat Kento tidak mengerti. Kento mencoba mendongkak wajah Keisha. “Menagis? Tak ku sangka, gadis dingin sepertimu bisa menagis. Hahahha” Kento tertawa. Dengan sigap Keishapun menjitak kepala Kento.
“Memangnya aku ini robot?” Keisha menghapus air matanya.
“Hahaha, abis kau kan dingin sekali. Setiap orang berbicara 100 kata, kau hanya berbicara 1 kata. Seperti robot. Hahaha” Kento tertawa lagi, mulutnya penuh dengan makanan.
Keisha menekuk wajahnya. “Kau lucu juga Kento chan” Hati Keisha mulai tersenyum.
“Eii, aku boleh minta bentonya? Perutku lapar.” Keisha tersenyum, untuk pertama kalinya.
“Ah? Ini” Kento menyerahakan bentonya, “Tapi aku hanya bawa satu sumpit, pakai saja” Kento tersenyum. “Ah, aku merasa beruntung. Untuk pertama kalinya kau bisa tersenyum, walau wajahmu masih tidak menatapku” Kento meneguk teh yang dia bawa.
“Oiishhiii” Keisha bergeming, mulutnya penuh makanan.
“Ahh, Kawaiii” Hati kento berbisik.
“Jadi, kau dan Keito senpai bukan soudara kandung?”
Keisha menggepalkan tangannya.”Dia bukan soudara ku! jika masih bilang dia soudara ku. ku hajar kau!” Keisha menmberikan peringatan sebuah tinjuan.
Kento menjauh ketakutan. “Ahh, kau ini” Kento tak dapat berkutik.
Mereka berdua menatap keatas langit, biru, indah, itu yang mereka rasakan. Keisha tidak akan mengaggap apapun itu jika tidak adahubungan dengannya. Jika tidak membuatnya bahagia. Keisha masih ingin sekali ada sosok Mom.
“Kau tahu? Aku bukan anak kandung ibu dan ayahku, aku diambil dari panti asuhan. Dulu orng tuaku orang yang tidak mampu,lalu menelatarkanku didepan pintu panti asuhan, sampai sepasang suami istri mengadopsiku” Kento merapikan bekas bento yang dia bawa.
“Eh?” Keisha menunduk, dan semakin menunduk. Wajahnya murung. “Hubungan denganku apa?”
Kento memasang wajah aneh. “Kau ini” Sedikit kesal. Namun Kento menahannya.
Hahahahahha tawa terdengar dari atas gedung sekolah. Mungkin Keisha masih tidak mengerti masud dari ucapan Kento. Namun hati Kento yakin, kalau suatu saat nanti Keisha bisa sadar bahwa dia bisa hidup lebih baik dari sekarang ini.
***
“Tadaima” Keisha masuk kerumahnya itu.
Plaaakkkkk. Sebuah tamparan mendarat dipipi Keisha. Keisha meringis, memegang pipinya yang terasa panas.
“Apa maksud mu wanita jalang?” Keisha membentak.
“Sekarang permainan bisa kita mulai. Otoosama sudah tidak ada disini” Wanita itu tertawa sembari meraba halus pipi Keisha.
Keisha tidak menjawab, dia lari kekamarnya.
“Moshi.moshi. Otoosama. Dimana kau?” Keisha langsung menelepon Otoosama.
“Aku sedang ada bisnis di Korsel, semua biaya hidupmu sudah ada di Okaasama. Jaga diri baik-baik sayang” Suara tegas terdenger disebrang sana.
“Demo, aku tidak punya Okaasama ne” Keisha membentak pada ayahnya sendiri.
“Sudahlah, cukup. Selesai sudah drama ini. Otoosama masih banyak kerjaan. Kau lebih baik istirahat. Bye” Tiba-tiba suara telepon itu terputus.
Keisha membanting dirinya dikasurnya yang empuk itu.
“BAKA!” memukul bantal guli yang selalu jadi pelampiasannya. “Siapa yang berpura-pura?” Keisha memukul bantal gulingnya lagi.
Bippp. Biiipp. Ponsel Keisha bergetar.
“Moshi.moshi. Otoosama. Maksudmu apa? Aku tidak dapat uang jajan? Aku kan butuh uang untuk makan? Mengapa kau berikan semua pada perempuan itu?” Keisha geram. Nada bicaranya tinggi.
“Eh? Aku Kento, Keisha chan” Nada bicara seseorang disebrang sana pelan, nyaris tak terdengar.
Keisha terkejut, dia langsung mematikan teleponnya. Lalu memejamkan mata. Mengurung diri dikamarnya.
***
“Ini, kau bilang kau tidak dapat uang jajan kan?” Kento menyodorkan sepotong roti.
Keisha menggeleng, mengambil tissue lalu membuang semua kotoran yang sedari tadi mengganggu hidungnya.
“Iyyyuuuhhh” Keluh Kento, Keisha diam. “Makanlah. Ku mohon” Kento menyodorkan rotinyanya lagi.
Keisha menggeleng. “Tidak lapar” lalu membuang ingusnya lagi.
Kini Konto yang menggeleng, sedikit jijik dengan apa yang baru saja Keisha lakukan.
“Sana pergi” Keisha mendorong sedikit badan Kento.
Kryyuuukkk. Sedikit terdenger suara perut Keisha. Keisha memegang perutnya.
“Uso janai. Makanlah” Keito membuka bungkus roti itu. Lalu menyuapinya pada Keisha.
“Aku bisa makan sendiri” Keisha merebut potongan roti itu lalu memakannya. “Arigatou ne” Mulut Keisha penuh makanan.
“Kawari tsuzuke love love love love” Kento bernyanyi sedikit.
“Ahh? Suara mu bagus” Keisha tersenyum
“Hahahahahaha kau ini. Kerjaanmu berbohong saja”
“Tidak, coba kau ikut audisi pasti diterima” Keisha tertawa, matanya berbinar bahagia.
Untuk pertama kalinya Kento melihat Keisha tersenyum, tidak murung seperti biasa. It’s miracle.
***
“Hei,kenapa kau begitu membenciku? Chotto Keisha chan” Keito menahan tubuh Keisha.
“Nani?” Dengan santai Keisha melepaskan tangan Keito.
“Kau? Itu beruntung tau” Kento menahan lagi tubuh Keisha
“Beruntung apa?” Keisha masih dingin seperti biasa.
“Kau kan beruntung bisa memiliki seorang ayah yang sangat sayang padamu. Kau terlahir dari ayah dan ibu yang jelas. Kau tahu kan, bagaimana aku ini?” Keito mulai meneteskan airmatanya.
Keisha mengangguk. “Kau seorang anak pelacur!” Keisha berlalu, meinggalkan Keito yang berlinang airmata.
“Keisha chan” Keito memeluk Keisha dari belakang.
“Aku ini kakak mu. Walau aku anak seorang pelacur. Walau aku tidak mempunyai ayah yang jelas” Keito tetap memeluk Keisha.
Air mata Keisha terjatuh, kali ini dia tahu, bagaimana Keito membutuhkan seorang soudara.
“Lepaskan. Please leave me alone” Keito melepaskan pelukannya. Keisha berlari menuju kamar mandi.
“Apa yang sebenarnya kulakukan? Aku memang benci sekali pada wanita itu, tapi Keito? Keito tidak punya salah apapun padaku” Keisah menatap kaca. Dia melihat sesosok wanita yang benar-benar kejam, dirinya sendiri.
***
“Ahhh. Kau perlu bantuan?” Keito menghampiri Keisha yang tengah membawa setumpukan buku.
Keisha menggeleng. “Pergi kau!” Keisha mendorong sedikit tubuh Keito. Keito tidak menyerah. Keito mengambil semua buku dari tangan Keisha. Keisha hanya diam. Lalu meningglkan Keito yang membawa semua buku yang harus di bereskan di perpustakaan.
Keisha mencoba mengingat semua kebaikan Keito.
“Ahhh Itaiiii~” Keisha menjerit. Dia tersandung batu saat perjalanan pulang.
“Keisha chan, daijobu ka?” kau bisa berjalan?” Keito panic, melihat kaki Keisha berdarah.
“Sudah sana. Aku tidak memerlukan bantuanmu!” Keisha mendorong tubuh Keito, Keito menggendong Keisha. Membawanya ke rumah. Sepanjang jalan Keito menggendong adik tirinya. Keito sayang sekali pada Keisa, meski sampai kapanmun mungkin Keisha tidak pernah mengaggap Keito kakaknya.
Keisah menangis mengingat hal itu, Keito sebenarnya baik sekali padanya.
“Ah? Keito chan. Matte” Keito menoleh, mendengar seorang perempuan memanggilnya.
“Eh? Keisha chan. Tumben sekali ada apa?” Keito segera menghampiri adik tirinya ini.
“Etto, Keisha terbata mengucapkannya. Ano”
“Katakanlah” Keito tidak sabar menunggu apa yang akan disampaikan oleh Keisha.
“Ah, Etto, mau kah kau menemaniku membeli buku ditoko buku?” Keisha menunduk dalam malunya.
Keito tersenyum, lalu memeluk adik tirinya itu. “Aku mau sekali. Arigatou ne”
“Aa. Etto, Etto, Keito chan” Keisha terbata. Kini dia berjalan bersampingan dengan Keito, kakak tirinya.
“Eh? Nande?” Keito penasaran
“Aa. Bolehkah. Aa. Memanggilmu nii.niichan?” Keisha menunduk, dirinya terbakar oleh malu.
Keito memeluk Keisha lagi. “Ahhhh tentu saja Imouto chan” Keito tersenyum. Lalu melepaskan pelukannya.
“Niichan, Doomo Sumimasen ne. Keisha menunduk, dirinya benar-benar malu.
“Eh? Untuk apa?” Keito bingung. Wajahnya jadi aneh.
“Untuk semuanya. Gomen” Keisha semakin menunduk, entah, air matanya malah menetes.
Keito memeluk adik tirinya itu. “Jangan bodoh!” Keito menghapus air mata Keisha.
Sepanjang jalan itu. Ada tawa, bukan lagi kedinginan atau secerca air mata.
***
“Gomen nasai honey, Otoo sama tidak bisa pulang sekarang” Suara telepon itu terdenger begitu menohok Keisha. Lagi-lagi air matanya muali jatuh.
Keito yang tahu adiknya menagis hanya bisa memeluk Keisha untuk menenangkannya.
“Aku benci pada Otoosama Niichan” Keisha membalas pelukan Keito.
Keito tersenyum, menghapus air mata adik tirinya. “Kau tahu, kau beruntung punya seorang aya. Aku?”
“Niichan” Keisha tersenyum.
Iya, kini ada banyak sekali senyuman dihari-hari mereka. Senyuman dan kasih sayang yang mewarnai kehidupan Keisha dan Keito.
“Okaasan. Ku mohon. Dia kan adikku!” Keito menahan tangan Okaasama yang hendak menampar Keisha.
“Kenapa sekarang kau jadi melawan pada Okaasama? Kau ini anakku!”
“Aku tidak pernah meminta dilahirkan oleh mu. Ini semu sudah takdir. Bahakan aku tidak tahu siapa ayah ku sebenarnya! Ku mohon jangan sakiti Keisha” Keito memeluk erat tubuh Keisha yang gemetar, mencoba melindunginya.
“Arigatou” Bibir Keisha masih gemetar. Okaasama memukilinya. Hingga semua badannya lebam.
***
Semenjak mereka dekat, mereka selalu bersama, berangkat atau pulang sekolah pun selalu bersama, berpegangan tangan.
“Kau. Merebut Keisha ku” Kento medorong tubuh Keito.
“Maksudmu?” Keito mencoba erdiri. Namuan Kento mendorongnya lagi “Kau ini kenapa?” Keito bingung.
“Jangan pura-pura tidak tahu Keito senpai. Kau ingin merebut Keisha dari ku kan?”
“Keisha itu adikku!” Keito masih tersudut. Dia merasakan sakit akibat terjatuh.
“Tapi kalian bukan kandung kan? Dan bisa saja kalian berpacran!” Kento tersenyum, namun kini senyumnya licik. “Aku akan melaporkan hal ini pada kepala sekolah. Kau tahu jelas bukan kalau peraturan sekolah tidak boleh berpacaran! Samapai jumpa Keito” Kento meninggalkan Keito yang masih sedikit kesakitan.
“Keisha chan. Ayoooo” Keito menrik lengan Keisha. Membawanya segera pergi dari lingkungan sekolah.
“Kenapa cepat sekali? Hari ini aku ada kegiatan club. Niichan pulang saja duluan” Keisha melepaskan genggaman Keito.
“Ku mohon. Ayolah” Keito menarik tangan Keisha lagi. Lalu berlari.
Ditengah kebingungan, Keisha berlari, terus mengikuti kemana langkah kakak tirinya melangkah. Mengikuti Keito.
“Disini saja. Ku rasa kita aman” Keito berhenti disebuah gang kecil.
“Kau mau apa?” Keisha mulai sedikit panic. Pikirannya sudah sedikit kacau. “Ku mohon jangan” Keisha semakin panik.
“Tidak, aku tidak akan berbuat apapun. Kau harus jauhi Kento” Keito serius, nadanya meyakinkan.
“Eh?” Keisha tidak percaya.
Keito menceritakan semuanya yang barusaja tejadi, meunjukan sedikit luka memar yang dibuat Kento.
“Sekarang kau percaya?” Keito menghapus air mata yang mulai membasahi pipi adik tirinya.
Keisha menggeleng “Tidak, tidak mungki. Aku tidak percaya Niichan” Keisha sedikit memberontak. Keito memeluknya, mencoba menenangkannya.
“Percyalah, setiap orang bisa bermuka dua”
***
(Ceritanya jadi gaze begini ya? menurut mu? mood chan lagi kencan mulu sih)
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks For Leave A Coment