Minggu, 04 September 2011

Fanfiction NC-17 'I Wanna Go Home'

Fanfiction

Title     : I wanna go home

Genre   : Romance, SMUT in here

Ratting : NC-17

Author : Lisa Wulan Novianti

Cast     : Nakajima Kento ( B.I Shadow),



Nakayama Yuko ( OC ), dan segelintir orang lewat yaaa~

 

WARNING!!! This is SMUT that contain sexual intercourse!! I HAVE WARNED YOU~ So, If you feel like you don’t want to read some sexual scene... DON’T READ!! I WARNED YOU~ okay?? ^^ (copas kata-kata bunda)

 

Sebelumya. Disarankan untuk mengkomentari FF gila ini setelah membaca. Terimakasih~

I WANNA GO HOME


Kali ini aku tidak bisa berbohong, pada diriku sendiri, pada teman-temanku dan pada Kento, aku memang menyukainya. Berawal dari rival, aku mengenalnya. Lelaki bodoh yang keras kepala itu benar-benar aku benci dulunya. Seperti terserang karma. Aku menyukainya. Dulu, saat-saat aku diturunkan dibumi dan dibuang dari palnet sugoi, aku begitu merindukan kehidupan disana. Manusia-manusia yang sunggu cantik, mungkin jika disana aku bisa dikatakan ‘biasa-biasa saja’ tapi sekarang dibumi aku selalu dibilang lebih cantik dari manusia bumi. Itulah kelebihan kami. Awalnya aku sedih karena harus berpisah dari keluarga diplanet sugoi. Namun, kehidupan ku dibumi begitu penuh tantangan. Bersama GIS aku melewati hari-hari itu. Kini aku berada tepat disisi Kento, mengenakan gaun yang indah. Dan janji itupun terucapkan. Janji indah setia sehidup dan semati.

“Omedeeeettttooooo” Ai,Atsuko dan Lisa berteriak sambil memelukku. Acara resmi pernikahan kami telah selesai. Sekarang saatnya GIS dan BIS. Party yang cukup besar yang dipersiapkan untuk GIS dan BIS, Aku dan Kento memang mempersiapkan pesta ini. Karena bagaimanapun aku tidak akan bisa lepas dari anak-anak GIS. Mereka sudah menjadi darah dagingku.

“Senang ya bisa menikah” Ai mencium pipiku, lalu mengejekku. Memang aku dan Kentolah yang menikah lebih awal dibanding mereka. Entah status mereka masih berpacaran sedangkan Kento sudah melamarku dari beberapa bulan yang lalu.

“Kalian kapan menyusul?” Kento datang membawa sebotol whine putih dan beberapa gelas.

“Hah? Aku sama siapa? Aku belum tahu” Fuma melirik tajam pada Ai, mereka memang seperti itu, pasangan yang lucu menurutku.

“Aku akan menyusul kalian, secepatnya” Yugo yang sudah tumbuh lebih dewasa mengecup kening pacarnya, Lisa.

“Kalau aku. Tunggu sampai dia manjadi waita yang halus dan lembut”  Hoku mencibir lalu menyubit pipi Atsuko.

“Cepatlah. Kalau nanti aku punya anak, anakku bermain dengan siapa?” Kento berkata dengan kata-kata yang terlalu jauh menurutku.

Aku menuangkan whine kedalam gelas-gelas kecil yang indah terkena sinar lampu taman. Aku sedikit menjauh dari keramaian, ingin merasakan ketenangan. Mulai hari ini statusku sudah menjadi seorang istri Nakajima Kento, dengan otomatis namaku berubah menjadi Nakajima Yuko, dan dengan perubahan nama itu artinya aku tidak bisa sebebas dulu, bisa seenaknya berpergian dengan GIS, bisa seenaknya berhuruhara dengan mereka. Sekarang aku sudah menjadi seorang istri.

“Ada apa?” Tanya Kento yang menghampiriku dibangku taman yang letaknya sedikit jauh dari mereka semua.

“Tidak ada apa-apa” Aku menggeleng. Berusaha menutupi kegelisahanku.

“Uso janai” Jawabnya, aku memang tidak pernah bisa berbohong padanya.

Kento memelukku, dengan hangant dia berbisik ditelingaku.

“Ceritalah” Begitu katanya. Aku terdiam masih takut untuk bercerita.

“Yasudahlah, ku tunggu sampai kau mau bercerita. Sekarang jangan pasang tampang sedih. Ku mohon” Kento, siapa yang sangaka dibalik sikap kerasa dan acuhnya dia memang seseorang yang penuh perhatian.

“Uun” Aku mengagguk dan mengikutinya dari belakang. Kami menuju tempat pesta lagi.

Malam itu, menjadi malam yang begitu melelahkan terutama untukku. Aku menatap kaca besar di ruang tidur kamar apartemen yang ku rasa cukup mewah. Aku membersihkan sisa make up yang masih menempel tebal diwajahku.

“Sayang, dengan atau tanpa make up kau akan sama didepanku” Kento memelukku dari belakang, aku selalu suka jika dia berkata manis seperti itu.

Aklu tersenyum kecil lalu kembalika membersihkan make up lagi. Entah mengapa aku bisa menjadi elbih pendiam, rasanya aku menjadi tidak siap mengadapi hari-hari sebagai seorang istri.

Aku mendengar keran air dibuka dan suara air pun keluar. Kento sedang mandi. Astaga apa yang akan terjadi, aku sungguh belum siap untuk melakukannya.

Aku menggati bajuku, tidak dengan baju yang membuat laki-laki ‘terangsang’ hanya dengan piama biasa yang sederhana.

“Kau sudah lelah ya?” Aku melihat seseorang hanya menggunakan haduk kecil yang menutup bagian pinggang kebawah. Aku semakin takut. Tuhan tolong.

Aku hanya mengagguk kecil. Lalu memejamkan mataku “Oyasuminasai” seruku.

“Baiklah, aku mengerti. Aku juga sudah lelah. Oyasuminasai honey” Kento membaringkan dirinya disebelahku, tak ada pelukan hangat darinya, bahkan dia sama sekali tidak menghadap kearahku. Kita seperti belum pernah kenal.

Entah, aku ini bodoh atau apa. Sebagai seorang istri tidak sepantasnya aku seperti ini. Aku harunya melayani suami ku. aku ini bodoh. Hah.

=====================================================================================

Pagi ini aku bangun lebih dulu darinya. Sengaja aku tak membuka tirai yang menghadap langsung kearah tempat tidur kami. Aku menatap wajahnya yang masih tertidur dengan lelap, tampan sekali. Inikah wajah suami ku? dan dia ini kan manusia bumi? Aku membatin sendiri. Seakan tak percaya, kejadian yang beruntun terjadi dalam hidupku.

“Ohayou” Aku terkaget saat Kento mengucapkan salam saat aku masih menatapanya. Ku kira dia masih sangat pulas tertidur.

“Wajah mu merah. Mengapa kau memperhatikan ku?” Tanyanya bingung.

“Ah, tidak, tidak. Tidak apa-apa” Jawabku, tentunya berbohong.

“Jangan berbohong” Dia menarik tubuhku kedalam dekapannya. Astaga kumohon jangan sekarang.

Dia menarik tubuh ku. Lalu mendekapnya dengan erat.

“Kau mencintai ku kan?” Tanyanya padaku.

“Tentu saja” Jawabku dengan lantang.

Dia mencium bibirku dengan lembut, aku tidak membalasnya. Aku takut. Walau aku sudah sutuhnya menjadi manusia bumi tapi aku masih takut. Dia berhenti. Lalu menatapku.

“Kenapa?” Tanyanya yang bingung dengan ketakutan ku.

“Lepas kan aku” Jawabku. Dia tidak melepaskan ku malah memelukku dengan lebih erat lagi.

“kau bisa membunuh ku tau” Bentak ku padanya. Dia hanya tersenyum astaga aku sungguh tidak kuat.

“Aku hanya ingin pulang. Aku rindu rumah” Jelasku padanya.

“Rumah? Hanya karena rumah kau menolakku?” Tanyanya lalgu tersenyum dan mengacak-ngacak rambut ku. dasar Kento. Huh.

==============================================================================

Kento menggendongku, ala tuan putri, aku hanya biasa merasakannya. Aku tidak tahu ada dimana sekarang ini. Mata ku ditutup oleh kain. Dasar lelaki bodoh.

“Taaddddaaa” Kento membuka penutup mataku. Aku melihat sebuah rumah, ini rumah ku memang. Didalanya ada okaasama palsu ku. bukan ini yang ku maksud. Tapi rumah ku yang sesungguhnya disana. Diplanet sugoi.

Aku menangis menatap rumah ini. Aku benar-benar merindukan keadaan disana. Bahkan kali ini aku merindukan Keito, seseorang yang dulu pernah aku suka. Senpai disekolah. Dia sangat keren, memiliki badan yang ‘you know lah’

“Kenapa kau menangis?” Tanyanya yang bingung. Dipeluknya tubuhku. Aku menangis dalam pelukannya. Dada bidang ini yang selalu menjadi tempat sandaranku saat aku menangis. Aku mencintaimu Kento, sungguh mencintaimu.

Aku menggeleng. Lalu dia berkata. “Ku mohon, jangan membuat ku panik dan bingung. Katakanlah apa yang sebenarnya terjadi. Kumohon” Ucapnya lirih. Aku tahu. Aku mengerti dia sungguh menghawatirkan ku. tapi sungguh aku tidak bisa berkata yang sesungguhnya.

“Tidak. Aku tidak bisa. Maafkan aku” Ucapku lirih.

“Kau ini istri ku, kau juga harus terbuka padaku” Kento dengan tegas mengatakan hal itu. Nada bicaranya terdengar seperti orang kesal.

“Aku hanya ingin membahagiakan mu. Karena aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mengecewakan mu. Jadi ku mohon mengertilah” Nada bicaranya semakin keras dan kesal. Aku yakin dia marah.

“Kau marah ya?” Tanya ku yang masih dalam pelukannya.

“Sudah lebih baik kita pulang saja” Ucapnya dengan nada yang datar.

Sepanjang perjalanan menuju apartemen pun dia tidak bicara apapun. Aku yakin dia marah. Tapi sungguh tidak mungkin kan kalau aku harus berbicara tentang yang sebenarnya.

“Kau ingin makan apa? Aku akan memasak” Seruku yang lagi asik masak didapur apartemen yang besar ini.

“Hmm, aku mau….” Katanya menggantungkan kalimatnya.

Kento memelukku dari belakang. Lalu mencium tengkukku.

“Hmmmm….” Desah ku.

Ciumannya kini menuju titik lemahku, telinga. Dia terus saja menciumi ku. tangannya kini tepat berada didadaku.

“Chotto” Ucaku menghentikan semuanya.

“Doiushita?” Katanya yang bingung.

“Masakan ku bisa hangus kalau kau lakukan disini” Seruku dia tertawa kecil lalu mencium bibirku dengan lembut.

“Ku tunggu” Kento meninggalkan ku didapur sendirian. Entah hatiku merasa sangat bergemuruh. Rasanya ingin sekali pulang. Tapi Kneto, dia membuatku ingin tetap ada dipeluknya.

“Lama sekali” Teriaknya dari ruang tamu kecil itu.

Aku melanjujtkan masakku. Lalu membereskan.

“hey, kau lama sekali” Kento lagi-lagi memelukku dari belakang.

Dia menciumku lagi. Kini gerakannya sangat cepat. Dia membalikan tubuhku, kini kami saling berhadapan.

“Kento” Ucapku lirih.

“Shhuuuutttt” Dia menempelkan jarinya dibibirku, mengecup keningku.

“Aku takut” Ucapku lirih.

“Percayalah. Jangan pernah takut. Ada aku disini” Jawabnya dengan gagah bagai kesatria.

Dia mencium ku lagi. Ciumannya semakin cepat, dia masih menginfasi bibirku. Aku tak membalasnya. Batinku menolak ini. Tapi tubuh ku berkata yang sebaliknya.

Kento masih asik dengan bibirku, akhirnya aku mengalah dengan hasratku. Aku membalas ciumannya dengan lembut, namun air mataku malah mengalir. Dia melepaskan ciumannya lalu menggendongku, membawanya kekamar.

“Kenapa menangis? Kau masih takut?” Tanyanya sambil melepaskan kaos oblong yang dia kenakan.

Aku mengagguk. Dia mensejajarkan wajahnya disisiku.

“Aku mencintaimu, kita juga sudah suami istri. Percayalah. Aku akan membahagiakan mu” Ucapnya dengan sangat lembut berbeda dengan Kento yang kukenal saat di BIS dulu.

Dia mencium ku lagi dengan lembut, sangat lembut. Aku menikmati ciumannya. Selama berpacaran memang kami pernah melakukan hal ini, tapi setelah menjadi suami istri rasanya pasti berbeda. Aku mersa sangat tenang saat berciuman dengan Kento.

“Boleh?” Tanyanya dengan tampang yang penuh permohonan.

“Lakukanlah” Jawabku.

Dia membuka bajuku, lalu membuka satu-satunya penghalang yang menutupi tubuhku.

Dia menciumku lagi, bibirnya masih terus asik dengan bibirku. Dia mulai menautkan lidahnya. Akupun membalasnya. Mencoba memberikan kenikmatan padanya. Kini ciuman itu turun kearah leherku. Aku mengeliat antara rasa geli yang nikmat. Sekarang lidahnya telah asik bermain dengan dadaku. Tak lama pun dia menghisapnya.

Tangan kanannya mengelus rambutku, sedangkan yang satunya meremas dadaku. Aku merasakan sesuatu yang benar-benar membuat ku tidak bisa melepaskan Kento.

Aku mencintaimu….

Dia meneruskan tangannya, meraba pahaku, aku merasakan sesuatu menyentuh daerah pribadiku.

“Kento… Suki da yo” Ucapku dengan lembut.

Kento membuka celananya, satu-satunya yang menghalangi tubuhnya. Aku tak tahu seberapa merah wajahku dihadapannya. Kini aku sudah benar-benar telanjang dihadapannya.

“Aku masukkan ya?” Tanyanya, aku tak berani menatap wajahnya. Ada rasa malu yang begitu dalam.

“Akan ku lakukan selembut mungkin” Ucap Kento.

“Saaaa. Sakiiitttt” Teriakku saat benda itu telah benar-benar masuk kedalam daerah pribadiku. Air mataku semakin mengalir dengan deras. Rasa sakit itu benar-benar menuskku.

Kento mencium bibirku lagi. Mencoba member ketenangan padaku. Kurasa memang begini rasanya.

Kento mulai bergerak, perlahan demi perlahan dia bergerak, membuatku terengal, antara rasa sakit dan nikmat.

Dia bergerak semakin cepat. Aku hanya bisa mengeliatkan tubuhku setiap kali dia memberikan sentuhan yang sungguh susah dijelaskan oleh kata-kata.

Setelah cukup lama Kento bermain, aku merasakan cairan itu membasahi dinding daerah pribadiku, memberikan sensasi hangat yang tiada tara.

Kento mencium keningku lagi. Untuk sekian kalinya dia berkata kalau aku harus mempercayainya. Dan mulai saat ini aku akan mencoba melupaka sepenuhnya planet sugoi. Akan ku buang jauh-jauh kenangan itu. Aku sudah mengenal jauh Kento, aku berjanji akan ku berikan seutuhnya semua jiwa dan ragaku hanya untuk mu seorang Nakajima Kento.

END

Komennya ya. Nulisnya penuh perjuangan nih.

5 komentar:

  1. *mata terbelalak* waw...berani juga kau bikin yang se ekstrem ini??hehehe,, lanjutkan.. hahaha.
    bagus walopun kurang panjang..hoho

    BalasHapus
  2. OAO!
    omg >////< aku bingung mau ngomong apa. hahahhaa
    si yuko yg dingin di GIS itu jadi begini,.? *plak
    bagus lisa-chan ~ ^O^
    buat lanjutan GIS sm BIS lagi dong~

    BalasHapus
  3. shock aku bacanya.wkwkw dan sedikit ngakak.heheheh

    BalasHapus
  4. akhirnya buat nc juga yah, udah lama ku tunggu tuh.....XD
    *mau'a*
    #plak

    BalasHapus
  5. @bunda"hahaha~ doakan aku berani membuat keduanya
    @dyah"hahahaha kau ini maunya NC mulu ya LOL
    @uci"LOL yaaa ane cii?
    @yuli nee" hahahah~ nanti ya nee

    BalasHapus

Thanks For Leave A Coment