Senin, 22 Agustus 2011

Fanfiction 'Who Are You?'

Fanfiction

Title                 : Who Are You?

Genre              : Romance Fantasi

Ratting            : PG *masih puasa

Author            : Lisa Wulan Novianti

Cast                   : Keito Okamoto (HSJ),



Morimoto Lisa (OC)

WHO ARE YOU?


Ohayou. Ohayou. Ohayou. Ohayoooooooooooouuuuuuuuuuuuu.

Aku membuka mata ku yang rasanya masih ingin merapat, aku mencari dimana ponselku yang sedari tadi berbunyi dengan nyaringnya, menngucapkan kata “ohayou” berkali-kali. Aku tahu ini bukan hari libur, dan aku harus pergi sekolah. Tapi harusnya ada sedikit waktu tenggang. Aku baru saja pindah di kota kecil di Osaka. Perlahan ku seret tubuh ku menuju kamar mandi, tenyata air dikota ini dapat membangunkan ku yang masih setengah nyawa terbangun. Kota ini tak seperti di Tokyo, tidak ada café-café yang biasa disinggahi anak-anak muda seperti ku, tidak ada departemen store, aku tahu, tinggal dikota ini akan membosankan.

Namun, meski begitu aku cukup terhibur dengan keramahan penduduk disekitar sini, padahal kami baru saja pindah kemarin, tapi banya warga yang tidak segan untuk menyapa dan tersenyum, berbeda dengan di Tokyo, kebanyakan orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sampai lupa menyapa dan bertutur senyum.

Sejak kepergian Ottasama, lima bulan yang lalu Okaasama membanting tulang demi menghidupuku, Rumah sakit tempat Okaasama bekerja menugaskannya bekerja disini dengan jajni kenaikan panggkat dan rumah temoat tinggal yang nyaman, tentu saja tawaran itu tidak disia-siakan oleh Okaasama, terlebih biaya hidup disini tidak sebesar di Tokyo tentunya.

Hari pertamaku bersekolah dilalui oleh serangkaian pelajaran yang tidak kalah susahnya dengan sekolah ku di Tokyo dulu. Otakku sudah cukup dibuat kelelahan oleh pelajaran, terlebih lagi bayangan masakan Okaasama sudah menari-nari dalam otakku, namun ku rasa perutku harus sedikit bersabar, karena aku baru saja menemukan toko kecil diujung jalan yang tidak jauh dari sekolahku.

Tidak ada papan atau apapun, hanya sehelay spanduk kecil yang bertuliskan “Toko Buku Ganbate” nama yang aneh pikirku. Setengah tidak percaya, aku menarik langkah ku kedalam toko buku ini.

“Hmm, akhirnya kutemukan juga tempat yang asik di kota ini” Ucapku dalam hati sambil terus menuisuri tiap jengkal toko buku ini.

Toko buku ini berada diantara dua buah bangunan tua yang mengapitnya dari kanan dan kiri, membuatnya tampak seperti gudang tua dari bangunan yang besar tersebut.

Namun, semua itu berubah ketika aku dibuatnya tabjuk akan kelengkapan buku yang ada disini. Tak habis fikir, buku-buku ditempat ini lebih banyak dan lengkap dari toko buku yang cukup besar di Tokyo. Banyak sekali koleksi fiksi disini, aku memang penggila fiksi, membaca rangkaian kalimat yang penuh imajinasi menurutku lebih menarik dibanding berbelanja baju dan pernak pernik seperti layaknya gadis seusia ku. ditempat ini buku-buku fiksi lama dapat aku dapatkan dengan mudah.

“Sumimasen, bisa ku lihat buku yang sedang kamu baca?” Ucapku kepada seorang pemuda yang sedang asik membaca buku fiksi dengan judul yang sangat ku kenal.

Lelaki yang ku pikir sebaya dengan ku itu memindahkan pandangannya, memanadang ku beberapa detik lalu kembali tenggelam dengan dunianya, sama seperti ku yang tidak pernah ingin diganggu saat membaca. Tapi untuk yang satu ini aku tidak mau menyerah, Fikisi karya Din Tegoshi volume.1  itu sangat susah didapat hampir saja aku putus asa karena tidak mendapatkannya di Tokyo. Aku tak mau kehilangan harapan, aku terus menunggung. Semenit, dua menit, sepuluh menit,. Pemuda yang menggunakan jaket kulit dan sarung tangan hitam itu sama sekali tidak sadar bahwa ada gadis manis yang sedang menunggunya berbicara.

“Watashi Lisa desu” Aku membunggkuk didepannya mengajaknya berkenalan.

“Keito” Suara yang berat keluar dari dalam mulutnya.

Akhirnya terlontar kata-kata dari dalam mulutnya meski kata-kata yang keluar tak seperti yang kuharapkan , kata-kata itu singkat sekali. Benar-benar dingin, dengan rambut hitam, dada yang bidang dan kulit yang putih serta mata yang hampir tidak terlihat alias sipit namun pandangannya yang tajam membuatku terpaku sejenak. Tatapannya seakan menyimpan misteri, namun entah apa itu.

“Kalau kamu tidak keberatan boleh beuku itu ku beli?” Tanya ku agar dia merelakan buku yang hanya tinggal satu-satunya itu. Buku buatan Din Tegoshi memang selalu laku terjual, dia memang penulis yang hebat.

“Tidak” Dia menjawab hanya dengan satu kata.

“Kenapa tidak boleh?” Tanya ku penasaran.

“Buku ini tidak akan ku berikan pada seseorang yang menganggapnya sebagai hiburan saja” Kali ini dia menjawab bukan hanya satu kata melainkan satu kalimat yang lumayan panjang, namun kalimat ini membuatku berfikir lebih keras untuk mencernanya.

“Siapa bilang aku hanya mengaggapnya sebagai sebuah hiburan? Menurutku mambaca rangkaian kalimat yang penuh imajimasi itu menyenangkan, karena semua kenyataan berawal dari imajinasi bukan?”

Lelaki itu tidak berbicara, namuan raut wajahnya sedikit bingung mendengar pernyataan ku tadi.

“Kamu membeli buku yang lain saja” Ucapnya lalu beranjak dari meja dan menuju kasir lalu membayarnya dan membawa buku karangan Din Tegoshi itu pergi.

==============================================================================

Hampir sebulan setelah aku mengenal kota ini dan toko buku ini, toko buku yang hampir setiap akhir pekan aku kunjungin. Setiap kali aku temui sosok Keito disini, tidak sulit menemukannya diantara tumpukan buku yang menjulang tinggi, dialah laki-laki yang selalu memakai jaket kulit dan sarung tangan, hanya dia ku rasa lelaki yang keluar dengan gaya yang sama.

Tetapi kenapa semua keanehan tentang Keito begitu saja sirna ketika aku melihat wajah tampannya yang dingin dan penuh misteri.

Sabtu ini aku mampir ketoko buku dan cuaca hari ini terasa lebih panas dari biasanya. Matahati sepertinya tidak mau diajak berkompromi dan dapat ku rasakan butiran-butiran keringatku berjatuhan membuat ku ingin segera sampai dirumah.

Tiba-tiba saja dua orang berbadan besar menghadang ku.

“Hei, Serahkan tasmu” Ucap mereka sambil menodongkan pisau kepadaku.

Aku mulai panik, tidak tahu harus berbuat apa.

“Tolong, Tolong” Seruku, namun sayang seseorang menutup mulutku.

Aku semakin tidak bisa berteriak dan bergerak.

“Hentikan” Seru Keito yang muncul didepanku. Dalam hitungan detik perkelahian besar pun berlangsung.

Hampir saja seseorang menikam Keito dari belakang, namun Keito berhasil menghadangnya. Dan seketika itupun semuanya beku menjadi es dalam satu sentuhan.

“Kuantar kau sampai rumah dan jangan katakan pada siapapun” Ucapnya dengan nada yang datar. Satu hal yang kulihat berbeda tadi dia melepaskan sarung tangannya.

==========================================================================

Sabtu ini seperti biasa, aku mengunjungi toko buku lagi. Aku membuatkan sekotak kue kering untuk Keito sebagai tanda terimakasih tentunya. Tak habis pikir, hari ini Keito bersikap lebih ramah kepadaku. Bahkan sekotak kue yang kuberikan padanya diterimanya dengan senyum yang tergaris dibibirnya. Kamisama, Keito terlihat semakin kakkoi~

“Mau menemani ku menghabiskan kue ini?” Tanyanya memecah keheningan antara aku dan dia.

Sekali lagi, aku terkejut dibuatnya. Kali ini dia berubah menjadi seseorang yang benar-benar begitu hangat dan rasanya Keito telah membuat aku menjadi salah tingkah.

“ayo ikut” Ajaknya padaku, dia menggenggam tanganku aku hanya bisa menuruti apa maunya, sejujurnya kau juga masih sangat takut padanya.

“Kita mau kemana?” Tanya ku yang masih bingung

“Ketempat yang penuh imajinasi, kau suka imajinasi kan?”

Dia membawaku ketempat dibelakang bukit dekat sekolahku perjalanan yang cukup jauh terbayar sudah ketika aku melihat pemandangan dari belakang bukit sekolah, banyak pohon-pohon besar yang rindang dan ada pula telaga yang tidak terlalu besar namun memiliki keindahan yang benar-benar tidak dapat di ucapkan dengan kata-kata.

“Aku suka sekali menghabiskan waktu ku disini, hanya untuk sekedar menikmati ketenangannya sampai menulis puisi” Ucapnya dengan pancaran mata yang hangat.

Setelah menghabiskan kue buatan ku, Keito beranjak, membuka sarung tangannya dan menghampiri telaga itu. Dengan tangan telanjangnya dia membawakan aku air kehadapanku lalu dengan mudah air itu membeku menjadi es dalam genggamannya lalu dipakatnya menjadi berbentuk bunga mawar dan memberikannya padaku. Aku hanya diam terpaku menyaksikan apa yang baru saja Keito perlihatkan, tapi sekali lagi Keito membuat aku menunggu musim semi karena sekarang bunga di hatiku sedah mekar dengan indah.

==============================================================================

“Hei, Kemana saja kau? Sudah dua minggu tidak ada kabar? Aku mencarimu” Ucapku dengan kesal, hampir setiap hari aku mendatangi toko buku tapi aku tidak pernah mendapati sosok Keito, akhirnya aku putuskan menemuinya di bukit belakang sekolah. Aku yakin dia ada disini dan yatta dia memang ada disini.

Keito menghilang setelah aku menanyakan keanehan yang ada padanya. Dia bilang aku sama saja seperti manusia yang lainnya, selalu menilai orang dan ingin tahu apa yang dimiliki olehnya. Memangnya itu salah? Dari pada aku mati karena penasaran. (author : kata-katanya lebay)

“Sebaiknya kita tidak usah bertemu lagi” Ucapnya dingin.

“Nande? Gomen nasai na~ aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu” Ucapku dengan penuh penyesalan.

“Karena aku ini mutan, tubuh ku setengah manusia dan setengah monster. Aku ini mahluk Hibrida. Semua yang kusentuh akan berubah menjadi es, terlebih jika amarah ku tidak terkontrol. Maka dari itu aku selalu menggunakan sarung tangan. Sebaiknya kita menjaga jarak Lisa san. Sudah saatnya kau tahu. Hontou nig omen nasai” Jelasnya panjang lebar.

Aku tahu, Mutan adalah makhluk hidup yang mengalami mutasi karena perubahan pada kromosom yang bersifat kekal dan mempengaruhi sel-sel makhluk tersebut. Biasanya terjadi karena radiasi atau kesalahan DNA.

“Tidak, kau salah Keito chan. Kau salah menilaiku. Aku tidak perduli kamu atau makhluk apapun kamu. Bersamamu, aku bisa merasakan hidup yang indah dalam kenyataan bukan sebatas imajinasi”

Tiba-tiba semuanya menjadi hening, dipinggir telaga ini hanya terdengar suara burung dan desir angin yang menggesek dedaunan, Keito memeluk tubuhku, aku tahu dia tak mungkin ragu padaku. Dan kini semuanya menjadi beku disitu.

~END~

Huaaahhh~ apa-apaan ini? Gaze banget kan?

Typonya banyak ya? Maklum ciri khas.

Ampuuuunnn dah.

Komennya dong~ hahahahah

5 komentar:

  1. gillaaa~ *blushing*
    amin banget buku saia bisa diterbitin dan jadi best seller..hahaha..
    #OOT

    baiklah...ceritanya pendek...
    kenapa udahan lagi?? #Plakk
    tapi bagus..
    aku rada kebawa ama ceritanya..hehehe...

    ditunggu selanjutnya.. ^^

    BalasHapus
  2. amiiinnnn~ hahahahah
    karena aku bingung melanjutkannya gimana?
    kebawa pagimana dah?

    BalasHapus
  3. ...
    *speechless*
    Keito!!! kau kenapa nak?? dikau monster!? *syok*
    lisa-chan kau apakan kakakku yang satu itu!!?? *guncang2*

    btw ceritanya bagus~~~ sayang terlalu sedikit dan banyak typo~~
    banyakiin doong!! *dilempar*

    BalasHapus
  4. kak lisaaaa, aku naksir sama cerita yang ini ;)

    BalasHapus
  5. @Dyah chan" hahahah keito hanya jadi manusia mutan. sankyu
    @keyarand"hahaha arigachuuu >.<

    BalasHapus

Thanks For Leave A Coment