Jumat, 10 Juni 2011

Fanfiction 'Diary Cintaku'

Fanfiction

Title : Diary Cintaku

Genre : Nga tau (baca aja sendiri)

Cast :  Morimoto Ryutaro

Ucii-chan

Author : Me (Morimoto Lisa)

 

“Nga, bukan kaya begitu Uci, Tapi kaya begini!” Ryu sedikit membentak pada Uci. Uci hanya tertunduk mendengar nada bicara Ryu. “Gomen na, aku tidak bermaksud untuk membentakmu” Uci hanya tertunduk, Ryu meraih tangan Uci.

“Daijobu Ryu chan” Uci meninggalkan Ryu didalam hening perpustakaan.

Aku tahu, sampai kapanpun, aku tidak akan pantas untukmu, aku hanyalah seorang gadis biasa yang tidak ada apa-apanya untukmu.

“Uci chan, chotto. Ini tadi punyamu tertinggal” Ryu memebrikan buku kecil bersampul biru. Wajah Uci sedikit panik.

“Eh? Arigatoo Ryu chan” Uci mengambil buku yang sebenarnya adalah buku diary Uci.

“Kau tahu tidak, aku tadi berniat untuk membacanya” Mendengar ucapan Ryu, wajah Uci semakin panik. “Namun ku urungkan niatku” Ryu tertawa. Sedangkan Uci hanya diam.

Kenapa sih? Kau mau dekat denganku? Aku bukannya hanya gadis miskin biasa ya? Aku kan tak pantas dekat dengan mu.

“Uci chan, Jaa” Ryu melambaikan tangan, Ryu sudah sampai dirumahnya yang besar, sedangkan Uci masih harus melalui gang sempit dibelakang rumah Ryu.
***

Dear Diary,

Saat istirahat, Ryu chan membentakku hanya karena aku salah menggambar manga yang dia mau. Dia memang keras kepala. Tapi kenapa dia selalu meminta tolong menggambarkan manga? Dasar Tuan ku memang aneh.

Ehh, aku selalu bertanya, apakah Ryu chan menyukaiku? Dia kan orang kaya, statusnya tak sama dengan ku. tadi hampir saja dia membacamu, ahhh aku panik sekali. Untungnya dia tidak jadi membacamu, aku jadi tenang.

Dikamar kecilnya Uci perlahan menutup diarainya, lalu menuju tempat tidur. Diteramanya lampu kamar, Uci berdo’a semoga besok lebih baik dari hari ini.

***

“Ohayou gozaimasu” Sapaan setiap siswa terdengar disekolah yang cukup besar itu.

“Uci chan, ohayou” Ryu menggandeng tangan Uci.

“Ohayou tuan Ryu” Ryu melepaskan gandengannya.

“Aku tahu, ibumu adalah pembantu dirumah ku, namuan ku mohon jangan memanggilku dengan sapaan seperti itu, kau ini kan temanku, kau ini sering sekali lupa ya!” Ryu menggandeng lengan Uci lagi. Uci hanya tersenyum.

Kau adalah Tuan ku Ryu, meski aku menyukaimu. Sampai kapanpun kau tetap akan menjadi tuanku.

“Tolong buatkan aku mangga, hari ini ibumu membawakan bento untuk ku, kita makan sama-sama ya”

“Un. Tuan, eh Ryu chan” Ryu tertawa melihat tingkah Uci. Uci hanya menunduk dalam malu.

“Eh, kau sudah mengerjakan PR? Nanti kita makan berasama ne?”

“Un, aku sudah mengerjakan PR. Baiklah” Lagi-lagi Uci tidak berani menatap Ryu.

Angin ini, berhembus menerpa tubuhku, terasa dinging sekali, namun kau selalu disisiku, membuat suasana menjadi hangat.

“Ayoooo, Cepatlah” Ryu menggandeng tangan Uci, Uci hanya menurut. “Ah, kita makan disini saja” Ryu berhenti ditaman belakang sekolah. “Indah ne Uci chan?” Ryu duduk dibawah pohon sakura yang sedang mekar.

“Hai. Kau mau kulukis dibawah pohon sakura?” Uci mengeluarkan kertas gambar dan pensilnya.

“Hontoo ni? Ahhhh aku mauuu” Senyum mengembang dari bibir Ryu. Perlahan Uci mulai menggoreskan pinsilnya dikertas gambar. Ryu terus tersenyum sembari bergaya.

“Aa, Tuan, kau jangan banyak bergerak, nanti gambarnya tidak jadi” Uci sedikit protes saat Ryu mulai kelelahan bergaya.

“Eh, Chotto, kau panggil aku apa tadi? Ahhh kau ini, jangan memanggilku seperti itu” Ryu malah memarahi balik Uci.

“Hahahahah Gomen na, aku keceplosan, sekarang bisakah kau kembali keposisimu? Sedikit lagi jadi” Ryu mengikuti perintah Uci, diapun kembali bergaya dibawah pohon sakura.

Dimusim semi yang indah ini, ditaman belakang sekolah mereka menghabiskan bento buatan ibu Ucii, ada tawa dan canda diantara mereka.

“Waaaahhh, sugoiiiiii” Ryu berteriak memecah hening.

“Urusai Ryu chan, kau ini” Ucii menutup mulut Ryu.

“Hahahah, gomen, aku hanya senang, kenapa disini aku terlihat lebih tampan?” Ryu sedikit berberfikir.

“Ah, kau memang tampan Ryu chan” Wajah uci memerah, uci hanya menunduk.

“Ahhh, Uso ja Uci chan. Hahahaha” Ryu terbahak mendengar ucapan Uci.

Mungkin Ryu tidak benar-benar memenyukaiku ya? Mungkin dia hanya iba padaku.

***

Tadaima” Ryu membuka pintu rumahnya yang besar.

“Selamat datang tuan Ryu” Seorang wanita membukakan pintu untuknya.

“Okaa sama” Uci melakukan ojigi pada ibunya.

“Sedang apa kau nak?” Okaa sama menarik tubuh Uci

“Bi, Uci mampir kemari karena aku yang mengajaknya, Ayo Uci chan” Ryu menarik tangan Ryu dan membawanya kedalam rumah.

“laporannya harus selesai sekarang, kalau tidak kita tidak akan boleh ikut ujian tes masuk perguruan tinggi. Menyebalkan sekali” Ryu ngedumel sembari menyalakn laptopnya

“Ryu chan, arigatoo, kau sudah mau meminjami aku laptopmu, aku tidak tahu harus meminjam pada siapa lagi, dikelaskan hanya aku yang tidak punya laptop” Uci melakukan ojigi dalam.

“Ah, kau ini, sudah tidak apa-apa” Ryu tersenyum sembari menyodorkan laptonya pada Uci.

***

“Uci, Okaa sama beria tahu pada mu, kau tidak boleh bermain dengan tuan Ryu lagi!” Okaa sama mencengkram sedikit lengan Uci.

“Okaa sama, Itaii yo, aku tidak ada maksud apa-apa” Uci menunduk, airmatanya mulai tumpah.

Plaaakkkk sebuah tamparan mendarat dipipi Uci.

“Uso ja! Aku tahu kau menyukainya kan? Kau harus tahu, kau ini hanya anak pembatu, sedangkan Tuan Ryu adalah orang kaya, sampai kapanpun kau tidak akan mampu bersanding dengannya. Diperingatkan Uci, jangan dekat-dekat dengan Tuan Ryu, atau kau mau Okaa sama kehilangan pekerjaan?” Uci memengang pipinya yang memerah karena tamparan, airmatanya kini sudah benar-benar tumpah.

Dear Diary,

Iya, Okaa sama benar, aku tidak pantas untuknya.

TIDAK AKAN PERNAH PANTAS UNTUKNYA.

Air mata Uci membasahi buku harian itu. Uci menagis diatasnya.

***

Minggu depan adalah pengumuman kelulusan, Seperti layaknya siswa yang lain, Ryu dan Uci pun merasakn ketegangan yang sama. Mereka memiliki mimpi masing-masing. Uci ingin melanjutkan kuliah, itupun jika dia mendapat beasiswa full, karena Uci pikir dia tidak akan mampu membayar biaya kuliah jika tidak mendapat beasiswa. Sedangkan Ryu dia akan melanjutkan kuliah diluar negri NYC tgepatnya. Dia akan melanjutkan bisnis keluarganya.

Dear diary

Sepertinya aku akan berpisah dengan Ryu chan, mungkin ini adalah jalan yang terbaik

Aku memang tidak pantas untuknya, aku kan hanya anak seorang pembantu, sedangkan dia anak orang kaya, dan sampai kapanpun aku tidak akan bisa bersanding dengannya.

***

“Uci, selamat atas beasiswa full mu, aku ikut bangga” Ryu memberi selamat ditengah keramaian sekolah.

“Arigatoo Ryu chan, kau baik-baik ya di luar negri” Uci tersenyum manis pada Ryu.

“Uci chan, Kimi ga daisuki” Ryu menggenggam kedua tangan Uci. Uci tercengang mendengar perkataan yang mencekiknya itu. Seolah nafasnya berhenti, namun jantungnya bagai genderang yang ditabuh oleh Nakajima Yuto si drummer handal Hey!Say!Jump. Aliran darahnya serasa mengalir secepat kilat.

“Nani?” Uci mencoba meyakinkan pendengarannya lagi.

“Kimi ga daisuki Uci chan” Ryu tersenyum manis. Namun Uci mulai menagis, perlahan namun pasti air matanya terjatuh, membuat senyuman Ryu yang berkembang menjadi kempis, Ryu merasa bingung. “Daijobuka Uci chan?” Ryu mencoba untuk bertanya pada Uci. Uci tidak menjawab sepatah kata pun. Uci melepaskan genggaman tangan Ryu, lalu meninggalkannya.

Dear Diary

Aku kira hal ini tidak akan terjadi, namun aku mendengarnya sendiri. Sungguh aku senang bikan main. Ini merupakan keajaiban yang luar biasa. Namuan aku tidak berani mengatakannya. Aku malu. Lagi pula aku ini kan siapa. Ku mohon, bantu aku untuk mengatakan suka pada Ryu.

***

“Uci Chan, kau belum mengeluarakan kata apapun” Ryu mendapati Uci yang tenagh menulis dibawah pohon sakura temapt biasa mereka menghabiskan waktu makan siang.

“Astaga Ryu, aku harus segera pergi” Uci bangkit dari duduknya lalu menghilang bagai kilat.

“Eh? Buku biru ini lagi?” Ryu mengambil buku diary Uci yang tertinggal. Kini tanpa ragu Ryu membacanya satu persatu. Halaman demi halaman Ryu baca dengan teliti.

“Uci chan, ini” Ryu meberikan buku diary uci. Uci hanya tertunduk malu. Ryu memeluk Uci, lalu mencium kening Uci. “Kenapa kau malu mengatakan suka padaku, hanya karena kau seorang anak pembantu? Menurutku kau adalah gadis yang istimewa dalam kehidupanku, kau selalu menjadi pelangi dikehidupanku, berterimakasihlah pada buku diarymu, sebab karenanya aku mengetahui semuanya. Aku masih belum mendengar kata apapun darimu. Uci chan, kimi ga daisuki” Ryu masih terus memeluk Uci.

“Atashi mo Ryu chan” Untuk pertama kalinya Uci berani menatap Ryu, bukan sebagai Tuan, bukan sebagai teman namun sebagai seseorang yang kini menjadi tambatan hati Ryu.



End.

Maaf kalo gaze dan terlalu singkat. Tapi ini emang ff yang bener-bener gila. Hahaha

Maaf juga kalo banyak salah-salah kata dan banyak salah-salah ketik.

4 komentar:

Thanks For Leave A Coment