Jumat, 09 September 2011

Fanfiction 'Isshouni'

Fanfiction

Tittle       : Isshouni

Genre     : Romance, Fantasi

Ratting  : PG

Author  : Lisa Wulan Novianti

Cast        : Shigeoka Daiki (7WEST), Okamoto Yuven (OC) dan segelintiran orang lewat.


Isshouni


“Apa? Aku yang harus memimpin?” Aku menggebrak meja dan berdiri, benar-benar tidak setuju kalau harus aku yang menjadi pemimpin untuk menyelamatkan negri ini. Aku tinggal di negri lana 7 kira. Negri yang kaya dan makmur namun setiap windu akan terjadi badai besar, tsunami dan hujan bola api. Kejadian itu disebabkan oleh ratu penyihir dari negri sebrang. Dia sama sekali tidak mempunyai pengikut. Tetapi pengikutnya dari jenis hantu dan semacamnya sangat banyak. Ratu penyihir itu memiliki ilmu hitam yang sangat tinggi.

“Tapi Yuven, hanya kamu satu-satunya keturunan kandung okaasan dan ottosan” Ucap lelaki yang sudah cukup tua namun masih sangat terlihat gagah, aku tak pernah membangkang. Namun tidak saat ini.

“Tapi Otosama. Aku ini wanita. Memangnya tidak ada prajurid lain apa? Wanita tak pantas untuk mengahdapi mereka” Jelasku lagi. Mencari beribu-ribu alasan untuk membatalkan rencana Ottosan.

“Hanya kau satu-satunya keturunan kami nak” Okaasan sekarang malah membela Ottosan. Harunya dia sebagai wanita bisa mengeti perasaanku.

“Tidak. Sekali tidak ya tidak” Aku meninggalkan ruang pertemuan ini tanpa pamit. Masa bodoh aku akan di bicarakan oleh semua petinggri negri.

Aku terus berjalan menusuri lorong istana yang megah namun membosankan. Sebagai anak raja aku tidak pernah bisa bermain. Menjadi suatu yang membosankan bagi diriku. Aku ingin bisa melihat seluruh isi keindahan alam negri kami yang indah ini. Tapi Okaasan selalu bilang ‘kau ini anak raja. Tak boleh main diluar’ apa bedanya anak raja dan anak rakyat biasa?

“Chotto, Tuan Putri Yuven” Seorang laki-laki member hormat dengan jubah merahnya dihadapanku.

“Ada apa?” Jawabku datar. Tebakku aku haru kembali ketempat pertemuan itu lagi. Tidak mau dan tidak akan.

“Apa pantas seorang Tuan Putri mementingkan dirinya sendiri? Negri ini membutuhkanmu Tuan Putri” Jelasnya sambil menunduk. Wajah lelaki itu hanya terlihat samar dari posisiku.

“Siapa kau? Berani sekali dengan ku. dasar bodoh” Bentakku.

Baru saja dia akan mengatakan sesuatu dari bibirnya. Aku sudah pergi meninggalkannya. Malas meladeni seseorang yang sama bodohnya dengan Ottosan.

Aku mengurung diri dikamar yang begitu besar tapi benar-benar membosankan. Dari kecil tempat ku bermain hanya kamar,istana,istana,kamar, siklus hidup yang benar-benar membuat gila.

Tok. Tok. Tok.

“Yuven, ini Okaasan. Cepat buka pintunya. Kami mau bicara” Aku mendengar suara Okaasan. Pasti bukan hanya ada Okaasan. Pasti ada Ottosan dan orang-orang yang ingin membuatku tertawa geli.

“Masuk saja tidak dikunci” Ucapku datar dan perlahan pintu kamarkupun terbuka.

“Ano, Tuan Putri, bagaimana ucapanku tadi?” Tanya seseorang dengan baju jubah yang keren tapi benar-benar membuatku ingin tertawa.

“Apa? Kau siapa?” Tanyaku.

“Aku yang tadi berbicara dengan anda dilorong” Jawab laki-laki itu dengan sopan. Sangat lembut. Aku sedikit berfikir. Mencoba mengingat lelaki yang tadi.

“Oh iya. Hahaha. Hmm, ucapan apa?” Tanya ku yang sudah lupa.

“Hanya Tuan putri yang dapat membantu kami. Karena sihir itu hanya bisa dimusnahkan oleh keturunan asli dari keturunan ketujuh. Raja Kenichi adalah turunan ketujuh dan andalah anaknya, turunan kedelapan. Ku mohon” Ucapnya dengan nada yang begitu menyayat hati membuat ku lagi-lagi ingin tertawa. Tapi tampang laki-laki itu manus juga.

“Siapa namamu?” Tanyaku dengan tegas.

“Shigeoka Daiki desu” Jawabnya dengan sopan. Awas saja kalau dia tidak menjawab dengan sopan ku hajar dia.

“Hmmm, Shige. Ucapanmu juga ada benarnya. Baiklah. Aku akan berusaha” Ucapku lalu tersenyum.

“Arigatou. Arigatou” Ucapnya dengan senang.

Hmm, lelaki itu namanya Shige. Cukup tangguh. Berani berkata dengan baik dan sopan, wajanya juga manis, tatapan matanya tenang. Shige ya.

==============================================================================

“Jadi kau ini kepala prajurid sini? Aku tak peranh tau ya” Ucapku dengan lembut. Kami sedang berdua diatas menara. Mengatur strategi agar kami bisa menumpaskan ratu sihir bodoh itu.

“Iya Tuan putri. Lalu bagaimana bisa kita menumpaskan. Kalau kita sendiri tidak punya pedang dari berbagai penjuruh angin itu?” Tanyanya dengan tampang yang sedikit bingung.

“Oh, pedang itu. Kau tidak tahu kalau kerajaan punya tiga dari empat pedang itu. Hanya satu yang belum. Pedang WEST. Kami belum mendapatkannya. Satu hal lagi jangan panggil aku tuan putrid” Ucapku sambil memandang kearah luar istana.

“Lalu aku harus memanggilmu apa?”

“Yuven. Hanya Yuven” Jelasku.

“Hmm, baiklah tuan. Eh Yuven” Ucapnya polos.

Shige sosok yang menyenangkan, tenang dan pemberani. Dia berani berbuat apa untuk negri ini. Jarang sekali aku menemukan seseorang seperti ini.

Aku dan Shige mengatur bagaimana kami bisa mendapatkan pedang WEST. Yang kami tahu pedang itu terletak di gunung naga. Dan naga yang menjaganya bernaka naga Shinpei. Naga yang cukup menyeramkan. Kabarnya siapapun yang mencoba mengambilnya tidak akan kembali.

“Baiklah, besok aku akan bejuang mengambil pedang itu” Begitu ucapan Shige dengan penuh semangat.

Bagus sekali sifat lelaki ini, padahal umurnya masih muda dan tidak berbanding jauh dengan ku.

==============================================================================

#SHIGE POV#

“Kau menyukai Tuan Putri Yuven ya Shige chan?” Ryusei yang lagi asik membaca buku tiba-tiba saja membuyarkan lamunanku.

“Suka juga itu sesuatu yangtidak mungkin. Kau tahu itulah” Jelasku. Kami memiliki pperbedaan satatu sosial yang tinggi bukan? Aku hanya rakyat biasa dan dia seorang Putri.

“Tidak ada yang tidak mungkin kan Shige. Lagi pula kau ini memiliki jabatan yang tinggi. Suatu hal yang mudah untuk mendapatkan tuan putri” Jelas Ryusei.

Aku tertawa. “Entahlah. Aku sedang tidak memikirkan papun. Yang ku pikirkan hanya negri ini. Negri lana 7 kira” Jelasku. Memang segalanya lebih penting dari keamanan negri ini. Bila perlu aku akan mengorbankan apapun demi negri ini, walau sampai jarus nyawaku korbannya.

Semenjak Okaasan pergi, dan beberapa hari kemudian aku dinobatkan menjadi kepala prajurit negri ini, aku merasa mempunyai amanah yang harus benar-benar ku pegang dengan teguh.

==============================================================================

Hari ini, adalah hari yang tepat bagi ku untuk merebut pedang west dari sang naga. Nanti malam adalah bulan purnama. Saat bulan purnama, negri kami akan tersinari oleh bulan sehingga begitu benderang. Hanya sinar dari bulan purnamalah yang bisa menyilaukan mata naga Shinpei, mata adalah titik lemah dari naga Shinpei. Aku berjanji akan mendapatkan pedang itu dan menjaga keamanan dinegri ini.

“Kau akan pergi sekarang” Ucap Raja padaku.

Aku mengagguk dengan pasti dan menyiapkan pedangku. Senjata turun menurun keluarga kami.

Aku berjalan, hari sudah mulai petang. Apapun yang terjadi, kembali atau tidak aku pasti akan melakukan yang terbaik untuk negri ini.

“Shige chan. Shige chan” Aku memberhentikan langkah ku. itu tuan putri.

“Doushita Yuven chan?”

“Kau mau pergi? Hati-hati” Ucapnya lalu mencium pipi kananku. Membuat aku terpaku.

Dia tersenyum, “Jaga diri baik-baik. Aku tak mau ikut andil kalau tak ada kau” Jelasnya.

“Baik” Ucapku lalu meninggalkannya.

Ciuman dipipi ku tadi itu berati kah dia menyukaiku? Ah, sungguh tidak mungkin. Aku hanya rakyat biasa. Dan sungguh tidak pantas untuk tuan Putri. Lagi pula aku tidak boleh memikirkan apapun. Kali ini aku harus berjuang. Ganbarimasu.

==============================================================================

Kalau aku harus mati melawan naga Shinpei, aku akan rela. Asalkan pedang itu sudah jatuh ketanganku. Aku terus berjuang melawannya. Berkali-kali aku menusukkan pedang ketubuhnya, Naga ini sangat kuat. Demi Otto san, Okaasan dan negri ini aku akan berjuang. Naga Shinpei mengibaskan ekornya yang berduri mengenai lenganku. Saat ini lenganku sudah penuh dengan darah. Aku merasa kesakita sekali. Demi negri ini aku akan berjuang. Aku menusukkan pedang ku kearah mata Naga Shinpei. Naga itu meringis kesakitan. Matanya keluar darah. Membuat dia semakin tak terkendali. Aku turun ke arah sarangnya, mengambil pedang terakhir yang harus ada. Naga itu sudah tergolek lemas. Dia sama sekali tak memberikan perlawanan. Dengan mudah aku mengambilnya. Yatta!

Aku bisa selamat dan pedang pun sudah ditanganku. Aku akan pulang keistana dan bersiap melawan penyihir itu, dengan Putri Yuven, kami akan berjuang bersama.

“Kau berhasil, hebat sekali” Puji sang Raja di aula besar istana. Dari kejauhan aku melihat Putri Yuven tersenyum manis, tampak sangat cantik dengan gaun istanannya.

Aku mendengar puja-puji tentang diriku yang sudah mendapatkan pedang terakhir. Aku merasa bangga sekaligus senang.

“Kau hebat ya. Awas saja kalau kau tidak kembali. Aku tidak akan mau ikut andil” Ucap Putri Yuven dengan manja.

“Hmm, aku tidak akan meninggalkan mu Yuven chan. Kau ini manja sekali ya” Ucapku lalu tersenyum.

“Biar saja”. Balasnya.

Putri Yuven, jangan salahkan aku jika aku menyukaimu ya. Dan ku mohon maafkan aku jika aku benar-benar menyukaimu. Kau telah mencuri hatiku Putri Yuven.

“Yuven chan. Malam ini kau tampak manis” Pujiku ditengah terang bintang dan bulan.

“Hah? Aku manis? Kau pikir aku ini gula. Dasar bodoh” Ucapnya salah tingkah.

Aku hanya tersenyum, melihat wajahn cemberutnya. Manis sekali.

==============================================================================

Satu minggu lagi perlawanan kami untuk menyerang penyihir itu akan dilaksanakan. Semua prajurit termasuk aku mempersiapkan persiapan kami untuk melawan mereka. Ini waktu yang sangat tepat. Terlebih Putri Yuven adalah turunan kedelapan.

“Kau siap Yuven chan?” Tanya ku sambil menatap Putri Yuven.

Dia mengagguk dengan pasti.

“Dengar semuanya. Putri Yuven sudah memenuhi janjinya untuk ikut andil bersama kami. Jadi ku mohon semuanya. Apapun yang terjadi kalian haru menjaga Putri Yuven” Perintahku pada semua pasukanku.

“Yuven chan, aku akan selalu melindungimu, percayalah. Jangan pernah takut jika kau berada disisiku” Bisikku ditelinga Putri Yuven.

“Baik” Ucapnya dengan tegas.

Kami semua pergi meninggalkan istana dengan kuda yang kami tunggangi masing-masing. Dengan perasaan dan semangat yang ada didalam diri kami. Aku tak membiarkan Putri Yuven menunggang kudanya sendiri. Aku memboncengnya. Entah ada berapa pasang mata yang melihat kami sedari tadi.

“Aku takut Shige chan” Bisik Putri Yuven lalu memeluk erat pingangku.

“Jangan takut. Kita akan selalu bersama Yuven chan”

Perjalanan sudah semakin dekat dengan negri penyihir itu. Sudah beberapa kali kami dihadang oleh pasukan hantu miliknya. Tapi kami berhasil melawannya dengan mudah.

“Penyihir. Keluarlah” Seru ku saat sudah berada tepat dirumah penyihir ini. Negri yang gersang tanpa ada satupun pepohonan dan kehidupan disana.

Aku tak mendengar jawaban apapun dari dalam rumah itu. Ku rasa dia takut. Aku turun dari kuda ku, meninggalkan Putri Yuven untuk mendobrak pintu rumah itu.

“Diam disini” Perintahku pada Putri Yuven.

Dia mengagguk, mengikuti perintahku.

“Kau takut ya? Cepat keluar” Teriakku dari luar rumah penyihir itu.

Brraaaaakkkk

Aku menendang pintu kayu itu. Dan dengan mudah juga pintu itu terbuka. KOSONG.

Tak ada siapapun disana.

“Toolllooonnnggg” Teriak seseorang dari luar rumah.

Itu Putri Yuven.

“Lepaskan dia cepat. Penyihir bodoh” Perintahku lalu mengeluarkan pedangku. Semua prajurit sudah musnah olehnya dalam sekejap. Penyihir bodoh.

“Tidak akan. Sihlakan ambil kalau kau bisa” Ucapnya.

Dia mengayunkan tongkatnya kearah Putri Yuven dan Kini Putri Yuven sudah berada didalam peti kaca yang berisi air.

Aku melihat wajah Putri Yuven yang sangat ketakutan, meski matanya tertutup rapat.

“Dia tidak mati. Jika aku mati, gelas ini akan pecah” Jelas penyihir tersebut.

Amarah ku sudah memuncak. Bukan hanya dia sudah membuat negri kami selalu kesusahan, tapi kini Putri Yuven disandranya. Bagaimana ini? Bukannya yang biasa menggunakan pedang ini hanya keturunan kedelapan?  Dan Putri Yuven sedang disandera. Tak perduli. Aku akan menghabisinya dengan pedang ku sendiri.

“Aku akan membunuhmu dengan tanganku” Ucapku.

Aku mengambil pedang ku. Aku berlari dengan segenap kekuatan ku dan kutebaskan kearah tubuh penyihir itu. Sekejap penyihir itu musnah dan kaca itu pecah. Menjatuhkan Putri Yuven yang ada didalamnya.

“Bangun Yuven chan. Bangun. Ku mohon. aku menyayangimu. Aku menyukaimu. Ku mohon bangun” Aku mendekat tubuh kecil Putri Yuven yang terasa dingin dan kaku. Tubuhnya masih tidak bergerak.

“Ku mohon Tuhan, Yuven chan. Bangun” Aku masih mendekap, tak terasa Air mataku terjatuh, untuk pertama kalinya aku menyukai seseorang dan apakah orang tersebut harus pergi? Dunia ini kejam sekali TT.TT

“Izinkan aku menciummu Yuven chan” Aku mencium bibir mungil Yuven, sedikit memberinya nafas buatan. Aku malu dan takut.

“Uhhuuhuk” Aku mendengar suara dari bibir ini. Aku mengguncang tubuh Putri Yuven sedikit.

Dia sadar. Pandangannya nanar menatapku. Dengan cepat dia bangkit dan memeluk tubuhku.

“Aku menyukai mu Shige. Aku menyukaimu” Ucapnya dengan lirih.

Aku membalas pelukanku dan mencium keningnya.

“Aku juga menyukaimu. Berjanjilah kau akan selalu disisi ku. aku berjanji tak akan meninggalkan mu” Ucapku.

Kami pulang keistana dengan hati yang bahagia. Kini aku sudah menyatakannya. Tak perduli aku ini siapa. Cinta bukan soal harta iya kan? Cinta itu anugerah dan harus dijaga. Aku mencintai Yuven chan. Dan dia juga menyukaiku. Apapun yang terjadi kami akan mencaga cinta kami.

Sorak-sorak ramai terdengar jelas di aula besar. Ada banyak orang dari negri ini yang datang. Aku melihat wajah Raja yang bangga dan tersenyum yang benar-benar mengembang. Begitu aku sampai didepan podium dia memelukku. Sejujurnya aku merasa takut untuk hal ini.

“Ottosan. Aku ingin menikah. Hanya dengan Shige” Ucap Putri Yuven disela-sela keramaian sorak-sorak warga.

“Kenapa?” Tanya Raja yang membatalkan pengumumannya.

“Kenapa?” Tanya sang Ratu yang kini sudah berada didekat Raja.

Aku menunduk, selama ini seorang Putri atau Pangeran akan menikah dengan yang sederajat. Tidak seperti aku.

“Karena aku mencintai Shige” Jawab Putri Yuven dengan tegas.

“Yuven, anakku. Kami merestuinya” Sang Ratu mengatakan dengan jelas dan lantang. Aku melihat senyum Yuven mengembang, begitu indah dan manis.

Malam itu, menjadi kemenangan yang sangat dinantikan negri lana 7 kira. Meskipun semua prajutit ku mati, aku sedikit sedih. Namun aku bangga penyihir itu mati ditanganku. Dan aku menjamin kalau negri kami akan aman selamanya, dan yang terpenting lagi sekarang aku bisa meminang Putri Yuven. Seorang Putri yang begitu indah dimataku, sifat manjanya, sifat frontalnya, kasihnya, aku mencintaimu apa adanya Yuven chan. Dan aku berjanji akan menjaga cinta kita, aku juga berjanji akan menjaga negri ini untuk semua warga, kita dan anak-anak kita kelak nanti.

END~

Horrreeeeee. Komen ya~ Komen ya~ LOL

Gaze. Buatnya nga lama ini. Gomen kalo bener-bener gaze. My fantasi FF. always gaze.

2 komentar:

  1. suka ama ceritanya... ^^
    tapi berhubung saia gak tahu shige ini yang mana...
    yang kebayang adalah wajah Shigeaki Katou nya NEWS...
    wakakakak..
    kamu emang bagus kalo bikin fantasi...hehhee..
    ^^

    BalasHapus

Thanks For Leave A Coment