Kamis, 09 Juni 2011

Fanfiction 'Long Distance Relationship'

Fanfiction

Judul : Long Distance Relationship

Cast : Tegoshi Yuya

Din-Chan Tegoshi

Genre : nga tau (baca aja dan nilai aja sendiri)

Musim panas ini sepi sekali tanpamu, mungkin tidak ya?

“Hmm, Din chan, bagaimana jika liburan ini kau main ke Hokkaido?” Din terkejut atas ucapan pacarnya itu.

“Baiklah. Bye” Din menutup teleponnya dengan `perasaan gembira.

Perguruan tinggi Din dan Tego memeng berbeda, Tego memilih di Universitas yang lama diimpikannya di Hokkaido. Mereka sudah lama berpacaran sekitar 1,5 tahun.

“Jadi Din sudah punya pacar ya? Lalu aku harus apa?” Ryu yang masih kelas satu SMA bergeming sambil menggelap meja kasir.

“Kau ini, bercandamu ketelaluan!” Rinrin menjitak kepala adiknya. “Jadi kau akan berlibur ke Hokaido? Kau sudah siap dengan apa yang akan terjadi?”

“Eh? Semoga saja” Din tersenyum manis pada Rin.

“Tapi, pacaran jarak jauh itukan susah ya Neechan? Din chan, mending sama aku saja” Ryu mengedipkan matanya pada Din.

“Iya, pasti rindu tidak bertemu hampir tiga bulan. Kalau aku tidak mungkin bisa melakukan hal itu” Rinrin tertawa sambil terus menjitak kepala Ryu.

“Hah? Kau akan pergi ke Hokaido? Kalau begitu ini” Neechan Erika, senpai Din sewaktu SMA dan sekarang saat menjadi mahasiswa memberikan tiket diskon hotel star. Din menerimanya dnegan lapang dada. “Kamu sudah siap mental?” Nada bicara Erika serius.

“Jangan bicara seperti itu dong Senpai” Din mulai sedikit panic.

“Hahahahaha Lupakan”

Aku takut, sejak tiga bulan lalu aku menjadi mahasiswa, banyak orang yang kutemui misalnya orang-orang dikampus, pelanggan di toko roti tempat ku bekerja. Aku jadi takut hal ini akan terjadi pada Tego di Hokkaido yang jauh itu.

Liburan 3 hari 2 malam di Hokkaido membawa semua harapan dan kekhawatiran

From : Tegoshiyuya

To : Din-chan

Subject : Sampai

Din chan, jika sudah sampai segera hubungi aku ya.

Hokaido itu besar sekali ya, aku ingin segera bersamanya

“Apa dia sudah ada disini? Aku kan sudah mengirim e-mail padanya” Din mencari kesana kemari, mencoba menemukan sosok pujaan hatinya.

Bruuuuuukkkkk. Din terkapar ketika seseorang menabraknya, barang bawaan Din berantakan.

“Wakatta. Kau disini rupanya Din chan, aku mencari mu kemana-mana” Tegoshi memeluk Din detengah keramaian bandara Hokaido. “Aku memnjam mobil paman, jadi tidak perlu naik kereta atau bis lagi” Tegoshi menyetir sambil terus memandangi Din.

“Aku sudah membuat daftar yang aku ingin kunjungi saat di Hokaido. Pertama Jam Besar, Kampus Tegoshi, Club Tegoshi, Tempat tinggal Tegoshi, Tempat nongkrong Tegoshi” Din tersenyum manis pada Tegoshi.

“Jadi sudah buat daftar ya? Baiklah aku akan mengantarmu kemanapun kau mau” Mereka melaju dijalan Hokaido yang terus lurus, hanya sedikit belokannya.

“Wah, ternyata jam besarnya tak sebesar yang digambarkan orang-orang ya?” Din menunjuk kearah jam besar.

“Iya, segitulah ukurannya. Kita akan tahu yang sebenarnya jika sudah melihat yang aslinya, tapi cantikkan? Tego tersenyu pada Din

“Iya cantik sekali”

Din dan Tego berkunjung kesemua tempat yang ingin Din kunjungi, makan ramen, melihat akuarium dan lainnya.

Aku ingin berpengangan tangan.

“Ah, apa mungkin?” Din sedikit berteriak.

“EH? Nande Din chan?

“Nanda monai. Disini banyak wanita cantik ya?” Din merapikan rambutnya yang tertiup angin.

“eh? Cincinnya? Masih menempel dijarmu” Tego menunjuk pinky ring pemberiaany yang masih Din pakai.

“Iya, aku tidak akan melepaskannya” Din tersenyum.

“Din, ini maksudnya hari ini atau besok? Tempat tinggal Tego” tego melihat daftar tempat yang ingin Din kunjungi.

“Kalau tidak mengganggu hari ini” Wajah din memerah.

“Tidak akan mengganggu ko Din chan” Tego bergegas menuju mobilnya Din mengikuti dari belakang.

***

“Waaaahhhh, baru pertama kali aku melihat kamar cowo banyak bukunya” Din bergeming, matanya melihat seisi kamar tego.

“Masih banyak yang kurang, tapi aku sudah bisa hidup tanpa ada tambahan, kau mau minum apa?” tego beranjak kedapur. “Aku malah jadi suka masak, kemarin saja aku memasak kare” Tego mulai beraksi dengan teko dan teh.

“nanti malam kita buat makan malam yu?” Din menyusul Tego kedapur.

“Kita makn diluar saja”

“Ah, tidak, aku ingin makan masakan Tego” Din tersenyum lalu mendekap Tego dari belakang.

“Iya Din chan, aku akan memasak untukmu tuan putri” Tego mencium kening Din.

Berbelanja dan memasak makan malam bersamamu, penuh tawa dan canda, akankah? Akankah hal itu terjadi? Aku jadi khawatir

“Bintangnya indah ya?” Din menatap keluar Jendela.

“Apa ya? Ini kan dibagian kota, jadi tidak terlalu indah, kalau didaerah perdesaan mungkin akan lebih indah karena tidak tertutupi oleh bangunan berckar langit” Tego beranjak dari tempat duduknya.

“Kalau lampunya dimatikan pasti lebih indah” Tego mematikan lampu.

Duuuukkk. “Ah” Din meringis, karena gelap saat ingin bangun dia terjedot.

“Daijobu ka Din chan?” Tego mengelus kepala Din.

“Iya. Hahahah maaf ya” Din tersenyum ditengah kegelapan.

“Nga usah deg-degan gitu, walau gelap, aku tidak akan berani berbuat macam-macam” Tego tersenyum lalu tertawa kecil. Namun wajah Din murung. “Din, lihat bintangnya terlihat lebih besar” Tego menunjuk kearah langit.

“Aapa itu? Cahayanya terang sekali” Din sedikit mengusap matanya yang silau.

“Mungkin bintang jatuh, heheheh senangnya” Tego tersenyum manis.

“Senang? Kenapa?” Wajah Din penuh Tanya.

“Karena aku bisa melihat bintang seperti itu bersama Din chan, dan mungkin hanya sekali seumur hidup.”

“Aa, Tegoshi, Aku ingin pegangan tangan” Din sedikit terbata.

“Nga bisa” Nada suara Tego nyaris tak terdengar

“Nande?” Din sedikit panic.

“Gomen na, tapi nanti tidak bisa berhenti” Wajah Tego murung.

“Nande? Kalau memang suka kenapa harus berhenti?” Din menahan air matanya.

Tiba-tiba tego meraih tangan Din dan mecium bibir Din.

“hmmm, Tego” Din menarik dirinya. Namun Tego malah menggendong Din dan membawanya ketempat tidur.

Tuhan. Hanya orang ini. Ku serahkan seutuhnya diriku untuknya.

“Ku mohon jangan katakana tidak” Ise bergeming ditengah hangatnya malam itu.

***

“Aku pergi membeli sarapan. Kamu boleh mandi atau apapun. Tegoshi Yuya” Din membaca surat singkat yang ditinggalkan Tego dimeja dekat kasur.

“Sepertinya darah yang keluar tidak terlalu banyak. Syukurlah. Tapi sakit. Aku melakukannya dengan Tego. Tidak, aku melakukannya” Dibawah pancuran Din sedikit panik. Tenang Din, apa boleh buat, sudah terjadi. Tenang!” Din mencoba tenang, tubuhnya gemetar hebat

“Tadaima” Suara Tego terdengar ditelinga Din. Din tambah panic.

“O-Kaeri”. “Astaga aku harus apa? Wajahku harus seperti apa?” Din membatin.

Mereka sarapan dengan roti dan ocha.

“Aku tidak berani menatap wajah Tego” Din membatin lagi. Wajahnya memerah.

“Ano, Din bekerja sambilan ditoko roti ya?” Tego bertanya. Din sedikit tersentak.

“Ah. Iya. Eh? Lipstik siapa ini?” Din mengambil liptik disela lemari buku milik Tego. Wajah din sedikit cemas.

“Eh? Itu milik Matsuda, dia manager clubku, waktu itu teman-teman mampir” Tego mencoba menenangkan Din.

“Jadi, aku bukan oerempuan pertama yang main kesini?” Din menunduk lesu.

“Cuma teman ko, betul”

“Ah, aku tidak menuduh ko, mulai sekarang aku harus menjadi New Din, Din yang mengerti akan keadaan hubungan jarak jauh” Din mencoba tegar. Sementara Tego hanya tersenyum melihat semangat Din yang membara.

“Din chan, hanya hari ini kita bisa berjalan-jalan, kau mau kemana?”

“Keman ya?” Din berfikir sejenak

Aku ingin terus berduaan dengannya. Aku ingin terus dipeluknya.

“Aku ingin melihat universitas Hokkaido” Din menundukan wajanya.

“Eh? Apa asiknya melihat sekolahan?”

***

“Hmm, jadi ini yang membuat Tego terkesima sehingga meninggalkan kota?” Din bergeming dalam hati, matanya melirik kesepenjuru kampus.

“Yang luas itu universitas pertanian” Tego menunjuk kearah gedung yang cukup luas.

Rasanya Tego memeng tidak memperdulikan aku, Tego, aku ingn bergandengan tangan. Aku jadi kesepian nih Tego. Suatu saat apa akan tiba saatnya kita bersama terus?

“Lihat orang yang diposter ini, Ini Prof. Tsugumi Obha” Tego menunjuk sebuah poster.

“Jadi? Orang ini ya? Jadi sebel deh!” Din memajukan bibirnya.

“Eh? Nande?”

“Habis, dia yang merebut Tego meninggalkan kota dan sekolah di Hokkaido kan?” Din menunjuk pada poster yang terpampang, wajahnya kesal.

“hahahah mungkin juga, tapi beliau orang hebat loh”

Din memeohon didepan poster itu “Semoga tetap menjadi dosen yang hebat, dan membuat Tego tidak menyesal bersekolah disini. Tapi, walaupun begitu, tetap saja aku merasa kesal!” Din tertawa.

“ Tegoshi” Seorang wanita dan beberapa lelaki menghampiri Tego.

“Kamu sembunyi dulu ya, itu teman-teman clubku” Tego menyuruh Din untuk sembunyi.

Dia, mengapa genit sekali pada Tego? Dia wanita pertama yang main kerumah Tego ya? Ah, mengapa aku jadi tidak bersemangat. Tapi kenapa aku harus sembunyi?

***

Aku ingin berpengangan tanagan, ingin disisinya, ingin bertemu setiap hari, ingin tidak ingin berjauahan

Air mata Din menetes, kini bendungan itu benar-benar tumpah. Din melepaskan Pinky Ring.

“Maaf, Nona Din sudah check out. Apa anda tuan Tegoshi? Kami dititipkan pesan ini” Resepsionis memberikan sepucuk surat pada Tego. “Maaf tuan, ini terjatuh dari dalam surat” Resepsionis itu memberikan Pinky Ring milik Din.

***

“Terus kamu pulang begitu aja?” Rinrin Tercengang dengan kedatangan Din ditoko roti.

“Din, kalau begitu langsung saja kita pacaran yu” Ryu nyeletus seenaknya.

“Rinrin, aku ini bodoh sekali, aku kira dengan ikatan seperti itu aku bisa tenang, dan aku jadi punya keyakinan untuk terus berhubungan” Din menahan airmatanya.

“Aku tahu ko, cinta yang seperti itu, hanya satu seumur hidup, apa kau rela melepasnya hanya karena jarang bertemu? Menurutku itu konyol” Rinrin berlalu, menuju dapur untuk membuat roti.

“Sumimasen, aku boleh meminta gajiku bulan ini dimuka dan aku juga mau ambil cuti lagi” Din menunduk takut dihadapan pak boss.

“Hmm, kau kan baru saja ambil cuti Din chan, tapi baiklah, jika roti hari ini terjual habis” Pak Boss bersemangat sekali.

“Baiklah. Kami akan pakai koneksi yang kami punya untuk membatumu” Rinrin dan Ryu menelepon semua teman dan saudaranya untuk membeli roti ditempatnya bekerja. Din juga tidak mau kalah dengan mereka.

“Ini yang terakhir” Pa Boss keluar dengan satu Loyang roti yang baru saja dibakar.

“Eh? Curang sekali. Ini kan sudah lima menit mau tutup. Kalau begitu, biar kami yang beli” Ryu mengeluarkan dompetnya.

“Oh, tidak bisa, itu pelanggaran namanya”

“Kalau begitu biar aku yang beli semuanya” Tego datang membuat yang ada disana tercengang.

“Tego, kau pakai pintu kemana saja ya?” Rinrin terkejut sekali melihat kedatangan Tego.

“Jadi kau yang namanya Tego?” Ryu merangkul pundak Tego.

“Kau yang namanya Ryu ya?” Brrruuuukkkk Tego memelintir sedikit tangan Ryu. Ryu meringis. “Maaf, tapi ku mohon jangan ganggu Din chan lagi”. Tego menarik tangan Din, dan membawa Din keluar toko.

“Maaf, aku tiba-tiba datang”

Air mata din mulai menetes. Din memegang tubuh Tego. “Benar-benar asli dan bukan khayalanku”.

“Aku lebih baik berhenti kuliah dan terus berada disini, aku akan selalu ada disini Din chan”

Imipan Tego, aku akan selalu mendukungnya.

“Bukan begitu, aku akan bertahan dengan hubungan jarak jauh ko, AKU CUMA INGIN KAMU LEBIH MENYAYANGIKU” Din sedikit berteriak, air mata Din benar-benar tumpah.

“Din, Ini” Tego memakaikan Pinky Ring jari manis tanagn kiri Din. “Kalau Din tidak ada semuanya jadi gelap” Tego memeluk Din.

Tego tebang jauh-jauh dari Hokkaido, secepat kilat hanya untuk ku, Tuhan, orang ini, seumur hidup aku hanya ingin dengan orang ini.

Tegoshi Yuya to Din-chan End

4 komentar:

  1. Waaaaaa~ sukaaaa...
    apa2an itu saia melakukannya dengan tego..LOL
    hehehe.. ^^ romantis nak.. aku suka.. :)
    arigatou na..:)

    BalasHapus
  2. yay. Sankyuu Bundaaa~
    kan sengaja dibikin eror, beginilah jadinya.
    Doitashimashite^^

    BalasHapus
  3. kyyaa~~
    Ada sedikit buka-bukaan.

    BalasHapus
  4. emang sengaja, castnya juga orang dewasa

    BalasHapus

Thanks For Leave A Coment