Selasa, 27 September 2011

Fanfiction 'Ai No Mahou'

Fanfiction

Title       : Ai No Mahou

Genre   : Romance

Ratting  : PG no NC

Author  : Lisa Wulan Novianti

Cast       : Yaotome Hikaru (HSJ), Yamada Ryosuke (HSJ), Aiko Arioka (OC), Yaotome Riisa, Dan segelintir orang lewat.


AI NO MAHOU


“Ahhh, Hika chan. Kau disini? Tidak bekerja?” Tanya Aiko dihadapanku. Sungguh seharunya aku menjauh darinya. Aiko adalah anak perdana mentri dan aku hanya seorang anak biasa yang sudah kehilangan orang tua. Aku dan Aiko memang berteman saat SMA dulu, aku memang dekat dengannya. Begitu seiring berjalannya waktu, aku sadar kalau aku menyukai Aiko, namun sayang perbedaan status kami yang sangat jauh berbeda adalah penghalang aku mendapatkannya.

“Eh, tidak. Aku sedang off. Kau kenapa disini Aiko chan? Bukan kah biasanya kau diistana bersama pengeran Yamada?” Tanyaku padanya yang sedang asik melihat bunga dipekarangan rumahku, rumah ini adalah peninggalan almarhum ottosan dan okaasan. Mereka berdua meninggal akibat serangan dari negri sebrang yang bermusuhan dengan negri ini. Yamada Ryohei adalah raja dinegri kami dan Yamada Ryosuke adalah anaknya, sang pangeran yang gagah, berparas tampan dan memiliki segalanya. Dan menurut kabar burung kalau Ryosuke menyukai Aiko.

“Hmmm, bunga lili ini indah, membuat ku tertarik kemari. Oiya, mana Riisa? Biasanya kalau sore begini dia sedang asik bermain bersama usage dipekarangan ini?” Tanyanya sambil terus memandangi bunga lili putih dipekaranganku. Riisa adalah adikku, harta yang paling berharga yang aku miliki saat ini.

“Ada didalam, sepertinya sedang mengerjakan tugas. Hei, bajumu bagus sekali. Kalau kotor bagaimana?” Tanyaku sedikit berbasa-basi.

“Biarkan saja. Oiya, sudah hampir 2 tahun kita lulus SMA. Aku merindukan masa-masa SMA dulu. Bagaimana dengan kau Hika chan?” Tanyanya membuatku sedikit bingung menjawabnya.

“Hmm, Aku…. Aku….”

“Nani? Dulu kau menyukaiku kan?” Tanyanya membuat aku sedikit tersentak dan gugup tidak karuan.

“Aiko Neechan. Huaahhhh kau mampir kesini. Lihat bunga lilinya sudah mekar dengan sempurna” Riisa datang membawa semangkuk makanan, pasti untukku. Dia tahu sedari tadi aku belum makan. Aku mengambil mangkuk itu dan menyantap makanan ini dimeja depan pekarangan.

“Iya, Arigatou na sudah mau merawat lili ini. Kau sangat baik Riisa chan, sama seperti Hika chan” UCapan Aiko membuatku sedikit tersedak mendengarnya. Terlebih lgi pertanyaan tadi yang belum sempat aku jawab.

“Ah, Un. Oiya, Hika Niichan kan menyukaimu Aiko neechan. Hika niichan terlalu pemalu untuk mengungkapkannya. Maka dari itu aku yang bilang” Dengan polos Riisa mengucapkan kata-kata yang sungguh tidak pernah ingin aku keluarkan dari manapun.

“Hmm, aku juga menyukai Hika chan kok, aku menyukai Hika chan karena Hika chan baik dan manis. Sama seperti mu Riisa chan” Jelas Aiko dengan sangat manis.

Dia bilang dia menyukaiku? Apa harusnya aku nyatakan saja ya kalau aku menyukainya?

Ah tidak, bisa dihajar oleh rakyat dinegri ini, aku harus sadar akan statusku.

“Hmm, Riisa kau bisa buatkan minum untuk Aiko?” Perintahku pada Riisa.

“Tidak usah Hika chan. Aku akan segera pulang. Kapan-kapan aku main lagi. Jyaa” Aiko melambaikan tangannya padaku dan Riisa. Rasanya senang sekali kalau Aiko bisa setiap hari berkunjung untuk sekedar melihat bunga kesayangannya itu atau untuk sekedar bermain dengan Riisa atu kalau bisa dia kemari utnuk bertemu denganku.

=====================================================================================

Hari ini, aku mulai bekerja lagi sebagaipenjaga toko dikedai kecil dipinggiran kota, aku bekerja siang dan malam untuk menghidupi Riisa. Salah satu alasan aku mau bekerja adalah untuk Riisa dan tentunya untuk Aiko, cinta pertama ku.

“Hikaru, sedang apa kau? Bengong saja. Kau kan harusnya membersihkan meja itu” Aku tersentak kaget saat Kou chan menepuk pundakku. Ahh, lagi-lagi aku memikirkna Aiko.

Aku menggangguk dan membersihkan meja bekas pelanggan yang datang kemari.

“Ahh, Aiko” Ucapku dalam hati, tangannya berpaut dengan tangan Ryosuke. Sepertinya memang benar kalau Aiko sudah berjodoh dengan Ryosuke. Aku tersenyum sambil menunjukkan meja yang kosong kepada mereka.

“Mau pesan apa?” Tanyaku pada mereka berdua. Wajah Aiko manis sekali, membuat ku membayangkan hal yang aneh-aneh.

“Semua yang spesial disini” Jelas Ryosuke.

Aku mengagguk dan segera menyiapkan pesanan mereka. Aku terus memperhatikan mereka, mereka bercakap-cakap dengan gembira. Ada banyak tawa dan kegembiraan diantara mereka. Aku hanya bisa pasrah.

Aku mengantarkan makanan itu dengan langkah yang berat. Perlahan ku letakkan makanan satu persatu dimeja besar itu.

“Hika, kau bisa ikut makan bersama kami” Seru Aiko tiba-tiba. Aku tercekat, sedikit kaget.

“Boleh ya Ryochan?” Tanya Aiko sambil tersenyu manis. Aku diam. Ryosuke pun diam. Lalu sebuah gelengan dengan sangat yakin terlihat jelas dari kepala sang pangeran.

Wajah Aiko murung. Tanpa pamit aku meninggalkan mereka.

Lagipula, Aiko ada-ada saja. Mana pantas aku yang hanya seorang pelayan makan satu meja bersama kalian yang memiliki darah bangsawan.

Aku kemnali bekerja, mencoba melupakan kejadian yang benar-benar membuatku kesal, yaaa. Kami orang miskin hanya bisa pasrah saja.

Seusai bekerja aku mampir ditoko takoyaki, berniat membelikan takoyaki untuk Riisa. Dia pasti akan senang jika aku membelikan makanan kesukaannya.

“takoyakinya satu porsi” Pesanku.

“Hika chan, Hika chan” Aku menoleh dan mendapati Aiko dengan gaun indahnya sedikit berlari menghampiriku.

“Jangan berlari, nanti kau terjatuh. Bajumu kan mahal sekali pastinya” Jelasku sambil tersenyum menatapnya yang terlihat sangat manis.

“Gomen nasai. Hontou ni gomen nasai” Ucapnya lalu membungkuk dalam dihadapanku.

Aku membantunya untuk berdiri. Tidak pantas seorang bangsawan seperti dia membungkuk dihadapan rakyat kecil sepertiku.

“Sudah tidak apa-apa. Kau mau kemana?” Tanyaku.

Aiko tersenyum senang. “Aku mau kerumah mu. Boleh?” Tanyanya dengan wajah yang penuh pengharapan.

“Hmmm, baiklah”

Aku dan Aiko berjalan berdampingan. Aku melihat dia sangat kerepotan dengan gaunnya.

“Apa jadi rakyat biasa itu mengasyikan? Pastinya mengasyikan kan? Tidak perlu repot-repot menggunakan gaun seperti ini, kalau mau pergi tinggal pergi saja tidak perlu berbohong agar mendapat izin?” Wajah Aiko murung, aku tahu gadis seperti dia pasti sedang sangat ingin merasakan kebebasan, pergi kemanapun yang dia mau. Melakukan apapun yang ia inginkan.

“Hmm,semua orang menginginkan menjadi bangsawan seperti mu Aiko chan” Jelasku. Yaa, semua juga tahu kalau keluarga bangsawan bisa memiliki semua hal yang kita inginkan.

“Tidak, kau salah Hika chan. Justru aku merasa sangat terkekang. Apa lagi belakangan ini Ryosuke selalu membuntutiku, aku kan merasa terganggu”

Aku tertawa mendengar penjelasannya. “Kenapa? Bukannya kalian berpacaran?” Tanyaku sekaligun mencari kebenaran.

“hahahahaha” Aiko tertawa geli sampai memegang perutnya “Infa dari mana? Aku tidak berpacaran dengannya. Aku menyukai orang lain” Jelasnya.

“Hmm, Siapa?” Tanyaku penasaran.

“Seorang laki-laki yang saat ini ada disampingku” Katanya lalu berlari masuk menuju rumahku.

Jujur, pernyataan tadi membuatku sangat kaget mendengarnya. Sepertinya musim semi datang lebih dulu didalam hatiku.

“Tadaima” Ucapku gugup. Aku malu menatap wajah Aiko yang sudah duduk di ruang tamu kecil kami.

“Okaeri Niichan. Wahhh harum. Pasti takoyaki ya?” Tanya Riisa yang langsung menyambar bungkusanku.

Aku masuk kedalam kamarku, lalu mandi. Ada perasaan yang sangat membuatku ingin berteriak kalau aku menyukai Aiko.

“Huaahhh. Segar sekali. Aku tidak ketinggalan apa yang kalian ceritakan kan?” Tanyaku sedikit basa-basi pada Aiko dan Riisa.

“Tidak, tapi takoyakinya sudah ku habiskan” Jawab Riisa dengan senyumnya yang selalu ingin ku lihat.

“Niichan, Neechan. Aku kedapur sebentar ya. Cucian piring belum kukerjakan” Ucap Riisa lalu meninggalkan aku dan Aiko diruang tamu kecil ini.

Hati ku seperti gunung meletus yang ingin segera meletus, aku sungguh malu untuk berbicara sepatah kata pun.

“Ano” Ucap kami bersamaan.

“Kau dulu” Kata Aiko dengan wajah yang merona.

“Kau dulu saja” Ucapku dengan wajah yang kurasa juga tak kalah malu darinya.

“Kau dulu. Kau kan laki-laki” Jelasnya sambil membuang pandangannya, menunduk menyembunyikan wajahnya.

“Dimana-mana perempuan yang harus didulukna. Baiklah aku dulu” Jawabku mengalah.

Astaga. Gunung berapi didalam hatiku rasanya sudah benar-benar mengeluarkan larva cintanya.

“Ahh, Aiko, Kimi ga daisuki” Ucapku dengan lembut dan malu.

“Ahh, akhirnya kau ucapkan juga kata-kata yang selalu ku tunggu keluar dari bibirmu. Daisuki mo” Jawabya dengan senyum termanis  yang pernah ku lihat.

=====================================================================================

Hari ini, hari minggu, aku, Riisa dan Aiko sudah berjanji untuk menanam bibit bunga baru dihalaman rumah kami. Kami janjian pukul 10.00 tapi sudah hampir pukul 11 Aiko belum datang juga.

“Niichan, dimana Aiko Neechan?” Tanya Riisa yang sudah siap dengan peralatan berkebunnya.

“Aku tidak tahu. Kita tunggu saja” Jawabku.

Aku dan Riisa menunggu didepan halaman, sambil duduk dan menikmati segelas es lemon buatan Riisa yang sudah dia persiapkan sedari tadi.

“Aku mencintaimu Ryosuke, sangat mencintaimu” Aku mendengar suara Aiko sekilas semakin lama semakin jelas.

Selang beberapa detik kemudia aku melihat mereka berjalan berdua. Membuat ku kaget bukan kepalang. Aku merasa kecewa. Aku tersenyum, ku lihat wajah Riisa sedikit bersedih.

“Niichan” Ucap Riisa dengan lirih. Aku tersenyum lagi, lalu memeluknya.

“Biarkan. Mereka pantas bersama” Riisa menyenderkan kepalanya dibahuku. Perlahan air matanya terjatuh. Dia sudah menjadi peti rahasia ku selama hidupku. Dia tahu segalanya tentangku. Riisa juga pasti mengerti bagaimana perasaanku melihat mereka beruda. Tapi aku ini laki-laki, tak pantas menagis.

“Aku akan selalu bersama mu Ryosuke” Suara Aiko terdengar jelas saat dia melewati depan rumah kami.

“Aiko Neechan. Kau kan sudah punya janji dengan kami” Teriak Riisa.

“kau siapa ya? Beraninya memanggil nama ku, kau tidak tahu siapa aku ini?” Jawab Aiko dengan culas.

Ini bukan Aiko, tidak mungkin Aiko bisa sekasar itu dengan Riisa. Aku tahu ini bukan Aiko, ada yang tidak beres dengan Aiko.

“Niichan, kau melihatnya kan? Kau mendengarnya kan? Apa yang diucapkan oleh Aiko neechan itu seperti bukan dia” Jelas Riisa sambil mengguncang tubuhku.

Aku tersenyum “Memangnya kalau itu dia asli kita mau apa? Apa yang bisa kita perbuat?” Tanyaku pasrah.

“Kau ini bodoh! Kau yang bilang untuk tidak mudah pasrah, kenapa jawabanmu seperti orang putus asa hah?” Bentak Riisa didepan wajahku. Sifatnya memang seperti Ottosan. Tidak mudah putus asa dan selalu semangat.

Aku tersenyum lagi, aku mengerti maksudnya. “Sudah. Aku rela kok kalau memang Aiko itu bukan jodohku” Jelasku lagi.

“Bodoh! Jodoh mana penting. Yang penting itu pertemanan. Meskipun kau bukan berjodoh dengan Aiko neechan. Tapi aku masih mau berteman dengannya. Dan aku tidak rela kalau dia tiba-tiba berbuat seperti itu. Itu buna dia Niichan!!!!!” Bentaknya lagi. Kali ini aku sedikit marah karena dia membentakku.

Tapi aku tahu, Riisa benar. Jodoh memang tidak terlalu penting tapi pertemanalah yang penting.

Tapi aku juga mencintai Aiko. TT.TT

=====================================================================================

RIISA POV

Aku berjalan, masih menggunakan seragamku, cucian piring sudah menumpuk dirumah pagi ini pelajaran semuanya membosankan, tapi aku sedang kesal jadi aku belajar dengan sunguh-sungguh supaya bisa membalas dendam.

“Kalian datang lagi kedukun itu dan minta lagi serbuk itu. Cepat laksanakan” Aku mendengar seseorang memerintah dari tepi semak belukar dekat jalan yang sedang kulewati. Mengundang aku yang memiliki rasa penasaran besar ini untuk mencari tahu.

Ku langkahkan kaki ku perlahan menuju semak itu. Yamada Ryosuke? Tanyaku dalam hati. Sedang apa dia? Aku masih menunggu, karena tidak ada apapun yang dia lakukan.

“Ini tuan, ingat jika sedang bersama Aiko jangan sampai tuan terkena oleh madu. Karena madu akan memusnahkan semua mantra sihirnya” Jelas seorang pengawalnya.

Mereka bertiga pergi tanpa mengetahui kedatanganku. Madu? Aiko? Mantra? Sihir? Hati dan pikiranku melayang-layang memikirkan semua yang diperingatkan orang tadi. Ada apa sebenarnya?

Aku melanjutkan perjalanan pulangku. Sesampainya dirumahku aku melihat Niichan sudah duduk dimeja makan.

“Kok sudah pulang?” Tanyaku heran.

“Aku dipecat” Ucapnya lirih. Lalu murung.

“kenapa bisa? Kau melakukan kesalahan apa sehingga dipecat?” Tanya ku menusuri.

“Yamada Ryosukelah penyebabnya” Jawabnya lalu memasukkan sesendok nasi kare sisa kemarin kedalam mulutnya.

Hmmm, otakku bekerja, kata-kata pengawal tadi masih jelas sekali terekam didalam otakku.

“Niichan, kau masih percaya sihir?” Tanyaku.

Hika Niichan menggelang. “Sihir itu hanya dongeng” Jelasnya.

Aku tersenyum. “Kau harus mencium Aiko Neechan saat dia sedang bersama dengan Ryosuke. Maka Aiko Neechan akan terlepas dari sihirnya” Jelasku.

“Nani? Seperti dinegri dongeng saja” Protesnya lalu tertawa dengan kencang.

Aku berniat membohongi dia, aku akan menumpahkan madu saat mereka bersama kenapa malah tidak mempan. Hika Niichan kau terlalu susah untuk dibohongi -______-

“Memangnya kau tahu dari mana?” Tanyanya penasaran.

Aku menceritakan semua yang ku dengar tadi, tapi semuanya ku rubah. Aku tidak akan membiarkan Hika Niichan mengetahui yang sebenarnya. Dan akhirnya dia percaya

“Hmm, benarkah? Kalau tidak bisa bagaimana?” Tanyanya ragu.

“Percayalah padaku” Jelasku lalu melakukan wink kearahnya. Hika niichan tersenyum, syukurlah kalau aku berhasi; membuatnya tenang.

=====================================================================================

“Katakan, kau mencintaiku Aiko” Aku melihat mereka lewat didepan rumahku. Aku member isyarat tanda okay kearah Hika Niichan. Aku berharap Hika niichan bisa tahan oleh panas api cemburu.

“Iyaa, aku mencintaimu Ryo chan” Ucap Aiko Neechan. Sejujurnya aku ingin sekali menggorok leher Ryosuke, orang yang benar-benar bodoh itu.

Aku menggenggam sebotol madu yang ku beli sepulang sekolah.

“Aiko Neechan” Panggilku dari dalam pekarangan.

“Dare?” Tanya Aiko Neechan sambil melihat sekeliling mencari dimana asal suara yang memanggilnya.

Perlahan aku mengendap-ngendap kearah Ryosuke. Lalu dengan hitungan yang cepat Hika Niichan mencium bibir Aiko Neechan, dan aku menumpahkan sebotol madu yang kubawa tepat diatas kepala Ryosuke.

“Ahhhh, Chigauuuu” Teriak Ryosuke dengan panik. Dan dengan cepatpun dia berlari meningglkan Aiko Neechan.

Aku melihat Aiko Neechan dan Hika niichan masih asik berciuman. Apa mereka menikamtinya? -___- Sungguh terlalu.

“Ahhh. Gomen nasai” Teriak Hika Niichan dengan panic dan malu. Wajah mereka beruda memerah.

“Sedang apa aku disini?” Tanya Aiko Neechan tidak sadar.

Aku hanya terdiam, tidak berani berkata apapun, takut salah paham dan nanti malah jadi salah sasaran. Kami bertiga terdiam lalu semuanya pecah saat Ryosuke dan beberapa pengawalnya datang. Aku, Hika niichan dan Aiko Neechan saling pandang. Pasti sesuatu yang buruk akan terjadi.

Dengan cepat Ryosuke membungkuk didepan kami bertiga. Begitu juga dengan pengawalnya.

“Hontou ni gomen nasai. Aku benar-benar minta maaf padamu Hikaru” Ucap Ryosuke pada Hika Niichan.

“Kenapa?” Tanya Hika niichan bingung. “Kenapa kau begitu iri denganku? Sampai-sampai kau menyihir Aiko? Sadarlah Ryosuke, banyak wanita yang menginginkanmu. Jodoh itu sudah diatur Ryosuke” Jelas Hika Niichan, aku tersenyum mendengar penjelasannya.

Dengan sigap Ryosuke memeluk Hika niichan dan menangis dalam pelukannya. Aku merasa bagahiga saat seserorang sadar akan kesalahan yang dia perbuat. Hidup itu hanya ada dua pilihan, baik dan buruk. Semuanya kembali kepada kita mau memilih yang baik atau yang buruk?

======================================================================================

Lonceng gereja terdengar dengan merdu, mengiringi pembelai wanita memasuki lorong gereja dengan senyum yang indah, awalnya Hika Niichan tidak pernah tahu kalau kedua orang tua Aiko merestui mereka. Sekarang Hika Niichan sudah menjadi orang yang sukses, dia memiliki kedai takoyaki yang tersohor dinegri kami. Negri Johnnys ini. Saat pengantin wanita sampai ditempat sakral itu, dan janji suci nan abadi terucap untuk selamanya. Disaat itu juga Hika Niichan mencium bibir Aiko Neechan dengan penuh kasih dan sayang. Andai Okaasan dan Ottosan ada disini, menyaksikan kejadian yang sungguh langka dalam kehidupan ini. Tapi aku yakin Okaasan dan Ottosan melihat anak mereka dari surga sana. Dan aku yakin mereka pasti tersenyum bahagia karenanya.

END~

Maaf mengecewakan deh pastinya TT.TT

1 komentar:

Thanks For Leave A Coment