Minggu, 09 Oktober 2011

Fanfiction 'Oretachi Wa Kaze Ni Aeta Toki'

Fanfiction

Title            : Oretachi Wa Kaze Ni Aeta Toki

Genre         : Romance -______-

Ratting       : PG, nyerempet NC dikit.

Author        : Lisa Wulan Novianti

Char             : Daiki Shigeoka (7WEST) x Fujii Yuuki (OC) , Ryusei Fujii (7WEST) x Kyouya Kenichi (OC),Nozomu Kotaki (7WEST) X Yanagi Riisa (OC) dan segelintir orang lewat lebih tepatnya anak 7WEST



SEBELUMNYA HARAP DIMENGERTI YA~ INI FF ALURNYA MAJU MUNDUR GITU YAAAA~

============== (garis pembatas antar alur) +++++++++++ (garis pembatas antar POV)  :ngakak

Oretachi Wa Kaze Ni Aeta Toki


Yuuki mengeluarkan kameranya dari dalam poket itu. Lalu mengatur lensanya agar pas dengan sesosok objek yang sedang dia bidik disebrang sana. Wajah Yuuki yang memang Photograper lepas itu sangat serius. Dia memang begitu mencintai hobbi sekaligus pekerjaannya itu. Button itu dia tekan berkali-kali. Objeknya masih sama. Sesosok orang disebrang sana.

“Yuuki chan. Sedang apa?” Tanya Ottosannya, Ryusei. Ryusei bukanlah ayah kandung Yuuki, dia hanya seorang yang mengangkat Yuuki sebagai anaknya.

Yuuki menggeleng dengan cepat, lalu menyembunyikan kamera dari ayahnya itu. Yuuki diam, lalu tersenyum ketus pada ayahnya.

“Ottosan, boleh aku melanjutkan sekolah disana?” Tanyanya sambil menatap universitas didepannya. Pandangan Yuuki pun tak luput dari bebrapa orang pria yang sedang asik berbincang-bincang didepan universitas itu.

Wajah Ryusei sedikit bingung. Lalu tersenyum pada Yuuki. Tapi sesaat ada tatapan tidak percaya akan keinginan Yuuki. “Tidak, kau harus melanjutkan ke universitas pilihan ku Yuuki” Jelas Ryusei.

Yuuki membuang pandangannya dari ayahnya yang umurnya pun tidak terlalu jauh dengan Yuuki itu. Harusnya Ryusei tidak dipanggil ayah oleh Yuuki, selain Yuuki bukan anak kandung Ryusei, Ryusei juga masih sangat muda untuk dipanggil seorang ayah.

Yuuki melangkahkan kakinya menjauhi Ryusei. Sontak Ryusei pun mengejarnya.

“Yuuki, kau ini sama sekali tidak seperti ibumu ya” Ucap Ryusei sambil berjalan disebelah Yuuki.

“Hah? Ibu? Aku tidak tau apa itu ibu, memangnya aku punya ibu? Selama belasan tahun aku tidak pernah melihat sosok seorang ibu!” Bentak Yuuki dihadapan Ryusei.

Ryusei membalasnya dengan senyuman. Lalu menggelengkan kepalanya. Semenjak lahir, Yuuki diurus oleh obaachan, ibu dari Ryusei.

Yuuki masih berjalan terus, menuju universitas tadi. “Kau suka pada lelaki disana ya?” Tanya Ryusei menebak.

“Nani? Baka Janai! Sama sekali tidak. Lagi pula lelaki konyol seperti dia mana pantas disukai” Jawab Yuuki ketus.

Lagi-lagi Ryusei hanya tersenyum. Mana mungkin Yuuki bisa berbohong padanya. Sejak dulu sifat Yuuki yang tidak pernah mengenal sosok ibu itu selalu dingin, mirip dengan sifat Ryusei dulu.

=====================================================================================

“Ryusei. Aku boleh berkata sesuatu?” Tanya Kenichi  yang tiba-tiba menghampiri Ryusei yang sedang asik membaca buku dibawah pohon. Kenichi sejak dulu memang sudah menyukai Ryusei. Namun sikap Ryusei yang selalu dingin dan ketus membuatnya takut untuk menyatakan perasaannya.

“Nani?” Tanya Ryusei, tatapannya masih tidak teralihkan dari buku yang dibacanya.

“Etto. Apakah kau menyukaiku?” Tanya Kenichi sambil menunduk, wajahnya tampak merah.

Ryusei menatap tajam pada Kenichi, lalu menggeleng dengan yakin. Sekejap, hati Kenichi bagai terkena bom atom, hancur berkeping-keping. Sebenarnya Ryusei menyukai Kenichi, namun dia masih tidak mau mencintai seorang perempuan, trauma beberapa tahun lalu membuatnya tidak ingin mengenal perempuan lagi. Ryusei sadar apa yang dia lakukan itu salah, sangat salah. Tidak membiarkan cinta menghampirinya untuk yang kedua kalinya. Padahal hampir satu sekolah tahu kalau Kenichi sangat menyukai Ryusei.

Ryusei bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju koridor sekolah yang mulai sepi karena bel tanda masuk sudah berbunyi.

“Kau jahat sekali!” Seru seseorang yang berdiri ditepi pintu masuk kelas. Dia adalah sahabat Kenichi, Riisa namanya.

“Lalu kau mau apa?” Tanya Ryusei dengan ketus.

“Mau apa? Harusnya kau mengerti perasaan Kenichi! Dia itu sangat menyukaimu tau!” Bentak Riisa.

“Apa perduli ku tentang dia yang mau menyukai ku atau tidak. Aku sama sekali tidak menyukainya” Balas Ryusei dengan tak kalah membentak. Sesaat Riisa tersentak, matanya terbelalak dan tangannya sudah mulai mengepal. Air mata Ryusei tiba-tiba menyeruak dari matanya, walau tidak banyak Riisa dapat melihatnya.

Ryusei berlari meinggalkan Riisa. Menuju toilet.

“KUSO! Harusnya aku… harusnya aku… harusnya aku berani mengungkapkan perasaan ku pada Kenichi. Kenichi chan. Kimi ga daisuki” Ucap Ryusei dalam hati.

Ryusei menutup wajahnya dengan tangan, merasakan kesesakkan yang memenuhi setiap ruang dadanya. Dia begitu menyesali sikapnya tadi. Tapi Ryusei bukanlah orang yang mudah hangat dengan seseorang walau sebenarnya dia mau kembali ceria seperti dulu saat kejadian itu belum terjadi.

Keesokannya Ryusei menuju kelas Kenichi, dia sudah bertekat kalau dia akan meminta maaf dan mencoba memperbaiki semuanya. Menurutnya tidak ada kata terlambat.

“Riisa chan, kau melihat Kenichi?” Tanya Ryusei dihadapan Riisa yang sedang memakan bento buatannya bersama dengan teman-teman yang lain.

Riisa menggeleng “Mau menyakiti hatinya lagi?” Pertanyaan Riisa membuat Ryusei terbelalak. Sebegitu kesalnya kah Riisa padanya?

Ryusei menggeleng dengan cepat. “Beritahu. Aku ingin minta maaf” Jelas Ryusei.

“Dia tidak masuk. Aku menerima email darinya. Katanya dia sedang sakit” Jawab Riisa singkat.

“Sakit? Kusooooo” Ryusei meninggalkan Riisa dengan cepat dan berlari keatas, menuju atap sekolah. Dia benar-benar menyesal atas apa yang telah dia lakukan. Semua ini hal bodoh yang dia lakukan. Ryusei berkata. Kalau sampai terjadi apa-apa pada Kenichi dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Sehari,Dua hari,tiga hari dan satu minggu Kenichi tidak masuk sekolah. Pikiran Ryusei semakin panik. Dia duduk dibawah pohon belakang sekolah. Lama-lama tertidur dibawah pohon rindang itu.

Denwa da yo. Denwa da yo.

Ryusei menyipitkan matanya yang cukup lama terpejam. Dia membuka ponselnya dan melihat siapa yang meneleponnya. Dia mengklik tombol answer, dan sebuah video 3G terlihat jelas dilayar ponselnya.

“Nani kore” Bentak Ryusei sambil menggengam kuat ponselnya. Ryusei berlari dengan cepat menuju kelas Kenichi.

Ryusei menggebrak meja Riisa.

“Apa maksudnya ini?” Tanya Ryusei dengan benar-benar kesal dan begebu-gebu.

“Apa maksudmu?” Tanya Riisa bingung.

“Ini” Ryusei menunjukkan ponselnya. Riisa menutup mulutnya menggunakan tangan kanannya. Tak kuasa airmatanya pun terjatuh. Riisa berlari meningglkan kelas, dan Ryusei mengikutinya.

“Kau mau kemana Riisa?” Tanya Ryusei sambil terus mengikuti Riisa.

Riisa sama sekali tidak menjawab apa yang di tanyakan oleh Ryusei. Dia terus berlari dan berlari. Sampai tiba disatu rumah yang kumuh.

“Kenichi” Teriak Riisa sambil menerobos masuk kedalam rumah tersebut.

“Riisaaaaaa” Teriak Kyouya tak berdaya.

Riisa memeluk tubuh Kenichi dan menutupi tubuh Kenichi dengan jasnya. Ryusei diam atas apa yang dia lihat. Tak lama air matanya terjatuh.

“Daijobu ka?” Tanya Riisa saat membantu Kenichi memakai baju.

Kenichi menggeleng “Aku sudah kotor. Aku tak pantas hidup” Jelas Kenichi sambil menangis.

“Nande?” Tanya Riisa heran.

Kenichi menjelaskan semuanya dihadapan Riisa dan Ryusei.

Semua berawal saat Kenichi patah hati saat ditolak oleh Ryusei, dia bergabung dengan kelompok berandalan disekitar sana. Selama satu minggu dia membolos untuk mengikuti semua kemauan anak berandal itu. Awalnya anak berandal itu menjanjikan akan membalaskan rasa sakit hati Kenichi pada Ryusei. Tapi akhirnya, diluar batas nalar Kenichi, dirinya menjadi sarana pemuas nafus para anak berandal tersebut.

Air mata Kenichi terus menetes. Riisa memluknya dengan erat. Tak lama pelukannya dilepas. Riisa menghapus air mata yang mengalir dari mata Kenichi.

“Gomen nasai. Aku akan menanggung semuanya. Apapun yang terjadi aku akan menanggung semuanya. Aku akan menjagamu. Aku kan mencintaimu. Lebih dari kau mencintaiku. Aku berjanji Kenichi” Ryusei memeluk tubuh kecil Kenichi.

Satu bulan kemudian, kehidupan Kenichi dan Ryusei menjadi normal, mereka sangat serasi. Kemanapun bersama. Membuat banyak pasangan di SMU itu iri padanya.

“Apa? Sekarang tanggal 29? Loh? Kau tidak bercanda kan Ryusei?” Tanya Kenichi dengan tatapan khawatir pada Ryusei. Mereka sedang berbincang tentang kelulusan yang sudah sebentar lagi.

“Iya, kenapa? Bulan depan tanggal 15 itu akan ada ujian. Maka dari itu aku ingat betul” Jelas Ryusei pada Kenichi, sikap Ryusei kali ini sudah tidak dingin lagi pada Kenichi, namun untuk beberapa orang sikapnya masih sama, masih tetap dingin. Itulah siap Ryusei.

“Tidak mungkin. Tidak mungkin” Ucap Kenichi sambil terus menggelangkan kepalanya. Seakan tidak percaya pada apa yang terjadi membuat Ryusei bingung setengah mati.

Sepulang sekolah Kenichi mengurung dirinya dikamar, sama sekali tidak keluar, bahkan banyak email yang dikirimkan oleh Ryusei pun tidak dibalasnya. Ibu Kenichi memaksa dia untuk pergi kedokter. Dengan bersih keras dia tidak menginginkannya. Namun karena paksaan dari orang tua Kenichi dia terpaksa mengiukutin kemauan mereka.

“Bagaimana keadaan putri saya dok?” Tanya Ibunya Kenichi.

Dokter itupun tersenyum. “Putri anda baik-baik saja. Tapi…….”

=====================================================================================

#YUUKI POV#

Apa-apaan ayah itu? Seenaknya bilang kalau aku ini mirip dengan ibu. Siapa itu ibu? Hah aku tidak mengenalnya. Aku terus mengucapkan kata-kata kekesalanku pada ayah. Ayah itu sangat payah. Lagi-lagi bicara tentang ibu. Aku benci sekali jika harus membicarakan tentang ibu. Yang jelas aku membenci ibu!

Bruuukkkkk

“Kamera kuuuuuuuu” Jerit ku saat seorang lelaki menabrakku dan membuat kamera ku terjatuh. Aku tidak akan memaafkannya aku berjanji.

“Kau” Dia, laki-laki konyol yang sering menjadi objek ku.

“Ahh. Gomen nasai. Aku. Aku. Aku. Maafkan aku” Jelasnya. Dengan nada yang sangat bersalah.

Aku mengambil kameraku, lalu melihatnya. Bagus, lensa ku retak.

Aku terdiam memandang laki-laki yang emotor ini, lelaki yang sangat bagus jika menjadi artis atau model karena dia bisa berbagai macam emosi.

“Hey, kau baik-baik saja?” Tanyanya yang melihat ekspresiku. Jujur, tubuhku lemas melihat lensa yang ku beli dengan kerja keras itu retak begitu saja.

“Kau! Harus ganti” Jelas ku singkat.”Kamera ini mahal tau!” tambahku.

“Ah, tapi kan tidak sepenuhnya aku yang salah. Aku juga menunduk kebawah saat berjalan kan?” Ucapnya dengan enteng.

Apa-apaan maksud lelaki konyol ini hah? Bodoh sekali. Dasar konyol. Lelaki itu tersenyum aneh dihadapanku tatapannya seolah berkata. “Aku tidak bersalah. Aku tidak bersalah”

“Hey Shige ada apa?” Beberapa lelaki yang tadibersamanya menghampiri kami.

“Ah, tidak, tidak ada apa-apa. Oiya kenalkan. Ini pacar baruku” Ucapnya dengan seenak jidat.

Apa-apaan maksudnya itu? Konyol sekali.

“Shinpei desu,Kamiyama desu, Gakki desu” Ucap ketiga laki-laki berwajah tak kalah tampan dari lelaki konyol ini.

“Onamae wa?” Tanya salah seorang yang paling pendek, kalau tidak salah namanya Shinpe.

“Fujii Yuuki desu. Yuuki chan yonde kudasai. Yoroshiku” Aku membungkuk didepan mereka.

Lelaki konyol ini memeluk pinggangku, aku tak bisa berbuat apapun. Lihat saja nanti lelaki konyol, akan ku balas kau. Lelaki konyol itu menggenggam telapak kananku, lalu mengambil kameraku.

“Ayo, kita kembali makan. Aku sudah lama menunggumu” Ucapnya seenaknya.

Aku tidak mengertin apa maunya. Yang jelas dia sudah mempermainkanku. Apa kata ayah nanti saat dia melihatku bersama seorang pria yang tidak aku kenal?

Aku memperhatikan sekeliling, berharap ayah masih berbincang-bincang dengan temannya disana. Jauh dari pandanganku. Dan semoga saja dia tidak mencariku. Aku diam tak banyak kata yang ku ucapkan. Yang ku inginkan saat ini adalah merebut kembali kamera ku dari lelaki konyol itu dan meminta pertanggung jawabannya.

“Hei, Shige, pacar mu kawaii juga” Ucap lelaki yang member tahu kalau namanya Gakki itu mengejek lelaki konyol itu, Hmm, jadi nama lelaki konyo itu Shige -______-

Aku masih diam, sedangkan teman-teman Shige yang lain asik berbincang-bincang. Shige sendiri asik berbicang-bincang. Aku meneguk coffe yang sudah ku pesan tadi. Tak sampai hambis ku letakan lagi gelas itu dimeja.

“Kawaiii” Ucap Shige sambil menatapku, kini tangannya mengenggam tangan ku yang masih memegang gelas. “Hangat kan?” Ucap Shige dengan manis nmun membuat ku kesal sangat kesal tapi merasa bahagia.

Aku tersenyum palsu kearahnya, lalu mengangguk.

“Kalian romantis sekali” Ucap seseorang dengan paras yang cukup lumayan, dia bernama Kamiyama.

Aku dan Shige saling tatap lalu kami berdua tersenyum. Satu yang masih terlintas dibenakku, kenapa tangannya belum juga pergi dari tanganku? Aku ingin menyingkirkan tangan ini, tapi tidak mungkin merusak suasana seakrab ini.

Aku mengalihkan pandanganku, mencari sosok ayah yang dari tadi tidak aku lihat.

“Kau disini rupanya” Aku menarik tanganku yang masih saja digenggam oleh Shige. Tak sadar ayah sudah berada dibelakangku.

Aku tersenyum, lalu membungkuk kearanya. Begitu juga dengan Shige dan yang lainnya.

“Ottosan, gomen nasai” Ucapku takut, takut kalau ia memarahiku. Ottosan sangat sensitive terhadap laki-laki yang mendekatiku.

“Daijobu. Siapa nama pacarmu?” Tanya Ayah dengan cepatnya.

Aku terbelalak mendengarnya. “A, Watashi Shigeoka Daiki desu. Yoroshiku” Ucap Shige lalu membungkuk dalam dihadapan ayah.

Apa-apaan ini, bukan masalah kalau dia tidak mau mengganti lensa ku, aku bisa menggantinya sendiri. Tapi jangan seret aku kedalam jurang seperti ini. Dasar Shige konyol!

Aku terus memakinya dalam hati. Sampai ayah mengagetkanku.

“Kau mau pulang dengan ku atau dengan Shige?” Tanyanya pasrah. Ada apa dengan ayah? Tidak biasanya dia begini. Kenapa diabegitu percaya pada Shige. Bahkan aku tidak sama sekali belum kenal dengannya.

“Biar aku antar Yuuki nanti” Sahut Shige dengan lembut dan sopan.

“Ahh, Sou ne, aku pulang duluan. Jaga Yuuki baik-baik” Ayah meninggalkan kami, perlahan bayangannya pun menghilang.  Aku semakin bingung, sihir apa yang kau gunakan Shige? Kau ini penyihir ya?

Aku masih terdiam lalu kembali duduk dibangku ku dan meneguk coffe itu lagi.

“Mau pulang jam berapa?” Tanya Shige dengan lembut, tatapan matanya seolah berkata “ku mohon bantu aku” yaa aku mengerti. Tapi hanya untuk kali ini, tidak untuk lain kali.

“Sekarang. Aku sudah sangat lelah” Jelasku sambil tersenyum.

Shige menggandengku menuju mobilnya, kami berua naik mobil bersama, lalu ketiga temannya pun ikut dengan kami duduk dibelakang.

Perlahan aku memberi unjuk arah rumahku. Sesebisa mungkin agar tidak ketahuan oleh teman-temannya Shige.

“Jya. Arigatou” Ucapku sebelum turun dari mobil. Aku hendak membuka pintu mobil ini.

“Chotto, biar aku yang bukakan” Aku tersentak, lelaki konyol ini bisa seromantis seperti ini. Sulit dipercaya.

Dia keluar dari mobilnya, lalu membukakan pintu untukku dari luar. Aku keluar layaknya seorang putri.

Shige memelukku, lalu mencium pipiku. Aku terbelalak. Apa yang kau lakukan? Dasar KONYO!!

Aku menahan amarahku, lalu tersenyum agar tidak mengecewakan dia. Kasihan juga Shige. Bagaimana pun aku tidak mau lagi seperti itu.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

#SHIGE POV#

Hari ini tingkahku sangat bodoh. Aku menyesalinya, sedikit. Tapi aku beruntung bisa bertemu gadis baik sebaik Yuuki, terlebih lagi dia sudah sangat membantu ku.

Aku kembali masuk kedalam mobil ku, syukurlah aku dapat menutupi semuanya. Untunglah. Akhirnya aku tidak jadi bahan olok-olokkan lagi oleh ketiga lelaki bodoh itu.

Aku mengendarai mobilku dengan santai. Astaga apa ini? Kameranya. Kameranya tertinggal disini. Ahhh, aku panik sekali melihat kameranya yang tergeletak didekat kursi ini.

Apa dia sengaja agar aku menggantinya? Yaabbaaaiii uang dai mana aku?

“Shige,Shige, pacarmu kawaii ne?” Jelas Shinpe sipendek.

“Ahh, hai. Siapa dulu. Jangan panggil aku Shigeoka Daiki kalau tidak bisa mendapatkan gadis semanis Yuuki chan” Ucapku dengan bangga.

“Ah, tapi Yuuki chan cenderung pendiam dan tidak agresif ya” Lanjut Gakki yang pikirannya sedikit kotor.

“Itu kan pacarmu yang selalu agresif dan hot serta sexy. Kalau aku lebih suak seperti Yuuki chan” Jawabku dengan enteng. Aku memang mudah mencari alasan. Hahahahaha

“Tapi aku juga suka cewe seperti Yuuki chan” Ucap Kami chan.

“JANGAN! YUUKI MILIKKU” Bentakku pada Kami chan.

Kami semua lalu tertawa. aku menurunkan mereka satu persatu dirumah mereka. Rumah kami memang berdekatan. Kami sudah bersahabat bertahun-tahun lamanya. Aku memarkirkan mobilku didalam bagasi rumah. Perlahan ku langkahkan kaki ku agar tidak ketahuan oleh ibu kalau aku membawa mobil lagi.

“Shigeeeeeeeeee” Teriak Ibu saat mengetahui aku puang kerumah. Pasti kena omelan lagi.

Aku berlari kecil menuju dalam kamarku sambil menenteng kamera milik Yuuki.

Aku membuka mantelku, lalu menyalahkan PC ku, aku mengeluarkan card penyimpan dari dalam kamera ini dan melihat semua gambarnya.

Poto-potonya sangat indah dan bagus, memiliki style tersendiri, ada banyak nilai art dalam fotonya.

Aku mempercepat melihat poto-poto ini.

“NANI??????” Teriakku dihadapan PC ku saat melihat beberapa gambar wajah ku dengan berbagai emosi.

Ada cukup banyak fotoku disini. Apa ini maksudnya? Apa dia mengagumi ku?

“Buka. Buka pintunya Shige” Seru ibu dari luar kamar.

“Ada apa bu? Aku sedang telanjang. Jangan masuk” Seru ku berbohong. Aku tahu pasti akan kena marah, jadi aku tidak mau keluar dari kamar. Aku ini memang baka.

“Ada telepon dari senpaimu. Ini teleponnya” Aku melangkah menuju dekat pintu dan membuka pintu kamarku sedikit. Mengambil telepon rumah itu.

“Moshi.moshi. senpai. Doushita?” Tanyaku. Ternyata Nozomu senpai.

Nozomu Kotaki, umurnya lebih muda dariku, tapi karena dia dapat percepatan kelas, dia jadi satu tingkat diatasku. Tapi untungnya penampilannya yang tinggi besar memberi kesan kalau dia pantas dipanggil dengan sebutan ‘senpai’ kalau dia seperti Shinpei, aku akan memanggilnya ‘Nozomu chan” saja

“Ah, sou ne. baiklah. Wawancara? Hmm, baiklah” Aku memang perwakilan tim kendo di universitas. Aku sering mendapat wawancara dimana-mana, tim kendo kami memang sangat terkenal disekitar Jepang.

Aku menutup teleponku, mengganti bajuku dan segera kembali kekampus.

Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan Yuuki chan, entah hal apa yang membuat aku terus memikirkan Yuuki, seolah-olah dia terus menari-nari dalam pikiranku.

“Moshi-moshi Senpai” Sapaku lalu membungkuk pada Nozomu senpai. Dia membalas sapaanku. Wajahnya tampak murung.

“Doushita?” Tanyaku mencoba mencari tau sesuatu yang terjadi pada Nozomu senpai.

“Daijobu” Jawabya singkat. Aku melangkah mengambil dua gelas jus yang tersedia dimeja itu, kami beruda akan mewakili universitas untuk wawancara sebelum pertandingan. Tapi ada yang tidak beres dengan Nozomu.

“Senpai, Doushita no?” Tanyaku, lalu meneguk jus tadi. Nozomu menggelengkan kepalanya. Lalu ikut minum bersamaku.

“Ahhh. KUSO!” Serunya sambil meremas gelas jus yang terbuat dari karton. Benar dugaan ku pasti ada masalah.

“Ceritalah” Seruku.

Dia tersenyum, lalu meninggalkan ku sendiri. Aku mengikutinya, menuju halaman belakang gedung fakultas kami. Dan sampai pada perbatasan gedung fakultas kami dengan fakultas jurusan lain.

“Baka! Apapun yang terjadi aku tidak akan membiarkan kau bersama lelaki lain. Aku tahu kau juga menyukai ku kan?” Seru Nozomu dengan wajah yang sedikit menyeramkan. Biasanya tidak seperti ini. Dia adalah anak yang tenang namun selalu menang. Itu sebabnya dia bisa mendapatkan semuanya dengan mudah.

“Doushita?” Tanya ku lagi sambil memperhatikan tatapannya. Tatapannya tepat mengarah pada seseorang di fakultas komunikasi. Riisa senpai, dia mahasiswi tingkat akhir. Satu universitas ini tahu kalau Nozomu menyukai gadis itu.

“Riisa senpai ne?” Tanya ku dengan sangat pelan. Perlahan kepala Nozomu bergerak, mengangguk.

“Ada apa dengan Riisa?” Tanyaku lagi. Aku melihat seorang laki-laki memeluk Riisa Senpai, lalu mereka beruda berciuman dengan mesranya ditempat itu. Lelaki itu Nakayama Yuma. Leader team baseball disini.

Aku melihat tangan Nozomu sudah mengepal. Wajahnya seperti ingin meledak. Hembusan napasnya tak beraturan, seperti benar-benar mau meledak melihat kemesraan itu.

“Ahhh~ KUSO!” Serunya lalu pergi meninggalkan ku. Sekarang aku tahu sebabnya mengapa Nozomu bisa seperti itu.

“Riisa senpai” Panggilku saat mereka sedang asik berduaan.

“Eh? Shige? Doushita?” Tanyanya dengan sangat ramah. Nozomu pasti sangat menyukainya, dia memang cantik.

“A, Etto. Nozomu senpai” Aku sedikit bingung menjelaskannya.

“Nozomu lagi? Sudah ku jelaskan semuanya” Ucapnya dengan lembut. Tangannya menyentuh bahu ku, aku menjadi semakin doki-doki tidak karuan.

“Demo……” Aku tak bisa melanjutkan kata-kataku. Dia menatapku dengan lekat.

“Sudah ku jelaskan semuanya. Ku mohon mengertilah Shige” Ucapnya sambil menepuk pipiku.

Aku memegang pipiku yang tadi ditepuknya. Ucapan yang begitu dewasa, tak ku sangka Nozomu bisa setegar itu meski ditolak dengan wanita seperti Riisa senpai. Pantas saja dia tidak mau meninggalkan Riisa senpai, dapat ku tebak kalau Riisa senpai adalah pribadi yang benar-benar baik.

Aku kembali keruang itu, ruang tempat wawancara. Lagi-lagi melihat banyak jurnalis aku mengingat Yuuki, si Photographer yang salah satu objeknya adalalah aku.

Wawancara dengan beberapa jurnalis selesai. Sepanjang wawancara aku tidak mendengar sepatah katapun keluar dari mulut Nozomu.

“Senpai, sebenarnya ada apa?” Tanya ku ingin tahu. Siapa tahu aku bisa membantu Nozomu.

Nozomu menggeleng. Lalu menutup wajahnya dengan tangan. “Aku ini terkesan sangat konyol” Ucapnya dengan nada yang berat. Dia menangis?

Aku merangkul pundaknya, lalu duduk tepat disebelah Nozomu.

“Aku tidak tahu apa masalahnya. Tapi ku mohon tegarlah. Kau ini laki-laki. Jika Riisa senpai ditaktirkan untukmu, maka dia akan selalu ada disisimu. Percayalah” Aku mencoba menasehatinya, biarpun aku juniornya, tapi umurku lebih tua darinya bukan. Bagaimana pun, pemikiran ku jauh lebih dewasa darinya.

Nozomu menatapku dengan tatapan bingung “Tapi, dia sama sekali tidak pernah…..” Nozomu menggantungkan kalimatnya.

“Nani? Sebenarnya apa masalah kalian?” Tanyaku geregetan. Sedari tadi dia merasa sangat galau, tapi aku sama sekali tidak tahu masalahnya. Apa-apaan ini -_____-

“Baiklah aku akan menceritakannya” Ucap Nozomu dengan pasti.

“Semua berawal saat aku SMU. Saat itu, saat awal masuk sekolah dan semua murid baru berkumpul bersama. Aku melihatnya. Untuk pertama kali ku kira dia murid kelas satu, badannya kecil membuat ku tidak mengira dia murid kelas 3. Untuk beberapa saat aku mengetahuinya. Kalau dia seniorku. Aku ingin sekali dekat dengannya. Untuk mencari perhatiannya aku belajar mati-matian, sampai akhirnya aku mendapat percepatan kelas dan masuk universitas lebih dulu. Aku menyesal, sungguh aku menyesal karena aku jadi lebih cepat berpisah darinya. Tapi saat penerimaan mahasiswa baru tak kusangka dia juga masuk disini. Kami jadi sederajat. Awalnya aku sering sekali bermain dengannya, saat aku belum menyatakan perasaanku, tapi setelah aku menyatakan perasaan ku, semuanya berubah. Keakraban kami, semuanya hilang ditelan ulahku. Harusnya aku memang tidak pernah bilang kalau aku menyukainya. Tapi Shige, aku sangat menyukainya. Sangat menyukainya. Dia menolakku. Hanya kerena umurku lebih muda darinya. Itu konyol. Sangat konyol. Bahkan sekarang dia berpacaran dengan Nakayama Yuma. Kau kenal kan? Mereka selalu bermesraan dimanapun mereka berada. Sampai-sampai membuatku ingin sekali memukulkan  pedang kendo ke wajah lelaki itu.” Jelas Nozomu panjang lebar. Ceritanya begitu panjang. Aku sedikit tidak mengerti yang ku tangkap adalah hanya saat Riisa senpai tidak menerima Nozomu karena umur Nozomu yang lebih muda.

“Sou ne, itu cukup kompleks. Tapi apakan Riisa senpai juga menyukai Nozomu senpai?” Tanyaku penasaran. Cerita cinta mereka sangat dramatis, seperti di cerita.

“Aku pernah melihatnya menuliskan namaku dalam diarynya. Dia bilang aku adalah laki-laki terbaik yang pernah dia miliki. Dan mungkin tak aka nada lagi laki-laki seperti ku disunia ini” Jelas Nozomu dengan wajah murung.

Aku semakin tidak mengerti, mengapa Riisa senpai berkata seperti itu, tapi dia menolak Nozomu? “Hmmmm, bolehkah aku membantu?” Tanyaku dengan ragu-ragu. Sebenarnya aku juga tidak yakin bisa membatu. Tapi akan ku coba. Aku kan lelaki yang baik.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

YUUKI POV

“Ahhhh, ayaaaaahhhh. Kameraku menghilang. Kamera ku kamera ku” Teriakku saat sadar aku tidak menenteng kamera kesayanganku.

“Ada apa? Kemana kameramu? Mungkin tertinggal ditempat Shige” Jelas Ayah dengan tenang sambil membaca Koran.

Iya, Shige. Pikiranku langsung tertuju pada lelaki konyol itu, pasti dia mengambil kameraku.

“Ah? Shige? Yabbbaaaaaiiiiiii” Teriakku tak terkendali. Matilah aku jika isi kameraku terlihat olehnya. Ada beberapa potonya disana. Bisa salah pikiran nanti dia. Dia kan sangat percaya diri. Ahh. BakaShige!

Aku berlari dan segera memanggil taksi untuk mempercepat agar aku bisa sampai diuniversitas itu. Jalanan kali ini benar-benar tidak mendukung, sangat padat. Ahhh, aku membenci ini. Pikiranku tidak karuan antara menghawatirkan kameraku dan isinya. Aku ini memang bodoh sekali. Ini semua gara-gara kau lelaki konyooooolll. Gara-gara kau mencium pipiku aku jadi lupa segalanya. Eh, tunggu tapi dipikir-pikir Shige itu manis juga ya, walau konyol tapi dia romantis dan emotor. Benar-benar karakterku.

“Arigatou. Kembaliannya untukmu” Aku segera berlari, entah aku bingung sendiri mau ku cari kemana dia diuniversitas sebesar ini. Terlebih aku tidak tahu dia anak fakultas apa.

Kyyaaaaaaaaaaaa.

“Maaf. Maaf. Maaf” Ucapku sambil membungkuk saat aku menabrak seseorang menggunakan seragam kendo lengkap. Aku sedikit kaget melihatnya. Aku memang sedikit asing dengan seragam kendo. Aku juga takut dengan orang yang bermain kendo.

Lelaki itu membuka pelindungnya. “Kau ini… Tak pa. kau sedang terburu-buru ya?” Ucap lelaki bertubuh besar itu.

“Ah, Iya, aku mencari Shige” Jelasku. Aku hanya tahu namanya Shige saja tidak tahu nama lengkapnya.

“Shige? Shigeoka Daiki? Kau pacarnya?” Ucap Lelaki itu.

Aku menggeleng dengan cepat. “Tidak, tidak, aku ingin mengambil kameraku. Aku temannya” Jelasku.

“Eh? Bukanya kau perempuan yang bersama Shige tadi ya? Bukannya kalian pacaran ya? Aku memperhatikannya kok” Jelasnya. Siapa dia, kenapa dia tau semua yang terjadi. Ahhh, semakin rumit saja ini.

“Eh, bukan, aku hanya temannya. Yuuki desu. Anata?” Tanya ku sambil membungkuk.

“Nozomu desu. Mari ku antar” ucap Nozomu dan langsung berjalan, menuju bagian dalam fakultas ini.

Aku berjalan mengikutinya, tidak ada suara dihadapan kami.

“Riisa. Chotto” Ucap Nozomu memanggil seseorang yang sedang berjalan bergandengan dengan pacarnya.

“Ne? ada apa lagi? Sudah cukup Nozomu. Aku sudah muak. Benar-benar muak” Seru perempuan berparas cantik itu.

“Eh, Chotto. Kau, siapa namamu?” Tanya perempuan itu padaku.

Mengapa dia bertanya seperti itu? Rasanya aku menjadi takut.

“Fuuji Yuuki desu” Ucapku dengan pelan.

Wanita itu terbelalak, seakan tak percaya dengan ucapanku, ada ketidak percayaan yang besar dari sorot matanya.

“Doushita?” Tanyaku pada wanita tersebut, Nozomu dan pacaranya wanita itu hanya diam memperhatikannya.

“Yuuki….” Wanita itu memegang lembut pipiku dan memelukku. Aku diam, dak berkutik.

“Yuuki……” Bisiknya ditelingaku tanpa melepas pelukannya. Aku bingung, sebenarnya kenapa dia dan siapa dia. Aku tak mengerti.

“Kau betul Fuuji Yuuki? Yokatta” Ucap wanita itu sambil tersenyum dan memelukku lagi. Aku masih bingung tak tahu apa-apa.

“Eh.Eh.Eh ada apa ini?” Shige datang dengan yaaa, sikapnya yang konyol dan baju kendonya. Terlihat sangat kakkoi bagiku. Aku diam tak menjawab karena memang aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

“Ryusei, Ryusei Fuuji” Ucap Wanita itu. Kenapa dia menyebutkan nama otou san? Ada apa ini?

“Otou san?  Ada apa dengan Otou san?” Tanyaku padanya bingung.

“Dia berhasil merawatmu dengan baik Yuuki. Aku senang sekali. Kau sudah sangat besar” Ucapnya. Aku semakin tidak mengerti apa yang dia maksud. Semakin bingung juga. Ketiga laki-laki dihadapan kami, Shiuge,Nozomu dan pacar wanita ini hanya diam.

“Ada apa dengan Otou san?” Tanya ku penasaran.

Wanita itu tersenyum, lalu menggandeng tangan pacarnya dan pergi meninggalkanku. Arghhhh, kehidupanku kenapa menjadi seperti ini semenjak bertemu dengan Shige? Dasar Shige pembawa malapetaka.

Aku memperhatrikan Nozomu dan Shige yang bingung “Eh, Shige, kamera ku mana?” Tanya ku mengagetkan mereka berdua.

“Ah, Gomen. Ada dirumah ku” Jawabnya santai. Aku menahan emosiku, agar tidak meledak disaat yang tidak tepat ini.

“Ah, Senpai, aku harus pergi. Jya ne senpai. Nanti ku telepon.” Hah? Ternyata Nozomu adalah senpainya. Tapi kenapa dia mau menelepon Nozomu? Jangan-jangan dia….. YAOI. Chigau. Menjijikan.

“ah, maaf. Ayo kerumahku. Kita ambil kameramu” Ucapnya lalu mengenggam tanganku.

Aku mengikutinya. Masuk kedalam mobil tadi.

“A, Shige, Kau ini kenapa?” Tanya ku tak terkendali, aku sendiri tak sadar kalau aku mengucapkan hal itu, seperti melesat begitu saja dari dalam mulutku.

“Eh? Taka pa, maaf hari ini banyak sekali merepotkan mu. Namaku Shigeoka Daiki. Kau dapat memanggilku Shige atau Daiki. Hontou ni gomen nasai. Aku merasa berhutang budi padamu” Ucapnya dengan lembut dan baik, aku rasa pribadi Shige tak seburuk yang ku kira. Dia cukup baik, selain itu dia juga tampan. Ahhhh. Bicara apa aku ini?

“Hmm, baiklah. Tak apa. Kau kenal dengan wanita tadi? Siapa dia?” Tanyaku penasaran. Habis aku memang belum mengenal orang tadi.

Shige menjelskan semuanya padaku. Tentang siapa itu Riisa senpai dan Nozomu. Hubungan cerita mereka cukup komples. Sayang dia tidak tahu kenapa Riisa senpai begitu senang bertemu dengan ku. karena dia memang tidak begitu tau tentang Riisa senpai. Saat aku mengulik tentang ucapan Shige yang bilang dia mau menelepon Nozomu itu karena dia ingin membantunya, bukan karena mereka yaoi. Ternyata Shige baik sekali rupanya.

“Ku mohon Yuuki chan, bantulah aku. Bantulah Nozomu. Kasihan dia” Ucanya dengan wajah yang memelas. Huh. Shige, kalau keahlian mu menggunakan banyak ekspresi wajah kau terlihat begitu kakkoi.

Aku mengagguk. Kini ekspresi wajahnya berubah seperti semut menemukan gula. Senang sekali.

“Yasudah. Mana kamera ku?” Tanya ku saat sudah tiba didepan rumahnya.

“Ah, sampai lupa. Abis aku terlalu senang kau mau membantuku. Sampai lupa dengan tujuan kita kemari” ucapnya ngasal.

Shige bergegas keluar, sementara aku hanya menunggu didalam mobil. Tak lama dia kembali dengan membawa tas kameraku.

“Cepat sekali” Ucapku sambil merampas kameraku. Sungguh aku tak akan bisa hidup tanpa ada kamera ini disisiku.

“Hehehe, sebagai laki-laki aku harus kuat dan cepat” Ucapnya menyombongkan diri.

“Sekarang saatnya mengantar tuan putri Yuuki pulang” Seru Shige sambil tersenyum manis kearahku. Aku tersenyum, tapi kenapa senyuman kali ini serasa sangat lepas, aku merasa senang dia berkata seperti itu. Ahhhh~ kenapa aku ini? Lupakan.

TBC DULU DONK~

1 komentar:

  1. huuaaaahhhh ryusei ku. ryusei ku. ryusei ku. masa jadi bapak2?

    BalasHapus

Thanks For Leave A Coment